Planet yang mempunyai cincin berupa bongkahan es yang sangat banyak adalah

Fakta cincin Saturnus wajib untuk Anda ketahui karena itu merupakan salah satu ikon terbaik di tata surya dunia astronomi.

Saturnus merupakan salah satu planet yang memiliki cincin di tata surya. Keberadaan dari cincin Saturnus merupakan hal yang sangat mengesankan.

Terdapat fakta baru mengenai cincin Saturnus ini. Apa saja itu?

Baca Juga: Ciri Planet Saturnus, Satu-Satunya Planet Bercincin di Tata Surya

3 Fakta Cincin Saturnus Terbaru

Planet memiliki cincin bukanlah hal baru. Di Tata surya kita sendiri, planet yang memiliki cincin memang bukan hanya Saturnus.

Ada planet lain yang memiliki cincin, seperti Jupiter, Neptunus, dan Uranus. Meski demikian, cincin yang ada di planet tersebut tidak terlihat seperti cincin Saturnus.

Cincin Saturnus menjadi satu-satunya yang dapat terlihat dari Bumi menggunakan teleskop, meskipun ia menjadi planet keenam dalam urutan tata surya.

Read More :  Apple Berencana Memotong Produksi iPhone SE 2022, Tidak Laku?

Ada beberapa lapisan di dalam cincin saturnus dan memiliki nama yang berbeda. Cincin terdalam dan paling redup bernama cincin D, lalu ada cincin B, Divisi Cassini, cincin A, cincin F, cincin G, dan cincin E.

Berikut ini beberapa fakta mengenai cincin tersebut yang harus Anda ketahui.

Baca Juga: Metana di Bulan Saturnus Bisa Menjadi Tanda Adanya Sebuah Kehidupan

Pembentukan dan Sejarah Cincin

Keberadaan cincin Saturnus pertama kali berhasil diamati oleh Galileo Galilei. Ia melihat cincin tersebut melalui teleskopnya.

Pada awalnya ia mengira bahwa itu adalah benda padat yang mengorbit di sekitar planet.

Pada tahun 1675, Giovanni Domenico Cassini menetapkan bahwa terdapat banyak partikel kecil yang menyusun cincin Saturnus dan juga dipisahkan oleh celah.

Selain itu, Pierre-Simon Laplace juga menunjukkan bahwa cincin pada planet tersebut tidak stabil. Ada beberapa teori mengenai pembentukan cincin.

Teori yang paling banyak orang percaya adalah bahwa material cincin terbentuk ketika salah satu bulan Saturnus hancur.

Teori lainnya pada fakta cincin Saturnus adalah keberadaan meteor yang lewat dekat planet sehingga menyisakan puing-puing.

Terbuat dari Es dan Batu

Fakta selanjutnya mengenai cincin ini adalah material pembentuknya yang berupa bongkahan es dan batu. Mereka berputar mengelilingi planet mencapai 1.100 mph.

Para ahli menganggap bahwa potongan tersebut merupakan sisa-sisa benda luar angkasa lain yang terperangkap selama ratusan tahun di planet Saturnus. Cincin saturnus jug membentang 200 kali diameter.

Pada misi penjelajahan pesawat Cassini-Huygens, NASA menemukan informasi bahwa terdapat gumpalan vertikal batu di dalam cincin saturnus yang tingginya mencapai lebih dari 3 km.

Baca Juga: Musim Panas di Saturnus Memicu Perubahan Citra Warna

Cincin Saturnus ternyata menjadi target untuk pengamatan teleskopik dan astrofotografi, sayangnya ia tidak dapat dilihat dengan mata telanjang ataupun teropong.

Tampilan cincin juga berubah seiring berjalannya waktu. Hal itu karena pengamatan di Bumi selalu dari sudut yang berbeda.

Pengamatan cincin akan lebih mudah terlihat saat berputar ke arah menjauhi Bumi. Cincin tersebut juga bisa hampir menghilang dari pandangan.

Hal itu akan terjadi setiap 15 tahun dan perkirakan kesempatan selanjutnya akan datang pada tahun 2025.

Ketiga fakta cincin Saturnus tersebut tentu saja memberikan sebuah pengetahuan baru untuk memahaminya lebih lanjut. (R10/HR-Online)

Fakta cincin Saturnus wajib untuk Anda ketahui karena itu merupakan salah satu ikon terbaik di tata surya dunia astronomi.

Saturnus merupakan salah satu planet yang memiliki cincin di tata surya. Keberadaan dari cincin Saturnus merupakan hal yang sangat mengesankan.

Terdapat fakta baru mengenai cincin Saturnus ini. Apa saja itu?

Baca Juga: Ciri Planet Saturnus, Satu-Satunya Planet Bercincin di Tata Surya

3 Fakta Cincin Saturnus Terbaru

Planet memiliki cincin bukanlah hal baru. Di Tata surya kita sendiri, planet yang memiliki cincin memang bukan hanya Saturnus.

Ada planet lain yang memiliki cincin, seperti Jupiter, Neptunus, dan Uranus. Meski demikian, cincin yang ada di planet tersebut tidak terlihat seperti cincin Saturnus.

Cincin Saturnus menjadi satu-satunya yang dapat terlihat dari Bumi menggunakan teleskop, meskipun ia menjadi planet keenam dalam urutan tata surya.

Ada beberapa lapisan di dalam cincin saturnus dan memiliki nama yang berbeda. Cincin terdalam dan paling redup bernama cincin D, lalu ada cincin B, Divisi Cassini, cincin A, cincin F, cincin G, dan cincin E.

Berikut ini beberapa fakta mengenai cincin tersebut yang harus Anda ketahui.

Baca Juga: Metana di Bulan Saturnus Bisa Menjadi Tanda Adanya Sebuah Kehidupan

Pembentukan dan Sejarah Cincin

Keberadaan cincin Saturnus pertama kali berhasil diamati oleh Galileo Galilei. Ia melihat cincin tersebut melalui teleskopnya.

Pada awalnya ia mengira bahwa itu adalah benda padat yang mengorbit di sekitar planet.

Pada tahun 1675, Giovanni Domenico Cassini menetapkan bahwa terdapat banyak partikel kecil yang menyusun cincin Saturnus dan juga dipisahkan oleh celah.

Selain itu, Pierre-Simon Laplace juga menunjukkan bahwa cincin pada planet tersebut tidak stabil. Ada beberapa teori mengenai pembentukan cincin.

Teori yang paling banyak orang percaya adalah bahwa material cincin terbentuk ketika salah satu bulan Saturnus hancur.

Teori lainnya pada fakta cincin Saturnus adalah keberadaan meteor yang lewat dekat planet sehingga menyisakan puing-puing.

Terbuat dari Es dan Batu

Fakta selanjutnya mengenai cincin ini adalah material pembentuknya yang berupa bongkahan es dan batu. Mereka berputar mengelilingi planet mencapai 1.100 mph.

Para ahli menganggap bahwa potongan tersebut merupakan sisa-sisa benda luar angkasa lain yang terperangkap selama ratusan tahun di planet Saturnus. Cincin saturnus jug membentang 200 kali diameter.

Pada misi penjelajahan pesawat Cassini-Huygens, NASA menemukan informasi bahwa terdapat gumpalan vertikal batu di dalam cincin saturnus yang tingginya mencapai lebih dari 3 km.

Baca Juga: Musim Panas di Saturnus Memicu Perubahan Citra Warna

Cincin Saturnus ternyata menjadi target untuk pengamatan teleskopik dan astrofotografi, sayangnya ia tidak dapat dilihat dengan mata telanjang ataupun teropong.

Tampilan cincin juga berubah seiring berjalannya waktu. Hal itu karena pengamatan di Bumi selalu dari sudut yang berbeda.

Pengamatan cincin akan lebih mudah terlihat saat berputar ke arah menjauhi Bumi. Cincin tersebut juga bisa hampir menghilang dari pandangan.

Hal itu akan terjadi setiap 15 tahun dan perkirakan kesempatan selanjutnya akan datang pada tahun 2025.

Ketiga fakta cincin Saturnus tersebut tentu saja memberikan sebuah pengetahuan baru untuk memahaminya lebih lanjut. (R10/HR-Online)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak pertama kali masuk dalam bidikan teleskop Galileo pada tahun 1610, Saturnus sudah menarik perhatian berkat cicin misterius yang mengitarinya.

Selama empat abad, para astronom telah meneliti hal tersebut. Hingga akhirnya, upaya terbaik sejauh ini telah ditemukan dalam sebuah penelitian pada Januari 2011 lalu.

Robin Canup di Southwest Research Institute di Boulder, Colorado menerbitkan teori baru tentang pembentukan cincin Saturnus di jurnal Nature, demikian dikutip dari laman Livesciense, Rabu (10/7/2019).

Menurut Canup, cincin yang terbentuk di Saturnus merupakan sisa-sisa benda langit yang dahulunya mengitari planet tersebut.

Ribuan atau bahkan jutaan benda langit itu terkoyak lalu berbaur mengitari Saturnus sehingga terbentuklah lingkaran menyerupai cincin (meskipun itu berupa bebatuan kecil dan bukan cincin sungguhan).

Diprediksi, cincin yang melingkari Saturnus telah terbentuk sejak 4,5 miliar tahun yang lalu. Mulanya, satelit alami di Saturnus berputar ke dalam. Setelah itu, gravitasi Saturnus merobek lapisan luarnya secara perlahan sehingga membuat penampakannya seperti saat ini.

Setelah 10.000 tahun, satelit itu hancur dan melebur menjadi bebatuan kecil yang tampak menyerupai cincin.

Canup membuat model komputer yang mensimulasikan rangkaian planet ini. Model teori itu menjelaskan fakta bahwa 90 sampai 95 persen cincin Saturnus terdiri dari es. Meskipun cincin ini telah dicemari oleh debu dan puing-puing angkasa luar.

Menurut Larry Esposito, seorang astronom planet terkemuka yang mengerjakan Misi Cassini NASA untuk Saturnus, model-model sebelumnya menyatakan bahwa cincin Saturnus berasal dari bulan kecil atau komet yang lewat yang tercabik-cabik oleh gravitasi planet.

Namun, gagasan itu gagal menjelaskan mengapa cincin itu sangat dingin, karena bulan dan komet mengandung banyak batuan panas.

Teori "es" Canup dinilai berhasil. "Dia telah menemukan cara yang sangat cerdas untuk menjelaskan komposisi cincin itu," kata Esposito kepada Life's Little Mysteries.