Mengapa tanaman palawija cocok ditanam di wilayah kering

Pertengahan Tahun 2011 ini, dilakukan perbaikan irigasi di 11 subak di wilayah Denpasar Timur. Selama berlangsungnya proyek tersebut, otomatis ada pengalihan aliran air ke pembuangan yang menyebabkan lahan pertanian kering. Atas dasar itulah, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar berinisiatif membantu petani dengan membuat program penanganan dan pemanfaatan lahan mangkrak dadakan. Komoditas yang paling cocok adalah jenis palawija dan hortikultura (buah, sayur, florikultura dan biofarmaka). Budidaya sayur misalnya, disamping memiliki nilai ekonomi tinggi, waktu panen juga tidak lama dan kebutuhan masyakarat sangat tinggi. Sosialisasi mengenai pemanfaatan lahan ini telah dilakukan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar, pada Rabu, 25/5 kemarin. Didampingi Kabid. Produksi, Ir. Sagung Mirah Widhiani dan Kabid. Pemasaran Drh. IB Mayun Suryawangsa, Ir. Gede Ambara Putra mengatakan Pemerintah perlu bertanggung jawab dengan jalan mengajak untuk membudidayakan jenis tanaman lainnya seperti palawija dan hortikultura. "Kalau lahan kering maka padi tidak cocok ditanam, karena tanaman ini memerlukan banyak air, maka perlu dialihkan untuk menanam jenis komoditas lainnya", tegas Ambara. Ditambahkannya, bahwa saat ini Pemerintah Kota Denpasar memiliki komitmen mensejahterakan petani. Untuk tahap awal pihak pemerintah melalui Dinas Pertanian akan memberikan bantuan bibit sesuai permintaan petani. Lahan produktif di wilayah Denpasar Timur ini sekitar 700 hektar. Lahan seluas ini selama enam bulan ke depan akan kering, sehingga sosialisasi tentang pemanfaatan lahan ini sangat ditunggu-tunggu petani.

Palawija (Sanskerta: phaladwija) secara harfiah berarti tanaman kedua. Berdasarkan makna dari bahasa Sanskerta, palawija bermakna hasil kedua, dan merupakan tanaman hasil panen kedua di samping padi. Istilah palawija berkembang di antara para petani di Pulau Jawa untuk menyebut jenis tanaman pertanian selain padi.[1]

Mengapa tanaman palawija cocok ditanam di wilayah kering

Penanaman lobak di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Kondisi geografis dan temperatur udara yang dingin tidak memungkinkan daerah ini menanam padi

Tanaman pertanian yang bisa disebut sebagai palawija adalah:[1][2][3]

  • Sorghum
  • Kacang hijau
  • Kacang tunggak
  • Kedelai
  • Singkong
  • Kentang
  • Ubi
  • Gembili
  • Wortel
  • Mentimun
  • Oyong
  • Kacang panjang
  • Talas
  • Jagung

Beberapa buku menyebutkan buah yang tumbuh menempel di atas tanah juga disebut palawija, seperti labu, blewah, dan semangka,[1] meski dalam definisi pertanian modern mereka disebut dengan hortikultura.

Dalam sistem yang menekankan pertanian berkelanjutan, palawija merupakan salah satu komponen untuk melakukan rotasi tanaman. Palawija mampu menghemat air di musim kering sehingga tidak memberikan beban bagi irigasi, terutama ketika irigasi tidak mampu memberikan cukup air bagi padi sawah.[4][3] Palawija juga mampu menjadi sumber penghidupan di dataran tinggi di mana padi tidak dapat tumbuh.[5] Di lereng Gunung Merapi, petani melakukan rotasi tanaman dengan menanam padi yang diselingi palawija untuk memutus siklus hidup hama tikus. Rotasi tanaman ini terbukti meningkatkan produktivitas hasil pertanian setempat.[6]

Di sisi lain, palawija merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap serangan hama sehingga membutuhkan lebih banyak pestisida.[5] Palawija juga rentan dengan serangan "hama besar" seperti babi hutan[7]

Palawija merupakan salah satu kunci dalam menggalakkan diversifikasi pangan di Indonesia demi mempertahankan ketahanan pangan.[8] Lahan tidur yang tidak tergarap, misal lahan bekas kehutanan, bisa ditanam palawija karena penanaman palawija tidak membutuhkan banyak air. Jika terwujud, hal ini dapat meningkatkan produksi pangan.[9] Berbagai petani juga memilih untuk beralih ke palawija ketika komoditas utama mereka mengalami penurunan harga, seperti yang dialami petani tebu di Jawa Tengah.[10]

Di Indonesia terdapat tiga lembaga penelitian pertanian yang mengkhususkan diri pada penelitian palawija:

  • Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain (BALITJAS) yang berpusat di Maros, Sulawesi Selatan
  • Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) yang berpusat di Karangploso, Malang, Jawa Timur.
  • Balai Penelitian Tanaman Pangan di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat

  Portal Pertanian

  • One Day No Rice

  1. ^ a b c Suparman. Bercocok Tanam Ubi jalar. Ganeca Exact. ISBN 979121154X. 
  2. ^ "Mengenal Jenis-Jenis Tanaman Palawija". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-20. Diakses tanggal 20 Desember 2013. 
  3. ^ a b "Hadapi Musim Kemarau, Petani Dihimbau Tanam Palawija". Tempo. 30 April 2013. 
  4. ^ R. F. Ellen, ed. (2007). Modern Crises and Traditional Strategies: Local Ecological Knowledge in Island Southeast Asia, Volume 6 of Studies in environmental anthropology and ethnobiology. Berghahn Books. ISBN 1845453123. 
  5. ^ a b Opender Koul, Gerrit W. Cuperus, Norman Elliott, ed. (2008). Areawide Pest Management: Theory and Implementation. CABI. ISBN 1845933737. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: editors list (link)
  6. ^ "Warga Lereng Merapi Adakan Tradisi Wiwit". Suara Merdeka. 11 Desember 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-20. Diakses tanggal 2013-12-19. 
  7. ^ "Warga Bunuh Babi Perusak Lahan Palawija". Pikiran Rakyat. 20 November 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-20. Diakses tanggal 2013-12-19. 
  8. ^ "Pemkab Terus Dorong Ketahanan Pangan". Pontianak Post. 12 Desember 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-20. Diakses tanggal 2013-12-19. 
  9. ^ "Perkuat Ketahanan Pangan". Kaltim Post. 24 November 2013. 
  10. ^ "Swasembada Gula di Jateng Bukan Hal Mustahil". Suara Merdeka. 24 November 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-20. Diakses tanggal 2013-12-19. 

  • Mashudi. Bercocok Tanam Palawija. Ganeca Exact. ISBN 979121140X. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Palawija&oldid=18380653"