Mengapa umat Islam diperintahkan untuk berinfak dan bersedekah

tirto.id - Secara umum, istilah sedekah dan infak sering kali tertukar-tukar penyebutannya. Kendati memang memiliki kemiripan, dua istilah ini memiliki sejumlah perbedaan tertentu.

Pada dasarnya, infak dan sedekah termasuk ibadah sosial yang diperintahkan dalam Islam. Orang-orang yang berinfak dan bersedekah dijanjikan pahala besar di sisi Allah SWT.

Dalam uraian "Fikih Infaq dan Sedekah", M. Fuad Hadziq dari Universitas Terbuka menjelaskan bahwa infak berasal dari bahasa Arab berarti membelanjakan atau membiayai.

Secara istilah, infak adalah ibadah sosial yang dilakukan dengan suka rela, serta diberikan dalam bentuk harta untuk kemaslahatan umat.

Dalil mengenai anjuran untuk berinfak ini tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 267:

“Hai orang-orang yang beriman, berinfaklah [di jalan Allah] sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji," (Al-Baqarah [2] 267).

Sebagai ibadah sosial, infak memiliki cakupan luas. Misalnya, sedekah dan zakat termasuk bagian dari infak.

Di sisi lain, sedekah dalam bahasa Arab artinya benar. Maksudnya, sedekah dilakukan seseorang yang merupakan wujud dari kebenaran dan kejujurannya dalam beriman kepada Allah SWT.

Secara istilah, sedekah adalah ibadah sosial yang dilakukan suka rela, baik itu pemberian berupa materi atau non-materi, seperti tindakan menolong, tersenyum, dan lain sebagainya. Sedekah dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Perbedaan Infak dan Sedekah

Kendati sama-sama dilakukan dengan tujuan sosial, serta dimaksudkan untuk mengharapkan rida Allah SWT, infak dan sedekah memiliki perbedaan-perbedaan tertentu, sebagaimana dilansir dari NU Online sebagai berikut:

1. Luas Cakupan Infak dan Sedekah

Sebagaimana disebutkan di atas, infak cakupannya lebih luas daripada sedekah. Hal ini dikarenakan infak adalah membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Zakat dan sedekah termasuk dalam cakupan infak.

2. Perbedaan Bentuk Infak dan Sedekah

Infak dibatasi hanya pada harta dan materi saja. Segala hal yang diberikan kepada orang lain dalam bentuk uang atau materi lainnya termasuk bagian dari infak.

Sedangkan sedekah, selain termasuk materi dan harta beda, sedekah juga bisa berupa tindakan prososial, seperti menolong, tersenyum, dan memudahkan urusan orang lain.

3. Sasaran Penerima Infak dan Sedekah

Infak hanya dapat diberikan kepada manusia. Sementara itu, sedekah dapat diberikan kepada hewan peliharaan, mengasihi binatang, menanam pohon, dan lain sebagainya.

Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad SAW:

“Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati [jantung] yang basah [hidup] akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hikmah Infak dan Sedekah

Ibadah infak dan sedekah dibalas pahala di sisi Allah SWT, serta dihitung sebagai amal baik yang dilakukan seorang muslim.

Tidak hanya balasan di akhirat, infak dan sedekah memiliki sejumlah hikmah yang dapat dirasakan di dunia, sebagaimana dilansir dari laman Kemenag sebagai berikut:

1. Mengeratkan Silaturahmi dan Persaudaraan Islam

Infak dan sedekah bermanfaat untuk menguatkan persaudaraan atau ukhuwah Islam. Ibadah sosial ini dapat membantu orang-orang yang membutuhkan dari uluran tangan yang mampu atau memiliki kelapangan harta.

2. Kebaikan yang Dicintai Allah SWT

Infak dan sedekah merupakan amal kebaikan yang dicintai Allah SWT. Anjuran ini tertera dalam Alquran dan hadis, salah satunya dalam surah At-Tagabun ayat 16 sebagai berikut:

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barang-siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung," (At-Tagabun [64]: 16).

3. Menebar Kasih Sayang di Dunia

Infak dan sedekah merupakan ekspresi rahman dan rahim, serta kasih sayang kepada sesama makhluk Allah SWT. Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

“Saling hadiah-menghadiahkankamu karena dapat menghilangkan tipu daya dan kedengkian," (H.R. Abu Ya’la).

“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan kecintaan dan menghilangkan kedengkian-kedengkian," (H.R. Dailami).

Baca juga:

  • Hukum Memperbanyak Sedekah di Bulan Puasa Ramadhan & Dalil
  • Perbedaan Zakat dan Sedekah & Golongan yang Berhak Mendapatkannya

Baca juga artikel terkait SEDEKAH atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

SETIAP umat Islam yang memiliki kelebihan rezeki diperintahkan Allah SWT untuk senantiasa mengeluarkan sedekah, infak, zakat, atau membagi setiap rezekinya kepada orang yang membutuhkan.

Sedekah atau pemberian seorang kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu sehingga berbagi ini menjadi salah satu yang sangat disenangi Allah lantaran diberikan secara sukarela.

Sedekah merupakan bukti iman dan ketaatan manusia kepada Sang Pencipta. Sedekah itu tidak dapat dipaksakan, tetapi panggilan hati dan jiwa untuk melakukannya dengan ikhlas dan dapat menyenangkan hati orang lain.

Bahkan, menurut Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama [FKUB] Jawa Tengah KH Taslim Syahlan dalam tausiahnya di Universitas Wahid Hasyim Semarang, berbagi, berinfak, bersedekah, atau berzakat menjadi takaran seseorang seberapa jauh kualitas keimanan dan ketakwaannya.

"Sesungguhnya berbagi itu juga merupakan takaran seorang dalam kadar ketakwaannya, ini termasuk kategori yang bijaksana atau bajik," kata Taslim.

Kadar ketakwaan seseorang memang bukan hanya dilihat dari cara dia menghadap ke barat atau dalam konteks salat saja, melainkan melihat pula sebarapa jauh seseorang membelanjakan aset atau rezeki yang diberikan Allah untuk dibagikan kepada sanak saudara, lingkungan, dan kerabat yang lain. "Jadi ketakwaan itu bukan hanya dengan Allah, bukan hanya secara vertikal, melainkan juga horizontal kepada sesama," katanya.

Ia melanjutkan, berbagi bisa dilakukan ke lingkungan terdekat, kerabat, kepada yatim piatu, orang-orang miskin, ibu yang sakit, dan sebagainya sehingga penting dilakukan.

Taslim mengingatkan untuk tidak perlu khawatir berbagi ini akan menjadikan seseorang miskin, bahkan sebaliknya Allah akan melipatgandakan ganjaran pahala.

Hal ini tertuang pada surah Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT menjelaskan pahala dan bagaimana perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta di jalan-Nya. Perumpamaan orang yang mengeluarkan harta di jalan Allah ialah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir yang pada tiap bulirnya berisi 100 biji.

"....dan Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang dikehendaki. Dan Allah Mahahalus karunia-Nya lagi Mahamengetahui. [Al-Baqarah 261].

Balasan

Garansi Allah dalam memberikan balasan pun sangat jelas. "Balasannya dari yang kita keluarkan itu sekarang, kalau saya boleh bilang ini cash. Tidak besok nunggu di akhirat, itu masih terkalu lama, hari ini begitu berbagi berinfak, hari ini juga Allah sudah menggantinya," ucapnya.

Tak hanya itu, Allah pun akan menggaransikan balasan lainnya kepada orang yang bersedekah atau berbagi, yakni mendapat perlindungan di hari akhir, mendapat keberkahan dari hartanya, dosanya akan dihapuskan, dipanjangkan umurnya, dan sebagainya.

"Kita harus maknai ini sebagai jalan lurus yang kita jalani sejak hari ini. Ramadan ini menjadi momentum kesadaran kita sebagai hamba Allah yang selalu merindukan kasih sayang-Nya dengan berbagi sesama," pungkas Taslim. [H-1]

Buka Puasa Ramadan 1442 H