Mengapa pengawetan kimia memiliki dampak buruk terhadap kesehatan

Merdeka.com - Sejak kecil kamu pasti sudah akrab dengan kata kimia dan beranjak dewasa kamu juga akan menyadari bahwa kata 'kimia', terutama 'bahan kimia', kerap dikaitkan dengan sesuatu yang negatif. Hal-hal jelek tersebut bisa saja berupa bahan pengawet, pewarna makanan, racun di pestisida, micin (MSG/monosodium glutamat), pokoknya semuanya yang berbahaya untuk kesehatan.

Tapi benar nggak sih bahan kimia itu pasti berbahaya? Bahan kimia, atau bahasa Inggrisnya chemicals sebenarnya ada di mana-mana. Bukan hanya berarti bahan 'tambahan' seperti di makanan atau obat-obatan itu saja.

Sebenarnya segala sesuatu di sekitar kita itu adalah bahan kimia, baik yang masuk ke dalam tubuh maupun peralatan yang digunakan sehari-hari. Termasuk pula yang kita anggap alamiah mulai dari sayur dan buah-buahan, bahan tambang, segala jenis makanan yang kita makan, minuman, udara, bumbu masakan tradisional, dan segala sesuatu yang terbentuk dari proses perubahan materi adalah kimia. Sebaliknya, bahan yang kita anggap sebagai bahan kimia sebetulnya semua bersumber dari alam juga. Jadi, bahan kimia itu sebenarnya dari bahan alami dan bahan yang kita anggap alami itu bahan kimia juga.

Intinya bukan masalah bahan kimia vs bahan alami tapi tentang cara kita melihat sebuah komposisi materi itu bisa bermanfaat atau berbahaya bagi manusia. Misalnya saja propana dan butana yang ada di dalam LPG adalah bahan kimia yang sekaligus bahan alami juga kan? Itu adalah senyawa alkana yang sangat cocok jadi bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan memanaskan air untuk mandi. Kalau haus, kamu minum air atau H2O yang tak lain juga bahan kimia.

Bahan kimia itu juga bisa berbahaya kalau kita nggak mengerti cara menggunakannya. Misalnya, propana di LPG adalah gas yang mudah terbakar dan kalau sampai sambungan gas ke kompornya ada yang bocor, gas itu bisa keluar ke udara sekitar dengan cepat. Jadi kalau ada percikan api sedikit saja dari korek atau stop kontak listrik bisa menyebabkan kebakaran.

Bahaya bahan kimia yang kita konsumsi itu ada pada dosisnya. Dosis ini bukan hanya soal jumlah, tetapi lamanya waktu kita mengkonsumsi jumlah tersebut. Tubuh manusia punya mekanisme yang berbeda-beda untuk mencerna senyawa-senyawa yang dikonsumsi. Jadi toleransi untuk senyawa yang berbeda juga berbeda.

Kalau makanan atau minuman itu mengandung senyawa tertentu (pewarna, pengawet, tambahan perisa), tidak berarti berbahaya, tapi kita juga harus tahu sejauh mana dosis senyawa tersebut mulai bisa berdampak buruk untuk kesehatan. Pastinya kalau ada makanan atau minuman yang mengandung berlebihan senyawa tertentu akan berbahaya, contohnya saja gula dan garam yang dalam dosis normal tidak berbahaya namun jika berlebihan bisa menyebabkan diabetes dan darah tinggi.

Kesehatan Umum

dr. Ellen Theodora, 11 Apr 2018

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Jika Anda sering mengonsumsi makanan olahan dalam kemasan, kenalilah dampak makanan berpengawet bagi kesehatan.

Mengapa pengawetan kimia memiliki dampak buruk terhadap kesehatan

Kini semakin banyak orang yang sadar akan pola hidup sehat. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi dan menghindari konsumsi makanan berpengawet.Hal ini karena munculnya kekhawatiran akan dampak negatif  makanan berpengawet terhadap kesehatan.

Banyak produsen yang menggunakan pengawet supaya produk makanannya tahan lama, dan tak mudah busuk. Bahan pengawet yang digunakan biasanya terdiri dari dua jenis, yaitu alami dan buatan. Pengawet alami mungkin tak membuat Anda khawatir, tapi bagaimana dengan bahan pengawet buatan?

Aturan BPOM mengenai penggunaan bahan pengawet

Penggunaan bahan pengawet yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri memang sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dengan catatan pemberian dosisnya tepat. BPOM dalam Perka BPOM No. 36 Tahun 2013 telah mengatur jenis pengawet apa saja yang boleh digunakan dalam bahan pangan tertentu. Dijelaskan pula mengenai detail batas maksimum penggunaannya.

Penetapan batas maksimum penggunaan pengawet tentunya didasari kajian ilmiah analisis risiko. Analisis risiko yang dilakukan telah mempertimbangkan kemungkinan paparan maksimum oleh manusia, dan dosis terendah penggunaan yang tidak menimbulkan efek negatif terhadap manusia, atau disebut no-observed-effect-level (NOEL).

Menurut Perka BPOM tersebut, ada bahan pengawet legal yang dalam kadar tertentu aman untuk digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan seperti asam sorbat dan garamnya, asam benzoat dan garamnya, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat, sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionat dan garamnya, dan lisozim hidroklorida. Meski demikian, konsumsinya harus wajar dan penggunaan bahan pengawet pada makanan harus sesuai standar dosis yang dianjurkan.

Mengenal bahan pengawet

Seperti yang telah disebutkan, di pasaran terdapat dua jenis pengawet yang biasa digunakan, yaitu alami dan sintetis atau buatan. Zat pengawet alami berasal dari bahan alami yang ada di sekitar Anda, seperti gula  dan garam. Keduanya bersifat higroskopis atau menyerap air, sehingga bisa mematikan sel-sel bakteri.

Gula bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan buah-buahan seperti manisan, selai, dan dodol. Sedangkan garam dapur bisa menghambat atau menghentikan reaksi autolisis yang dapat mematikan bakteri di dalam makanan. Penggunaan garam sebagai pengawet biasa dilakukan pada pembuatan ikan asin, telur asin, atau yang sedang menjadi tren sekarang adalah daging yang diawetkan dengan garam (cured meat).

Zat pengawet buatan merupakan hasil sintesis yang berasal dari bahan-bahan kimia. Pengawet buatan bersifat lebih stabil, lebih pekat, dan penggunaannya lebih sedikit. Tidak semua pengawet buatan berbahaya bagi tubuh. Satu hal yang harus digarisbawahi adalah adanya kemungkinan dampak buruk terhadap kesehatan pada dosis penggunaan tertentu.

Mengonsumsi makanan dengan kandungan pengawet yang tinggi dan terlalu banyak atau terlalu sering, mengakibatkan tubuh terjangkit banyak gangguan kesehatan. Beberapa jenis bahan pengawet yang diizinkan untuk digunakan juga tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 Tahun 1988. Meski demikian, ada beberapa bahan yang sudah diketahui dampak buruknya secara umum.

  • Boraks. Boraks digunakan pada bahan kayu agar tidak tumbuh jamur. Namun, penggunaan boraks juga sering ditemukan pada makanan seperti bakso atau kerupuk.
  • Formalin. Bahan yang satu ini sering digunakan untuk mengawetkan mayat. Namun, ternyata bahan pengawet ini juga digunakan pada makanan seperti tahu, daging, ikan, dan makanan basah lainnya agar tidak cepat basi.
  • Methanyl yellow. Sesuai warnanya, bahan ini dapat ditemui pada makanan yang berwarna kuning seperti mie kuning atau kerupuk kuning. Zat perwarna tekstil ini digunakan guna mempercantik tampilan makanan tersebut dan tahan lebih lama hingga berhari-hari.
  • Rhodamin B. Zat pewarna yang kerap digunakan untuk mewarnai kain ini ternyata juga sering digunakan untuk jenis makanan seperti kue basah, jajanan pasar, roti, selai, atau makanan berwarna lainnya.

1 dari 1

Dampak makanan berpengawet terhadap kesehatan

Jika Anda terlalu sering mengonsumsi makanan berpengawet, khususnya pengawet buatan, Anda bisa mengalami kondisi di bawah ini:

  • Perubahan perilaku. Sebuah penelitian pada anak-anak menemukan adanya peningkatan perilaku hiperaktif pada anak-anak yang mengonsumsi makanan berpengawet.
  • Gangguan pernapasan. Terlalu banyak makan makanan berpengawet juga diketahui dapat berpengaruh terhadap pernapasan. Bagi Anda yang memiliki asma, konsumsi makanan berpengawet yang tidak wajar dapat memicu asma kambuh. Timbulnya infeksi juga mungkin terjadi akibat konsumsi bahan pengawet tertentu
  • Gangguan jantung. Bahan pengawet ternyata juga dapat melemahkan fungsi jantung dengan mengganggu jaringan di sekitarnya. Bahkan, ada pula yang dapat merusak pembuluh darah dengan menjadikan arteri mengeras dan menyempit, sehingga risiko terkena serangan jantung meningkat.
  • Gangguan pencernaan. Karena dikonsumsi, makanan berpengawet dapat berdampak langsung pada sistem pencernaan. Salah satunya adalah keluhan diare yang dapat membuat seseorang kehilangan cairan dalam jumlah banyak.
  • Gangguan ginjal. Banyaknya penggunaan zat kimia sebagai bahan pengawet tentunya memengaruhi beratnya kerja ginjal.
  • Gangguan saraf. Banyak yang melaporkan adanya keluhan sakit kepala akibat mengonsumi makanan berpengawet.
  • Meningkatkan risiko kanker. Kemampuan bahan pengawet dapat berubah menjadi zat karsinogen. Bahan pengawet buatan tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker.

Sebagai konsumen yang cerdas, Anda harus mengetahui bahaya makanan berpengawet bagi kesehatan. Karena makanan berpengawet sangat mudah ditemui di banyak toko atau supermarket, Anda perlu membaca label nutrisi pada kemasan makanan. Alangkah baiknya jika Anda bisa mengurangi konsumsi makanan kemasan dan beralih ke penggunaan bahan-bahan segar. Percayalah, sumber makanan yang segar dan alami, akan lebih sehat dan nikmat untuk dikonsumsi!

[RN/ RVS]

boraksFormalinmakanangiziMakanan Berpengawet

Konsultasi Dokter Terkait

Jelaskan apa dampak negatif jika banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung pengawet?

Akibat dari konsumsi berlebihan terhadap zat kimia pengawet berupa: Alergi. Mual dan muntah, rasa tidak nyaman. Menurunkan daya tahan tubuh dan membuat tubuh rentan terkena infeksi.

Bahan pengawet menyebabkan penyakit apa?

Kerusakan jantung dan pembuluh darah Parahnya, salah satu bahan pengawet juga dituding dapat merusak pembuluh darah dengan membuat arteri cenderung mengeras dan sempit. Hal ini dapat menyebabkan penyakit jantung atau serangan jantung di kemudian hari.

Mengapa kita dilarang menggunakan pengawet buatan?

Mengapa bahan pengawet tersebut berbahaya? Bahan-bahan yang sudah disebutkan tadi bisa menyebabkan efek samping serius seperti gangguan pada kulit, jantung, pernapasan, dan ginjal. Selain itu, bahan pengawet yang berbahaya juga bisa merusak otak, mengganggu sistem saraf dan penyakit dalam lainnya.