Show Bintang Tunggal, Sila Pertama Pancasila KOMPAS.com – Pancasila merupakan pedoman hidup yang harus diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Sila pertama dalam Pancasila berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Sila pertama mencerminkan Indonesia bukanlah negara sekuler yang penyelenggaraannya tidak dipertimbangkan konsep keagaaman, ataupun negara yang hanya berlandaskan satu agama tertentu saja. Menurut M. Syamsudin dan kawan-kawan dalam buku Pendidikan Pancasila: Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan (2009), sila pertama Pancasila mencerminkan bahwa agama memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan bangsa dan negara serta melaksanakan dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila itu sendiri. Menurut Muhammad Hatta dalam buku Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1977), sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar yang memimpin cita-cita negara Indonesia untuk menyelenggarakan pemerintahan, mencapai kebahagiaan rakyat, keselamatan masyarakat, dan perdamaian dunia serta persaudaraan bangsa-bangsa. Baca juga: Cita-Cita dan Tujuan Nasional Berdasarkan Pancasila Contoh perilaku sila pertama PancasilaSehingga sila pertama memiliki makna yang sangat dalam dan juga penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah perilaku yang mencerminkan nilai Sila Pertama Pancasila di sekolah dan masyarakat:
Baca juga: 5 Makna Lambang Pancasila Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Baca berikutnya
Ilustrasi persatuan Indonesia KOMPAS.com - Pancasila adalah ideologi negara Indonesia. Hendaknya masyarakat Indonesia mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sebagai ideologi negara, Pancasila dijadikan pedoman hidup masyarakat Indonesia, termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai persatuan. Bunyi dari sila ketiga Pancasila, yaitu: 'Persatuan Indonesia'. Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), salah satu bentuk nilai persatuan adalah dengan berjiwa nasionalisme tinggi. Berjiwa nasionalisme berarti mencintai negara Indonesia. Hal ini akan menciptakan masyarakat yang saling bersatu dan berpadu dalam persatuan Indonesia. Nilai sila ketiga PancasilaBerdasarkan TAP MPR Nomor I/MPR/2003, berikut adalah butir-butir sila ketiga Pancasila:
Baca juga: Siswa, Ini Bentuk Pengamalan Sila Ke-4 Pancasila Penerapan nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hariAda beberapa contoh penerapan nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
Baca berikutnya tirto.id - Contoh pengamalan sila ke-3 Pancasila yang berbunyi "Persatuan Indonesia" dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila berisi rumusan serta pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada kelima sila, masing-masing menyimpan nilai-nilai luhur yang diharapkan dapat diterapkan oleh seluruh rakyat. Pancasila merupakan dasar negara sekaligus pedoman hidup bangsa Indonesia yang mana pengaplikasiannya sebaiknya diterapkan dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Terdapat 5 sila dalam Pancasila sebagai pijakan untuk menjalani kehidupan bernegara, yakni (1) Ketuhanan yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Menurut P.J. Soewarno dalam Pancasila Budaya Bangsa Indonesia (1993), meskipun ke-5 sila merupakan satuan yang tidak terpisahkan, tetapi dalam pelaksanaannya dapat ditelusuri perbedaan intensitas masing-masing sila. Walaupun satu tetap lima, masing-masing sila tidak sama asasinya. Khusus membahas pengamalan Pancasila sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia", maka penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sangat penting karena keberagaman yang ada pada masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan sangat banyak suku yang berbeda-beda hidup di dalamnya. Begitu pula aneka bahasa daerah yang dipergunakan sehari-hari, jumlahnya juga mencapai ribuan. Karena itu dalam sila ke-3 Pancasila, terkandung butir-butir pengamalan yang memuat nilai-nilai, isi, serta penjelasan rinci karena bangsa Indonesia sangat majemuk. Buku Pancasila dalam Pusaran Globalisasi (2017) yang disunting oleh Al Khanif, mengungkap bahwa nilai-nilai luhur Pancasila dalam berbagai kondisi masyarakat dapat digali sebagai kunci untuk menghadapi segala macam tantangan yang dihadapi oleh segenap rakyat Indonesia. Secara bahasa, Pancasila berarti “lima asas" atau “lima prinsip". Kata tersebut diambil dari bahasa Sanskerta yang bermakna lima asas berisi rumusan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa serta bernegara. Butir-Butir Pengamala Sila ke-3 PancasilaBerikut ini isi butir-butir pengamalan Pancasila sila ke-3 selengkapnya: 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Contoh pengamalan sila ke-3 Pancasila dalam kehidupan sehari-hariDalam butir ketiga dari sila ke-3 Pancasila yaitu "Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa", contoh pengamalan yang dapat diterapkan adalah dengan membeli produk dalam negeri atau buatan masyarakat Indonesia sendiri. Dengan begitu maka kehidupan perekonomian rakyat jadi makin baik dan kesejahteraannya meningkat. Dalam butir keenam sila ke-3 yang berbunyi “Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika", contoh pengamalannya adalah dengan menggunakan bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi masyarakat kita dengan beragam suku dengan kekayaan budaya berupa bahasa daerah masing-masing yang berbeda. Bahasa Indonesia diperlukan agar tercipta komunikasi yang baik dan tidak terjadi salah paham. Pada butir ketujuh sila ke-3, “memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa" contoh pengamalannya adalah dengan berinteraksi dengan semua teman tanpa memandang suku asal mereka. Walau berbeda suku, seharusnya tidak menjadi batas dalam bergaul karena adanya bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Contoh lain dalam butir kedua sila ke-3 yang berbunyi “Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia," yakni dengan bangga memakai Bahasa Indonesia, memakai produk dalam negeri, juga mempromosikan keindahan alam Indonesia agar pariwisata negara ini makin maju.
Baca juga: Baca juga artikel terkait ILMU SOSIAL atau tulisan menarik lainnya Cicik Novita Penulis: Cicik Novita Editor: Yandri Daniel Damaledo Kontributor: Cicik Novita |