Mengapa perilaku taat berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja yang baik itu perlu dilakukan?


Mengapa perilaku taat berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja yang baik itu perlu dilakukan?

“Taat pada Aturan Kompetisi Dalam Kebaikan dan Etos Kerja”

A. MEMBANGUN PERILAKU TAAT

Taat memiliki arti yaitu tunduk dan patuh pada perintah Allah serta menjauhi semua larangan-Nya. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan agama telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul yang tercantum dalam Al Qur’an : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (Pemegang Kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.(Q.S. An-Nisa/4: 59).

Q.S. An-Nisa/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah SWT, Rasulullah SAW dan Ulul Amri. Pengertian Ulul Amri ada di bawah, ada beberapa pendapat.

Umara ahlul ilmi fiqh artinya memiliki ilmu pengetahuan tentang fikih.

Bahwa ulil amri itu adalah umara,ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.

Memiliki 4 makna, yaitu :

B. Membangun Kompetisi Dalam Kebaikan

Mahasuci Allah yang telah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya. Sudahkan kita merenungkan kembali tujuan penciptaan kita ? Allah menciptakan kita agar beribadah kepada-Nya sebagaimana firman Allah dalam QS surah Adz Dzariat (51) ayat 56 :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka         beribadah kepada-ku”.

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang patut diusahakan dan yang menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia yang baik dan benar akan menuju pada kesempurnaan Ahlaq manusia itu sendiri. Apabila manusia berbagi kebaikan kepada orang lain maka orang yang memberi dan yang diberi akan merasakan kebahagiaan.

Setiap kebaikan memperoleh balasan yang lebih baik dari sisi Allah SWT. Semoga kita dapat selamat dan termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat balasan yang baik   

Allah SWT telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang yang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firmannya yang artinya :

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Māidah/5:48)

Pada Q.S. al-Māidah/5:48 Allah SWT menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya.

Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting semuanya beribadah dalam rangka mencari rida Allah SWT, atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).  

 Etos kerja didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan untuk memuliakan dirinya tetapi untuk mendapatkan ilmu dan skill dalam dibidang pekerjaan

Apa yang kita lakukan terkadang diluar rencana. Ada begitu banyak kejutan dalam hidup ini. Dalam segala kegiatan pasti ada kategori :

            Diantara keduanya ada kategori “kurang penting” inilah yang memungkinkan kita untuk menyusun skala prioritas, kegiatan apa yang akan dan ingin kita kerjakan.

       Sudah menjadi rahasia umum bahwa kegiatan yang sia-sia itu (mubah) membawa kerugian. Sebaliknya sesuatu yang bermafaat membawa keuntungan. Sebagian besar orang tentu menginginkan keuntungan, bahkan mungkin semua orang menginginkannya. Dengan memperoleh keuntungan , kita bisa meraih manfaat darinya. Manfaat itu tidak akan diperoleh jika yang kita lakukan adalah hal-hal yang “Tidak Penting”

Jangan sia-siakan waktu luangmu untuk mendengarkan hal yang tidak penting dan memikirkan hal yang tidak bermanfaat (mubah). Untuk menguatkan tekad dan semangat kerja , bangunlah komitmen terhadap diri sendiri. Saat komitmen sudah terbangun, maka laksanakanlah dengan disiplin. Tanpa disiplin kesuksesan tidak dapat diraih. Ini berlaku dalam semua aspek kehidupan. Orang yang melakukan aktivitasnya (bekerja, tugas, amanah, komitmen) tanpa disiplin sebaiknya bersiap memperoleh kerugian.

Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja terdapat dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Artinya : “Dan Katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan(Q.S. at-Taubah/9: 105).

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar.

Umat Islam dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan “tobat” saja, tetapi harus dengan berusaha untuk melakukan amal ibadah yang lainnya, seperti menunaikan zakat, membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan, menyegerakan untuk mengerjakan sholat, saling menasihati teman dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas dasar taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt. pasti menyaksikan itu. Seperti yang tercantum pada QS Al Ashr (103) ayat 1-3

. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْر

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-Ashr:1-3)

Ayat ini berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun nantinya akan diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari kiamat. Demikian orang itu akan melihat kebajikan dan kejahatannya yang mereka melakukan sesuai dengan amal dan perbuatannya. Bahkan di dunia ini pun kita bisa saksikan bagaimana balasan dari Allah SWT atas perbuatan orang yang berbuat kejahatan seperti pencuri, penipu, pemerkosa, koruptor dan lain sebagainya.

Banyak berita tentang perbuatan kejahatan manusia setiap hari. Ini menandakan bahwa di dunia pun perbuatan buruk sudah diperlihatkan oleh Allah kepada kita sebagai peringatan.

Agama merupakan pondasi hidup setiap manusia, tanpa adanya agama manusia tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Indonesia merupakan negara dengan mayoritasnya umat muslim. Di Indonesia masing-masing keyakinan mempunyai perlindungan hukum seperti yang tertera pada sila pertama dari Pancasila  berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”, jelas dan tidak diragukan lagi, setiap manusia pasti mempunyai hak untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.

Manusia adalah makhluk yang beragama dan bernegara. Agama memberikan nilai-nilai moral, moral yang memberikan pelajaran tentang tanggung jawab individu dan sosial serta memberi petunjuk mencapai kebaikan setelah kematian. Sedangkan negara, manusia mendapat ketertiban dan kenyamanan dalam kehidupan manusia.

v  -----------------------------------

1.        Al Qur’an dan terjemahnnya

2.        Buku Menjadi Bintang di Langit karya Lestari Ummu Al Fatih