Paru paru putih apakah bisa sembuh

KOMPAS.com - Salah satu kondisi pasien Covid-19 yang menjadi perhatian adalah tampilan hasil rontgen yang menunjukkan paru-paru menjadi putih dalam waktu singkat. Kondisi ini dinamakan ground glass opacity (GGO). Artikel ini akan menjelaskan lebih detail mengenai kondisi ini.

Apa itu GGO

GGO adalah kondisi abnormal pada paru-paru yang ditandai dengan area berwarna putih atau abu-abu pada hasil rontgen atau CT scan paru. Normalnya, paru-paru akan berwarna hitam ketika di rontgen. Ini menunjukkan bahwa paru-paru adalah jaringan lunak.

Namun pada kasus Covid-19, hasil rontgen paru menunjukkan area berwarna putih atau abu-abu. Ini menunjukkan bahwa jaringan paru pada pasien Covid-19 mengalami pemadatan jaringan.

Baca juga: Tidak Hanya Plasma Konvalesen, Ini Pilihan Terapi Covid-19

Penyebab pemadatan jaringan pada paru-paru ini bermacam-macam. Beberapa diantaranya adalah ruang udara terisi cairan atau jaringan, dinding alveoli menebal, atau jaringan paru yang menebal.

GGO ini bukan hanya muncul pada pasien covid. Sebelumnya, kondisi ini muncul pada pasien pneumonia, interstitial lung disease, edema paru, perdarahan alveolar, dan EVALI atau e-cigarette or vaping use-associated lung injury.

GGO pada pasien Covid-19

Sebuah studi di Wisma Atlet Jakarta menunjukkan bahwa 31,5 persen pasien yang terinfeksi Covid-19 memiliki pneumonia yang terdeteksi dengan adanya GGO pada hasil pemeriksaan parunya. Penelitian lainnya di Jakarta juga menemukan hasil yang hampir sama, yaitu pada 33,3 persen pasien ditemukan GGO.

GGO pada foto toraks pasien Covid-19 khasnya dimulai dari bagian pinggir paru-paru, yaitu sebesar 63,3 persen dari total temuan kasus. Kondisi ini jarang dimulai dari tengah paru-paru. Selain itu tampilannya khas karena berbentuk bulat atau oval.

Baca juga: Positif Covid-19, Dirawat di Rumah Sakit atau Isolasi Mandiri?

Penelitian lain yang dilakukan di Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak 73,3 persen radiograf yang menunjukkan ground glass opacity terjadi bilateral di kedua paru-paru.

Pasien dengan gejala berat akan menunjukkan keterlibatan paru yang luas hingga lebih dari 50 persen hanya dalam waktu 24 sampai 48 jam saja. Biasanya kondisi ini diketahui dari foto toraks berseri dan dapat diamati dengan gejala klinis yang memburuk.

Pada pasien ini saturasi oksigen biasanya sudah berada di bawah 93 persen dan berisiko terjadi gagal napas. Jika ini terjadi, dokter akan merekomendasikan penggunaan ventilator mekanik dan harus dirawat di ICU.

Apakah GGO bisa sembuh

Sebuah studi yang dipublikasikan di Respiratory Medicine menunjukkan bahwa sebanyak 70 persen pasien dengan pneumonia masih ditemukan GGO hingga tiga bulan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Kondisi GGO biasanya akan mempengaruhi fungsi paru seperti napas pendek, mudah lelah, dan gangguan pernapasan lainnya. Namun, menurut dr. Heidy Agustin, Sp.P(K) dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kondisi ini bisa disembuhkan perlahan dengan ditunjang beberapa obat-obatan sesuai dengan saran dokter.

Durasi sembuhnya kondisi ini tergantung seberapa parah jaringan paru yang terkena. Semakin banyak jaringan fibrosis pada paru-paru pasien, maka waktu yang diperlukan untuk sembuh akan semakin lama. 

Baca juga: Kenali, Begini Ciri-ciri Sembuh dari Covid-19

Selain itu dr. Heidy juga merekomendasikan agar pasien dengan ground glass opacity tetap berolahraga rutin sesuai dengan kemampuan pasien untuk melatih fungsi paru agar bisa kembali normal.

Liputan6.com, Jakarta Banyak ahli yang mengkhawatirkan mengenai potensi menurunnya fungsi organ seperti paru-paru, akibat terserang infeksi virus corona penyebab COVID-19.

Profesor Menaldi Rasmin, Guru Besar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan bahwa apabila pasien COVID-19 hanya mengalami gejala ringan, mungkin saat sembuh ia akan bisa bekerja seperti sedia kala.

“Tetapi kalau sudah keburu berat, tentu kita semua dapat membayangkan bahwa paru kita mengalami gangguan yang mungkin dapat meninggalkan bekas yang menetap,” kata Menaldi dalam sebuah konferensi pers virtual beberapa waktu lalu, ditulis Jumat (11/9/2020).

Menaldi mengatakan, mereka yang pernah melewati kondisi berat dari COVID-19 mungkin akan sedikit lebih mudah lelah atau tidak akan seproduktif sebelumnya.

Di kesempatan yang sama, dokter spesialis paru Erlina Burhan juga mengatakan bahwa kelainan pasca COVID-19 tergantung dari luasnya lesi, komplikasi yang terjadi, serta keberadaan komplikasi pada organ lain.

Intervensi Sejak Awal Perawatan

“Kalau kita bicara paru, kalau infeksinya terjadi sangat luas, lesinya luas dan juga badai sitokinnya terjadi, kita tahu salah satu hasil akhir dari badai sitokin dari pasien yang sembuh adalah terjadi fibrosis paru,” kata Erlina yang juga merupakan Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Erlina menjelaskan, jika fibrosis terjadi luas maka bisa terjadi suatu penurunan fungsi paru. “Atau kalau pun tidak luas, pasien sesekali akan merasa tidak nyaman di parunya,” tambah dokter yang berpraktik di RSUP Persahabatan ini.

Untuk kondisi ini, Erlina mengatakan mungkin perlu pendekatan rehabilitasi medis pasca sembuh dari COVID-19.

“Juga perlu diingat bahwa COVID ini juga menyerang organ lain seperti pembuluh darah, otot jantung, dan lain-lain. Ini mesti dipikirkan dari awal, pada saat pasien dirawat kita lihat kelainan apa saja yang terjadi dan dari awal sudah ada intervensi atau pendekatan sesuai dengan organ yang terlibat dalam upaya mengurangi gejala sisa pada saat pasien sudah sembuh.”

Menaldi mengatakan, kondisi semacam itu tidak seharusnya membuat seorang penyintas maupun semua orang menyerah.

“Yang penting adalah berusahalah untuk tidak sakit dan kalau sampai sakit dan berat lalu sembuh kembali, berusahalah supaya itu menjadikan kita semangat agar kita tetap produktif,” pungkasnya.

Kenapa paru

Pada hasil rontgen yang disertai dengan adanya bercak putih pada paru-paru maka bisa saja menandakan adanya infiltrat yang diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit.

Berapa lama proses penyembuhan infeksi paru

Pengobatan infeksi paruparu atau Pneumonia tergantung dari penyebabnya, jika karena bakteri akan diberikan antibiotic, obat demam, obat pengencer dahak, obat batuk. Lamanya pengobatan 5-14 hari sudah sembuh.

Apakah paru

Kerusakan paru-paru akibat fibrosis tidak bisa disembuhkan, tapi obat-obatan dan terapi bisa membantu meredakan gejala-gejalanya.

Infeksi paru

Daftar Makanan yang Dilarang untuk Penderita Paru-Paru Basah.
Makanan Mengandung Garam Tinggi. Makanan asin atau mengandung garam tinggi merupakan jenis makanan yang harus dihindari penderita paru-paru basah. ... .
Produk Olahan Susu. ... .
3. Daging Olahan yang Diawetkan. ... .
Kafein. ... .
Gorengan. ... .
6. Minuman Manis dan Bersoda..