Reproduksi manusia adalah ketika sel telur dari wanita dengan sel sperma dari pria bersatu dan berkembang di dalam rahim untuk membentuk janin. Dengan kata lain, kemampuan ini berguna untuk menghasilkan keturunan atau berkembang biak. Beberapa bagian tubuh, baik pada wanita maupun pria dibutuhkan agar proses ini terjadi yang disebut juga dengan alat reproduksi atau alat kelamin. Show Sistem reproduksi pada pria dan wanita memiliki sistem kerja yang berbeda satu sama lain. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda dan keunikannya sendiri secara genetik. Saat proses reproduksi terjadi, percampuran antara antara sel sperma dan sel telur bercampur dan menimbulkan pembuahan. Setelah itu, janin terbentuk di dalam rahim selama 36 hingga 40 minggu untuk menghasilkan bayi. Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Organ Reproduksi Wanita Perbedaan Sistem Reproduksi Pria dan WanitaSistem reproduksi pada pria terdiri dari dua bagian utama, yaitu testis sebagai tempat sperma diproduksi dan penis. Bagian penis dan uretra termasuk dalam sistem saluran kemih dan reproduksi pada pria. Sedangkan testis, berada di dalam kantong luar yang disebut dengan skrotum dan biasanya sedikit lebih dingin dibandingkan suhu tubuh untuk memfasilitasi produksi sperma. Sementara itu, struktur eksternal dari sistem reproduksi wanita, antara lain klitoris, labia minora, labia majora, serta kelenjar Bartholin. Bagian tubuh yang termasuk organ dalam utama dari sistem reproduksi wanita adalah vagina dan rahim, yang berguna sebagai wadah dari air mani dan ovarium tempat menghasilkan sel telur wanita. Vagina menempel ke rahim melalui serviks, sedangkan saluran tuba menghubungkan rahim ke ovarium. Pembuahan terjadi jika sperma memasuki tuba falopi dan terus berada di dalam sel telur. Pembuahan biasanya terjadi di saluran telur, tetapi bisa juga terjadi di rahim itu sendiri. Sel telur kemudian ditanamkan di lapisan rahim saat proses embrio terbentuk dan janin mulai terbentuk. Saat janin sudah cukup dewasa untuk bertahan hidup di luar rahim, serviks akan membesar dan menyebabkan kontraksi rahim untuk mendorong keluar melalui jalan lahir. Baca juga: Perhatikan Tanda Adanya Masalah pada Reproduksi Sistem Reproduksi PriaOrgan reproduksi pria memiliki struktur eksternal yang meliputi:
Selain itu, pria juga memiliki organ reproduksi internal yang dikenal sebagai organ tambahan. Organ-organ itu berfungsi untuk membantu proses penyimpanan, produksi, dan keluarnya sperma. Organ tersebut, antara lain uretra, vas deferens, epididimis, vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral. Hormon testosteron dapat memengaruhi fungsi dari organ-organ reproduksi tersebut. Selain itu, hormon testosteron juga bermanfaat dalam pengembangan karakteristik pria dari segi fisik, gairah seksual, FSH (follicle stimulating hormone), dan LH (luteinizing hormone) yang berguna untuk membantu produksi sperma. Baca juga: Sering Sakit Pinggang Tanda Gangguan Sistem Reproduksi? Sistem Reproduksi WanitaOrgan reproduksi wanita lebih banyak terletak pada tubuh bagian dalam yang meliputi:
Wanita juga memiliki organ tambahan, seperti labium mayor, labium minor, kelenjar Bartholin, dan klitoris. Organ-organ tersebut berfungsi untuk melindungi bagian reproduksi internal wanita dari bermacam jenis infeksi, memicu hasrat seksual pada wanita, dan sebagai jalur yang memungkinkan sperma untuk masuk ke dalam tubuh wanita dan mencapai sel telur. Setiap wanita juga memiliki empat hormon reproduksi utama, yaitu FSH dan LH yang membantu proses produksi sel telur di ovarium. Bagian lainnya adalah hormon yang berperan penting untuk kehamilan, yaitu estrogen dan progesteron. Berdasarkan pembahasan tersebut, kesehatan setiap organ dalam sistem reproduksi perlu dijaga. Hal ini bisa dimulai dari pola hidup sehat, aktivitas seks yang aman, untuk menunjang proses reproduksi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Referensi:britannica.com. Diakses pada 2021. Human Reproductive System.Live Science. Diakses pada 2021. Reproductive System: Facts, Functions & Diseases.Diperbarui pada 12 Maret 2021.Pertanyaan Seputar ReproduksiMasa subur itu dihitung 14 hari sebelum menstruasi atau sesudah ya dok? Ditanyakan oleh: rifaaa_alv Dijawab oleh: dr Rizal Fadli Masa subur dapat dihitung dengan melihat siklus menstruasi yang terjadi antara 21-35 hari dengan lama perdarahan 2-8 hari. Namun, ada beberapa wanita yang memiliki siklus lebih pendek maupun lebih panjang. Pada umumnya, wanita memiliki masa subur sekitar 12-14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Masa subur ini dapat berbeda setiap bulannya, mengingat masa subur sangat dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Jadi, jika siklus menstruasi tidak tentu, begitu pula dengan masa subur. Oleh sebab itu, langkah terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah selalu mencatat hari pertama menstruasi agar dapat mengetahui masa subur. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, masa subur akan mulai pada 12-14 hari berikutnya. Jadi, apabila siklus menstruasi 28 hari, masa subur akan jatuh pada hari ke-14. Namun, jika siklus menstruasi tidak teratur, ketahuilah siklus terpendek dan terpanjang dalam 3 bulan terakhir.
Tubuh wanita mengalami beragam perubahan seiring proses alami yang dilaluinya, mulai dari pubertas, ovulasi, menstruasi, hingga kehamilan dan menyusui. Berbagai proses tersebut terjadi berkat adanya macam-macam hormon di dalam tubuh wanita. Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh sistem endokrin dalam tubuh dan berfungsi untuk membantu mengendalikan hampir semua fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, metabolisme, hingga kerja berbagai sistem organ, termasuk organ reproduksi. Macam-Macam Hormon Wanita Berikut ini adalah beberapa macam hormon wanita beserta fungsinya:
Setiap hormon wanita memiliki peranan penting terhadap kesehatan, termasuk menentukan bentuk tubuh wanita. Untuk menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh, Anda disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, membatasi konsumsi makanan manis dan tinggi karbohidrat, mengurangi stres, serta tidur yang cukup. Jika Anda merasa mengalami gangguan yang berkaitan dengan hormon, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang tepat. Terakhir diperbarui: 3 Februari 2020 |