Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah

Sibernas.com,-Tajassus di antara tafsirannya adalah mencari-cari kesalahan orang lain, terutama yang terus ingin dicari aibnya adalah orang-orang beriman.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Waspadalah dengan buruk sangka karena buruk sangka adalah sejelek-jeleknya perkataan dusta.” (HR. Bukhari no. 5143 dan Muslim no. 2563)

Prasangka yang terlarang adalah prasangka yang tidak disandarkan pada bukti. Oleh karena itu, jika prasangka itu dinyatakan pasti (bukan lintasan dalam hati), maka dinamakan kadzib atau dusta. Inilah yang disebutkan dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar.

Larangan berburuk sangka dan tajassus disebutkan dalam ayat Alquran,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.” (QS. Al Hujurat: 12).

Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Jalalain, menaruh curiga atau prasangka buruk yang terlarang adalah prasangka jelek pada orang beriman dan pelaku kebaikan, dan itulah yang dominan dibandingkan prasangka pada ahli maksiat. Kalau menaruh curiga pada orang yang gemar maksiat tentu tidak wajar. Adapun makna, janganlah ‘tajassus’ adalah jangan mencari-cari dan mengikuti kesalahan dan ‘aib kaum muslimin.

Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Alquran Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, tajassus -seperti kata Imam Al Auza’i- adalah mencari-cari sesuatu. Ada juga istilah tahassus yang maksudnya adalah menguping untuk mencari-cari kejelekan suatu kaum di mana mereka tidak suka untuk didengar, atau menguping di depan pintu-pintu mereka. Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Akibat Buruk Tajassus:

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ ، صُبَّ فِى أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa menguping omongan orang lain, sedangkan mereka tidak suka (kalau didengarkan selain mereka), maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 7042).

Imam Adz Dzahabi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-aanuk adalah tembaga cair.

Lihat Juga :  Tata Cara Shalat Tahajud Lengkap dengan Bacaan Niat dan Doanya

Yang namanya tembaga cair tentu saja dalam keadaan yang begitu panas. Na’udzu billah.

Ibnu Batthol mengatakan bahwa ada ulama yang berpendapat, hadits yang ada menunjukkan bahwa yang mendapatkan ancaman hanyalah untuk orang yang “nguping” dan yang membicarakan tersebut tidak suka yang lain mendengarnya.

Namun yang tepat jika tidak diketahui mereka suka ataukah tidak, maka baiknya tidak menguping berita tersebut kecuali dengan izin mereka. Karena ada hadits di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa terlarang masuk mendengar orang yang sedang berbisik-bisik (berbicara empat mata). Seperti ini dilarang kecuali dengan izin yang berbicara. Demikian diterangkan oleh Ibnu Batthol dalam Syarh Shahih Al Bukhari.

Dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكَ إِنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ النَّاسِ أَفْسَدْتَهُمْ أَوْ كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ

“Jika engkau mengikuti cela (kesalahan) kaum muslimin, engkau pasti merusak mereka atau engkau hampir merusak mereka.” (HR. Abu Daud no. 4888. Al Hafizh Abu Thohir menyatakan bahwa hadits ini shahih). Ini juga akibat buruk dari mencari-cari terus kesalahan orang lain.

Kalau Curiga Ada Bukti, Itu Boleh
Dari Zaid bin Wahab, ia berkata,

عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ قَالَ أُتِىَ ابْنُ مَسْعُودٍ فَقِيلَ هَذَا فُلاَنٌ تَقْطُرُ لِحْيَتُهُ خَمْرًا فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ إِنَّا قَدْ نُهِينَا عَنِ التَّجَسُّسِ وَلَكِنْ إِنْ يَظْهَرْ لَنَا شَىْءٌ نَأْخُذْ بِهِ

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu telah didatangi oleh seseorang, lalu dikatakan kepadanya, “Orang ini jenggotnya bertetesan khamr.” Ibnu Mas’du pun berkata, “Kami memang telah dilarang untuk tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain). Tapi jika tampak sesuatu bagi kami, kami akan menindaknya.” (HR. Abu Daud no. 4890. Sanad hadits ini dhaif menurut Al Hafizh Abu Thohir, sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanadnya shahih).

Sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin bahwa terlarang berburuk sangka pada kaum muslimin tanpa ada alasan yang mendesak.

Mulai Belajar untuk Husnuzhon
Contohnya belajar untuk husnuzhon, terhadap makanan kaum muslimin saja kita diperintahkan untuk husnuzhon. Jangan terlalu banyak taruh curiga tanpa bukti.

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ قَوْمًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ قَوْمًا يَأْتُونَنَا بِاللَّحْمِ لاَ نَدْرِى أَذَكَرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ أَمْ لاَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –سَمُّوا اللَّهَ عَلَيْهِ وَكُلُوهُ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ada suatu kaum yang berkata, “Wahai Rasulullah, ada suatu kaum membawa daging kepada kami dan kami tidak tahu apakah daging tersebut saat disembelih dibacakan bismillah ataukah tidak.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Ucapkanlah bismillah lalu makanlah.” (HR. Bukhari no. 2057).

Lebih Baik Memikirkan Aib Sendiri:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

يُبْصِرُ أَحَدُكُمْ القَذَاةَ فِي أَعْيُنِ أَخِيْهِ، وَيَنْسَى الجَذَلَ- أَوِ الجَذَعَ – فِي عَيْنِ نَفْسِهِ

“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih).

Perkataan Abu Hurairah di atas sama seperti tuturan peribahasa kita, “Semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.”

Itulah kita, seringnya memikirkan aib orang lain. Padahal hanya sedikit aib mereka yang kita tahu. Sedangkan aib kita, kita sendiri yang lebih mengetahuinya dan itu begitu banyaknya.

Wallahu waliyyut taufiq, hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Editor: Ferly M

Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah

© 2022 NU Online | Nahdlatul Ulama

  • Sejarah
  • Organisasi
  • Syuriyah
  • Tanfidziyah

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Visi Misi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Kebiasaan mencari kesalahan orang lain seringkali gak kita sadari. Terkadang, kita juga suka bingung kan sama orang yang sering mencari kesalahan orang lain? Padahal, hal itu seolah mendarah daging dalam diri kita sendiri. Dan menjadi kebiasaan yang susah hilang dalam masyarakat kita.

Meski begitu, ada beberapa hal nih yang menjadi alasan dasar kenapa seseorang suka mencari kesalahan pada diri orang lain. Bahkan, alasan ini juga bisa jadi ada dalam diri kita.

Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah
unsplash/Thu' Anh

Ketika kita senang mencari kesalahan orang lain, sebenarnya hal itu merupakan bentuk bahwa kita sendiri sedang merasa insecure. Ada bagian diri kita yang tau bahwa diri ini memiliki banyak kekurangan. Sehingga, bentuk pelariannya adalah kita menutup mata dari kekurangan diri sendiri dan lebih suka menggali kesalahan orang lain. 

Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah
unsplash/Fabrizio Verrecchia

Banyak hal yang terlihat salah pada diri orang lain ketika kita membenci orang tersebut. Gak heran, mencari-cari kesalahannya jadi ajang untuk memancing keributan tidak langsung. Hitung-hitung kita juga menguji seberapa sabarnya orang ini. Padahal, perilaku seperti ini jelas sekali gak bermanfaat dan hanya membuat kerugian. 

Baca Juga: 5 Manfaat Jika Kamu Memiliki Sifat Apatis, Gak Rugi Kok!

Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah
unsplash/NeONBRAND

Mencari kesalahan orang lain juga bisa disebabkan karena posisi yang sedang terancam. Contoh sederhananya, ketika gebetan kita mulai menyukai orang lain, kita pasti deh suka mendekati sang gebetan dan membeberkan kesalahan-kesalahan si orang itu padanya. Padahal, semuanya belum tentu benar dan sebagian lagi mungkin hanya karangan kita belaka karena takut sang gebetan lari ke pelukan orang lain. Iya kan?

Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah
unsplash/Clem Onojeghuo

Mencari kesalahan orang lain adalah tindakan yang negatif. Teorinya adalah, semua hal yang negatif, berasal dari sesuatu yang negatif pula. Jadi, ketika seseorang senang sekali mencari hal-hal yang salah dalam diri orang lain, bisa jadi, dia sendiri sebenarnya dipenuhi banyak kesalahan yang membuatnya gak bisa melihat kebaikan dalam diri orang lain. Waduh!

Orang yang suka mencari kesalahan orang lain akibatnya adalah
unsplash/Priscilla Du Preez

Salah satu penyebab senangnya kita mencari kesalahan orang lain, mungkin karena kita tumbuh besar dalam lingkungan yang seperti ini. Miris banget sih, tapi hal ini benar adanya. Ketika kita terbiasa dengan pola yang sama dan berulang sejak kecil, tanpa sadar, kita menerapkan pola tersebut dalam kehidupan kita.

Jika sejak masih anak-anak kita terbiasa disalah-salahkan baik oleh orang tua, keluarga, guru, dan orang sekitar kita, maka bukan gak mungkin kita merasa bahwa hal itu adalah wajar dan gak masalah untuk melakukannya secara terus menerus meski kita sudah gak di lingkungan yang sama.

Jadi, kunci dalam menghadapi orang seperti ini adalah jangan tersulut emosi. Jangan langsung menghakimi dan menyudutkannya. Bisa jadi semua itu dia lakukan tanpa sengaja, bisa jadi semua itu hanya karena pola asuh sejak kecil yang membentuknya jadi pribadi demikian.

Intinya, ajaklah dia bicara baik-baik dan sampaikan padanya bahwa apa yang dia lakukan sudah sampai pada batas mengganggu orang lain. Atau, jika orang ini adalah dirimu, cobalah lebih sering introspeksi diri dan sadari bahwa apa yang kamu lakukan ini, sibuk mencari kesalahan orang lain, gak ada manfaatnya sama sekali. 

Baca Juga: 7 Sifat Ini Gak Bakal Ada di Orang yang Sukses Mencintai Diri Sendiri

Baca Artikel Selengkapnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.