Paham kebangsaan tidak boleh luntur pada jiwa generasi muda sehingga kita harus menjaga

MEMUDARNYA NASIONALISME DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA Ira Dewi Susanti Universitas Negeri Malang E-mail:   ABSTRAK Pada artikel ilmiah ini disajikan informasi mengenai solusi praktis penanganan masalah memudarnya rasa nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia. Nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya. Rasa ini sangat berhubungan dengan rasa patriotisme atau biasa disebut dengan rela berkorban. Rasa nasionalisme yang tidak diimbangi dengan rasa patriotisme berarti di dalam diri seseorang tidak sepenuhnya memiliki rasa nasionalisme. Sekarang nasionalisme sangat menjadi polemik di masyarakat Indonesia yang mulai kahilangan atau luntur rasa nasionalismenya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor misal arus globalisasi yang mulai merambah luas dikalangan masyrakat. Peristiwa ini harus dicegah dengan sungguh-sungguh, salah satu solusi tersebut adalah melalui sosialisasi. Sosialisasi ini merupakan suatu proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari generasi ke generasi lainnya daloam sebuah kelompok atau masyarakat. Jika tidak hal ini akan berakibat pada rasa nasionalisme atau cinta tanah air pada kalangan masyarakat Indonesia akan semakin menjadi. Ada beberapa langkah atau cara untuk mengatasi hal negatif ini, misal menyadarkan masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri, menanamkan nilai-nilai Pancasila pada masyarakat dengan cara yang sebaik-baiknya, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat dilakukan. Pada karya tulis ini akan mamaparkan tentang bagaimana cara untuk mengatasi hal negatif tersebut yakni melalui media sosialisasi. Diharapkan dengan ditulisnya karya tulis ini dapat memupuk atau menanamkan rasa nasionalisme pada diri masyarakat Indonesia.   Kata Kunci : Nasionalisme, Globalisasi, dan Sosialisasi.     Nilai-nilai nasionalisme yang semakin luntur dan kurangnya penghormatan terhadap Pancasila, bendera dan lagu kebangsaan dipersalahkan terkait peningkatan konflik dan kekerasan di tanah air. PGI dalam forum nasionalisme (Semarang, 8 Oktober 2013), melansir informasi mengenai lunturnya nasionalisme dikalangan masyarakat Semarang, Wakapolda Jawa Barat Brigjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan bahwa konflik dan kekerasan telah meningkat dari tahun 2008 hingga 2012, dengan rata-rata 421 kasus terjadi setiap bulan, atau 14 kasus setiap hari.“Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran nilai-nilai kebangsaan di kalangan masyarakat karena mereka sekarang lebih memilih untuk memecahkan masalah dengan menggunakan kekerasan dan kekuatan massa,” katanya. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa rasa nasionalisme masyarakat sudah mulai memudar dari tahun ke tahun. (Aswi Warman Adam, 2012) menjelaskan bahwa pada tahun 1958, Bung Karno pernah menyuruh seorang seniman bernama Edhi Sunarso untuk membangun patung "Selamat Datang" setinggi 9 meter di tengah kota Jakarta. Lalu tahun 1963, patung itu selesai dengan ketinggian 6 meter setelah mendapat persetujuan Bung Karno. Alhasil, patung inilah yang menyambut kontingen atlet luar negeri yang bertanding pada Ganefo, sebuah olimpiade tandingan karena tidak diakuinya Asian Games IV tahun 1962. "Sekarang ini, patung tersebut malah selalu menjadi saksi demonstrasi yang hampir setiap hari digelar di bundaran Hotel Indonesia," jelasnya. Umumnya tindakan ini dilakukan dengan tindakan kekerasan, anarki, dan tidak mementingkan rasa nasionalisme di diri pribadi masing-masing. Salah satu tantangan masyarakat saat ini adalah menghindari aktivitas negatif tersebut. Hal ini terjadi karena seiring dengan perkembangan jaman, perabadan yang muncul justru mulai kehilangan karakter keindonesiaan. Peradaban yang sedang berkembang saat ini mengedepankan peradaban barat yang sama sekali tidak memiliki latar belakang sejarah dengan Indonesia.(Bambang Ariyanto SH MH). Sebab hal tersebut dapat merusak karakter bangsa secara perlahan-lahan dan mempercepat menghilangnya rasa nasionalisme, cinta tanah air dikalangan masyarakat. Memudarnya nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia akan berdampak fatal bagi kehidupan masyarakat. Berdasarkan urgensi pembahasan, diperlukan alternatif solusi yang efektif untuk meminimalisasi permasalahan tersebut. Beberapa solusi yang relevan antara lain: (1) warga Indonesia lebih mencermati dan memahami betul arti penting cinta tanah air dengan bangga terhadap bangsa sendiri dan menghargai jasa perjuangan para pahlawan, (2) meningkatkan rasa patriotisme terhadap masyarakat Indonesia, dan (3) sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam jati diri masyarakat demi meningkatkan rasa nasionalisme di Indonesia. Dari ketiga solusi tersebut, sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam jati diri masyarakat demi meningkatkan rasa nasionalisme di Indonesia menjadi solusi yang diprediksikan paling efektif. Oleh karena itu, dalam artikel ini dipilih judul "Sosialisasi Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Jati Diri Masyarakat demi Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Indonesia."   BAHASAN Pada bagian ini dijelaskan secara spesifik mengenai (1) konsep dasar, (2) langkah realisasi, serta (3) kelebihan dan kekurangan sosialisasi penerapan nasionalisme di kalangan masyarakat indonesia. Konsep Dasar Sosialisasi Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Jati Diri Masyarakat demi Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Indonesia Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai-nilai dalam belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat. Sosialisasi mengandung tiga pengertian penting, yaitu: proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi individu menahan, mengubah impulsimpuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya, dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup, semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri pribadinya (Soejono Dirdjosisworo, 1985). Sosialisasi bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan yang kelak nantinya akan dia butuhkan untuk tetap hidup agar setiap individu dapat berkomunikasi yang tentu saja dengan efektif sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat berkembang. Sosialisasi juga bertujuan agar mengendalikan fungsi fungsi organik melalui latihan latihan mawas diri yang tepat sehingga setiap individu dapat membiasakan dirinya dengan nilai nilai Pancasila dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat. Sosialisasi membentuk sistem perilaku melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia memberikan reaksi terhadap suatu pengalaman menuju proses pendewasaan (Bruce J. Cohen). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat menyesuaikan perilaku, mengenali dirinya dan mengembangkan segenap potensinya untuk menjadi anggota masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dan kepercayaan sebagai pedoman dalam kehidupannya. Menurut Tischler (1999 : 118) yang menjadi agen atau perantara dalam proses sosialisasi meliputi: (1) keluarga, (2) teman bermain, (3) lembaga pendidikan formal, (4) media massa, (5) agen-agen lain. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang. Keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih luas, denagn pengertian bahwa lembaga lainya tergantung pada eksistensinya. Bagi keluarga inti agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas, agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian, prestasi, universalisme, dan kekhasan. Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Tv adalah salahsatu media massa yang mempunyai peran penting dalam proses sosialisasi. Kehadiran TV dalam satu keluarga atau masyarakat dapat merupakan factor pendukung maupun factor penghambat dari suatu keluarga dalam menjalankan suatu fungsinya yakini mensosialisasikan anak. Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar. Secara garis besar, sosialisasi dibedakan menjadi sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga. Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah (Peter L. Berger dan Luckmann ). Sosialisasi sekunder adalah sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat. Proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat (Goffman). Langkah-langkah Sosialisasi Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Jati Diri Masyarakat demi Meningkatkan Rasa Nasionalisme di Indonesia Pada saat ini, zaman semakin berkembang dengan berbagai macam budaya luar yang masuk ke kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat Indonesia. Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa nilai-nilai Pancasila yang sudah ada sejak dulu mulai terlupakan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Soialisasi merupakan salah satu cara untuk mengembalikan jiwa Pancasila yang mulai ditinggalakan oleh masyarakat. Tentu hal itu tidak dapat dilakukan secara cepat, namun perlu diakukan secara bertahap agar sosialisasi yang dilakukan dapat tercapai tujuannya. Langkah-langkah tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.   Tahap Persiapan Sebelum melakukan sosialisasi, tentunya diperlukan sebuah perencanaan awal. Tahap persiapan merupakan langkah awal yang penting dalam penyelenggaraan sosialisasi yang didalamnya terdapat berupa penyusunan rencana agar dapat menghasilkan hasil yang terbaik, terutama dalam melaksanakan sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat. Lingkup kegiatan yang masuk dalam tahap persiapan terdiri dari: (1) sosialisasi dalam rangka pemahaman mengenai nilai-nilai Pancasila seluruh pemangku kepentingan, agen-agen sosialisasi  terutama pemerintah, untuk dukungan dan kesiapan soaialisasi, kelembagaan, dan sumber daya manusia (SDM); (2) mencetak sekaligus menerapkan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila di lingkungan masyarakat; (3) memberikan penjelasan ataugamabaran mengenai pentingnya nilai-nilai Pancasila.   Tahap pelaksanaan Dalam learniseasy, proses pelaksanaan sosialisasi dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak yang melakukan sosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh anggota anggota atau masyarakat baik secara sadar atau tidak secara orang orang yang mempunyai kewibawaan atas individu individu yang disosialisasi seperti ayah, ibu, kakak dan orang orang yang berkedudukan sederajat dengan pihak yang disosialisasi seperti teman sebaya, teman sekelas, dan sebagainya. Biasanya orang-orang memiliki kewibawaan melakukan sosialisasi dengan tujuan tercapainya kedisiplinan pihak yang disosialisasi. Nilai nilai dan norma sosial yang disosialisasikan mengandung suatu keharusan yang mesti ditaati. Pihak yang melakukan sosialisasi umumnya memakai kekuasaan dan kewenangannya melalui “Paksaan” atau secara otoriter agar pihak yang tersosialisasi tunduk atau patuh atas nilai nilai dan norma yang disosialisasikan. Dalam melakukan sosialisasi, tentunya dilaksanakan bersamaan dengan prakteknya. Dalam hal ini akan diuraikan sebagai berikut : (1) mewajibkan setiap warga masyarakat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dipeluk dan dipercayainya, agar setiap individu memiliki patokan atau pedoman dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat; (2) membiasakan masyarakat untuk menghargai pendapat orang lain, agar tidak memacu pertikaian antar golongan masyarakat; (3) mengedepankan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan dalam berorganisasi, agar tercapainya keselarasan dalam suatu tujuan.   Tahap evaluasi Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, baik dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan bahwa setiap apa yang diterapkan harus ada sebuah perbaikan atau evaluasi di dalamnya. Karena dari tahap awal sampai akhir tentu diperlukan evaluasi. Dalam mengevaluasi sosialisasi ini, agen-agen sosialisasi harus saling bekerjasama untuk memantau perkembangan masyarakat dalam menerapkannya dikehidupan bermasyarakat, agar segala sesuatu yang di inginkan dapat tercapai sebaik mungkin. Dengan demikian, evaluasi ini bukanlah sekedar proses menyempurnakan tetapi juga mengharuskan dalam rangka memengaruhi seseorang atau publik agar berbuat sesuatu seperti mengajar, menggembleng, mengumumkan, memberikan doktrinasi saja akan tetapi dalam proses sosialisasi tersebut seseorang atau publik dapat diberikan kesempatan untuk membangun dirinya, sebab tidak hanya sekedar memberi tahu tentang suatu hal saja, akan tetapi memberikan proses pendewasaan dan pematangan kepribadian seorang individu ataupun publik ataupun masyarakat.   Kelebihan dan kelemahan Sosialisasi ini dianggap cara yang tepat untuk menggugah kembali nilai-nilai Pancasila yang telah hilang dalam jati diri masyarakat, karena sosialisasi ini memiliki banyak kelebihan, antara lain: (1) sesuai dengan tujuannya sosialisasi mengembangkan segenap potensi masyarakat tanpa adanya pemaksaan oleh pihak luar; (2) mempunyai ruang lingkup yang cukup luas yang mencakup seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali; (3) masyarakat lebih memiliki sifat positif dan terbuka dalam kehidupan bermasyarakat; serta (4) masyarakat lebih menjunjung tinggi hak asasi manusia tanpa menghilangkan hak orang lain. Meskipun banyak kelebihan, namun sosialisasi juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain: (1) kurangnya tenaga agen sosialisasi yang ada di dalam masyarakat, yang berakibat tidak berjalannya proses sosialisasi; (2) minimnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kegiatan sosialisasi; (3) kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya materi-materi yang telah disampaikan dalam suatu sosialisasi, yang berakibat masyarakat menyepelekan apa yang telah di sampaikan oleh pemateri.   Kesimpulan dan saran Dari paparan yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai sosialisasi  penerapan nilai-nilai Pancasila dalam jati diri masyarakat demi meningkatkan rasa nasionalisme di Indonesia, baik dalam pengertian, jenis, langkah mupun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, berikut akan dipaparkan simpulan dan saran.   Kesimpulan Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai-nilai dalam belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat. Sosialisasi bertujuan agar tiap individu mendapatkan bekal keterampilan yang kelak nantinya akan dia butuhkan untuk tetap hidup agar setiap individu dapat berkomunikasi yang tentu saja dengan efektif sehingga kemampuan membaca, menulis, dan berbicara dapat berkembang. Sosialisasi memiliki agen atau perantara dalam proses sosialisasi meliputi, keluarga, teman bermain, lembaga pendidikan formal, media massa, dan agen-agen lain. Sosialisasi dibedakan menjadi sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga dan sosialisasi sekunder adalah sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat. Sebelum melakukan sosialisasi, tentunya diperlukan sebuah perencanaan awal. Tahap persiapan merupakan langkah awal yang penting dalam penyelenggaraan sosialisasi yang didalamnya terdapat berupa penyusunan rencana agar dapat menghasilkan hasil yang terbaik, terutama dalam melaksanakan sosialisasi penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat. Proses pelaksanaan sosialisasi dilakukan oleh dua pihak yaitu pihak yang melakukan sosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Proses sosialisasi dilakukan oleh anggota anggota atau masyarakat baik secara sadar atau tidak secara orang orang yang mempunyai kewibawaan atas individu individu yang disosialisasi seperti ayah, ibu, kakak dan orang orang yang berkedudukan sederajat dengan pihak yang disosialisasi seperti teman sebaya, teman sekelas, dan sebagainya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, baik dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan bahwa setiap apa yang diterapkan harus ada sebuah perbaikan atau evaluasi di dalamnya. Karena dari tahap awal sampai akhir tentu diperlukan evaluasi. Dalam mengevaluasi sosialisasi ini, agen-agen sosialisasi harus saling bekerjasama untuk memantau perkembangan masyarakat dalam menerapkannya dikehidupan bermasyarakat, agar segala sesuatu yang di inginkan dapat tercapai sebaik mungkin. Walaupun dalam pelaksanaan sosialisasi masih banyak hal yang perlu diperbaiki, misalnya  kurangnya tenaga agen sosialisasi yang ada di dalam masyarakat, yang berakibat tidak berjalannya proses sosialisasi. Hal itu bukanlah menjadi sebuah alasan, mengingat semakin berkembangnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, membuat nila-nilai Pancasila semakin tergusur hilang dimakan zaman, luntur dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu sosialisasi ini dianggap cara yang tepat untuk menggugah kembali nilai-nilai Pancasila yang telah hilang dalam jati diri masyarakat, karena sesuai dengan tujuannya sosialisasi mengembangkan segenap potensi masyarakat tanpa adanya pemaksaan oleh pihak luar, mempunyai ruang lingkup yang cukup luas yang mencakup seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.   Saran Berdasarkan artikel ini, telah jelas bahwa rasa nasionalisme masyarakat Indonesia sudah mulai memudar, dan dengan adanya solusi ini diharapkan masyarakat Indonesia lebih membenahi diri, mendorong diri pribadi masing-masing untuk mencintai nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme yang sudah ada sejak Indonesia berdiri. Dari hasil pembahasan yang telah penulis bahas, penulis memberikan saran kepada semua pihak, khususnya masyarakat di Indonesia mulai dari yang muda sampai yang tua untuk lebih meningkatkan rasa nasionalisme terhadap Negara Indonesia, karena  kita sebagai warga Indonesia adalah calon penerus perjuangan dan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Selain itu, penulis memberikan saran kepada masyarakat dan pemerintah untuk saling bersinergi dalam mengupayakan peningkatan nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia.   DAFTAR RUJUKAN Adam, Asvi Warman. 2015. Jiwa Seni Bung Karno di Patung Selamat Datang dalam http://devel.monitorday.com/2015/03 (online) Ariyanto, Bambang. 2012. Lunturnya Semangat Nasionalisme dalam http://www.antarajatim.com/2012/31 (online) Cohen, Bruce J. Pengertian Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi Menurut Ahli dalam http://www.apapengertianahli.com/2015/06 (online) Dirdjosisworo,Soejono. 1985. Pengertian Sosialisasi dalam http://ahmadfathoni.zonasiswa.com/2014/07 (online) Learniseasy. 2015. Proses Sosialisasi dan Macam Macamnya dalam http://learniseasy.com/2015/09 (online) Peter L. Berger, Luckmann dan Goffman.  Definisikan Sosialisasi Primer dan Sosialisasi    Sekunder dalam https://rosynira.wordpress.com/2013/18 (online) PGI. 2012. Kekerasan Meningkat Akibat Lunturnya Nilai-Nilai Nasionalisme dalam http://pgi.or.id/2012/10 (online) Sasrawan, Hedi. 2013. Pengertian Sosialisasi dalam  http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01 (online) Tischler. 1999. Agen-Agen Sosialisasi dalam  http://tentangkomputerkita.blogspot.co.id/2010/01 (online