Tujuan diusulkannya PKM-P ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi negatif dan kesulitan belajar fisika siswa SMA di Kabupaten Buleleng, menurut siswa dan guru, serta perbandingannya. Ornek, et al. (2008) menyatakan bahwa penyebab kesulitan belajar fisika siswa dikelompokkan ke dalam tiga faktor umum, yaitu: (1) faktor yang dapat dikontrol siswa, meliputi 6 sub faktor, yaitu: a) kurangnya minat dan motivasi, b) tidak belajar di rumah, c) tidak mengerjakan PR, d) tidak berlatih
mengerjakan soal-soal diluar yang ditugaskan, e) kurangnya pengalaman penyelesaian masalah fisika, dan f) rendahnya kemampuan matematika; (2) faktor yang berkaitan dengan metode pembelajaran, meliputi 8 sub faktor, yaitu: a) terlalu banyak tugas, b) tugas/PR/soal ulangan yang terlalu sulit, c) kurangnya konsistensi antara materi yang diajarkan dan materi tugas/PR/ulangan, d) kurangnya pemberian contoh penyelesaian masalah dan aplikasi dalam kehidupan nyata dari materi yang diajarkan, e)
Penilaian guru yang tidak objektif, f) pembelajaran yang membosankan, g) karakteristik guru yang jelek, h) faktor yang berhubungan dengan karakteristik pelajaran fisika, meliputi 7 sub faktor, yaitu: a) pelajaran fisika bersifat kumulatif, b) terlalu banyak materi, c) pelajaran fisika sangat abstrak, d) terlalu banyak teori dan rumus, e) terlalu banyak hukum dan aturan yang harus dipelajari, f) pelajaran fisika tidak menarik, dan g) tidak dapat belajar fisika tanpa kemampuan matematika yang
bagus. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan IPA/MIA SMA negeri dan SMA swasta di Kabupaten Buleleng. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan teknik tersebut, maka sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa jurusan IPA/MIA di 2 SMAN di daerah pedesaan, 2 SMAN di daerah pinggiran kota, 2 SMAN di daerah perkotaan, dan 2 SMA swasta di Kabupaten Buleleng yang aktif pada tahun
pelajaran 2015/2016 serta guru fisika yang mengajari mereka. Terdapat 3 tahapan utama pelaksanaan penelitian ini yaitu: (1) tahap pralapangan, (2) tahap lapangan, dan (3) tahap pasca lapangan. Pada tahap pra-lapangan, terdapat beberapa aktivitas yang dilakukan, antara lain: (1) penyiapan sarana dan penentuan waktu pelaksanaan penelitian, (2) mengurus perizinan pelaksanaan penelitian, (3) melakukan penjajakan awal dan menilai keadaan lapangan, (4) memilih informan (guru fisika dan siswa yang
mereka ajar). Tahap lapangan dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) memahami latar penelitian, (2) pengumpulan data, (3) analisis data di lapangan. Pada tahap pasca lapangan terdapat 3 kegiatan, yaitu: (1) analisis data lanjutan, (2) pengambilan simpulan akhir, (3) konfirmasi dan penyusunan laporan. Materi yang akan diolah dalam penelitian ini, yaitu: (1) data kuesioner persepsi negatif dan kesulitan belajar fisika siswa menurut siswa dan guru, dan (2) data transkrip hasil wawancara dengan siswa
dan guru terkait dengan alasan-alasan yang melatarbelakangi persepsi tersebut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada 2, yaitu: kuesioner dan wawancara. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, pedoman wawancara, dan alat bantu perekam elektronik berupa kamera digital dan perekam video (handycam) serta alat bantu pencatatan di lapangan yakni, buku, pensil, dan pulpen. Analisis data dilakukan dalam 2 tahap yaitu: (1) analisis selama peneliti masih berada di lapangan; dan (2)
analisis setelah pengumpulan data berakhir (Sugiyono, 2008). Pada setiap tahapan tersebut, terdapat tiga sub tahapan yang akan dilakukan, yakni: (1) tahap reduksi data (2) tahap paparan data, dan (3) tahap verifikasi data serta penarikan simpulan. Keabsahan data dinilai berdasarkan kuantitas dan kualitas data. Dari segi kuantitas, peneliti harus memastikan semua data yang berkaitan dengan masalah penelitian sudah tersedia dalam sumber data. Dari segi kualitas, terdapat dua hal yang esensial,
yakni reliabilitas dan validitas data. Proses pengumpulan data akan dilakukan selama 3 bulan dengan total anggaran biaya Rp 12.155.400. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak guru, pihak sekolah, dan pihak pemerintah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika SMA di Kabupaten Buleleng. Show
ADIWIYATA mencangkup apa saja?Gerakan yang dimaksud dalam adiwiyata ini terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 2019 tentang “Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah”, mencakup penerapan perilaku ramah lingkungan hidup (PRLH); konservasi energi; konservasi air; pembelajaran pada mata pelajaran atau ...
Apa saja aspek aspek program ADIWIYATA?Siapkan 4 Aspek Pokok Menjadi Sekolah Adiwiyata. Kebijakan Berwawasan Lingkungan;. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan;. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif; dan.. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan.. Apa itu PRLH dalam ADIWIYATA?Perilaku warga sekolah yang bertanggung jawab yang dimaksud dalam pasal tersebut disebut Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan Hidupyang disingkat PRLH. Menurut Pasal 1 peraturan menteri ini, PRLH merupakan sikap dan tindakan warga sekolah dalam menjaga dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Program ADIWIYATA sejak kapan?Adiwiyata di Indonesia dicanangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2005 untuk pulau Jawa.
|