Eef Saefulloh, S.Si
Penguji K3 Direktorat Bina K3 Kementerian Ketenagakerjaan RI Laboratorium harus merupakan tempat yang amam bagi pekerjanya, terhadap setiap kemungkinan terjadinya kecelakaan, sakit maupun gangguan kesehatan. Setiap pekerja di Laboratorium Kimia sebaiknya menyadari bahwa bekerja di Laboratorium Kimia mengandung resiko tinggi yang membahayakan keselamatan. Salah satu bahaya di Laboratorium Kimia bisa terjadi karena penanganan bahan kimia yang tidak benar, ketidaktahuan pekerja mengenai kondisi bahan, dan kelalaian dalam penempatan bahan kimia yang tidak tepat. Pengelolaan bahan kimia di Laboratorium Kimia berarti bagaimana cara mengambil, menggunakan, menyimpan bahan kimia. Penanganan bahan harus memperhatikan sifat-sifat bahan kimia tersebut. Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-hati karena sifatnya yang berbahaya atau sangat beracun. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan pekerja di Laboratorium Kimia perlu teknik penanganan bahan kimia di Laboratorium Kimia. Bahan-bahan kimia Berbahaya dapat dikategorikan sebagai berikut: bahan kimia beracun (toxic), korosif (corrosive), mudah terbakar (flammable), mudah meledak (explosive), oksidator (oxidizing), reaktif terhadap air (water reactive), reaktif terhadap asam (acid reactive), gas bertekanan tinggi (compressed gases) dan bahan kimia radio aktif (radioactive substance). Bahan kimia beracun merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila masuk atau terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat. Contoh Bahan Kimia Beracun
Semua bahan kimia pada dasarnya beracun, akan tetapi bahaya kesehatan bergantung pada jumlah zat tersebut masuk ke dalam tubuh. Bahan kimia masuk ke dalam tubuh masuk ke dalam tubuh melalui tiga saluran, yaitu:
Untuk menghindari keracunan zat-zat di atas sebaiknya: percobaan dilakukan dalam lemari asam, diperhatikan sirkulasi udara di ruangan kerja, memakai alat pelindung pernafasan (masker), memakai sarung tangan (gloves) dan kaca mata pelindung (goggles). Syarat penyimpanan:
Bahan kimia korosif merupakan bahan kimia yang dapat mengakibatkan kerusakan apabila terjadi kontak dengan bahan lain atau kontak dengan jaringan tubuh. Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia). Contoh Bahan Kimia Korosif
Bahaya zat korosif dapat dihindari dengan menghindarkan kontak dengan tubuh, alat proteksi perlu digunakan adalah sarung tangan, kacamata pelindung, pelindung muka. Pertolongan pertama selalu dilakukan dengan mencuci bagian yang terkena dengan air yang cukup banyak sebelum dibawa ke dokter. Syarat penyimpanan :
Bahan kimia mudah terbakar merupakan bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang sangat cepat sehingga dapat menimbulkan ledakan. Berdasarkan teori segitiga api, kebakaran dapat terjadi apabila tiga gaktor yaitu A (bahan mudah terbakar), P (panas atau energi cukup) dan I (oksigen yang cukup) berada bersamaan. Dalam laboratorium, oksigen tidak dapat ditiadakan. Untuk menghindarkan kebakaran adalah mencegah adanya pertemuan antara panas atau sumber penyalaan dan bahan mudah terbakar. Sumber penyalaan dapat berasal dari api terbuka, logam bersuhu tinggi(permukaan pemanas), reaksi eksotermis dan loncatan listrik. Contoh bahan kimia mudah terbakar
Urutan tindakan–tindakan yang harus di lakukan bila terjadi kebakaran di laboratorium:
Syarat penyimpanan:
Bahan kimia peledak merupakan suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga dapat menimbulkan kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif sangat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3). Ada dua jenis ledakan yaitu ledakan fisika dan ledakan kimia. Ledakan fisika misalnya meledaknya bejana tertutup berisi gas bertekanan tinggi. Ledakan kimia diakibatkan oleh reaksi eksotermis yang amat cepat menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar. Contoh bahan kimia peledak
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan sebagai pencegahan terjadinya ledakan :
Syarat penyimpanan:
Bahan kimia oksidator merupakan suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya. Bahan kimia ini dapat menghasilkan oksigen dalam penguraian atau reaksinya dengan senyawa lain. Bahan tersebut bersifat reaktif dan eksplosif serta sering menimbulkan kebakaran. Contoh bahan kimia oksidator
Penanganan peledakan peroksida tersembunyi perlu dilakukan sbb:
Syarat penyimpanan :
Bahan kima ini sangat mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Contoh bahan kimia reaktif terhadap air
Karena itu bahan-bahan kimia tersebut harus dijauhkan dari air dan disimpan diruangan kering. Syarat penyimpanan :
Bahan kimia ini sangat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Umumnya bahan–bahan yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam. Contoh : K, N, Ca, Kalium klorat ( KClO3 ), Kalium permanganat, Kromat (Cr2O3) amat reaktif terhadap asam sulfat dan asam asetat. Zat yang menghasilkan gas beracun adalah NaCN atau KCN. Demikian pula Cu, Zn dan Al reaktif terhadap asam nitrat menghasilkan gas beracun NO2. Penanganan terhadap bahan-bahan ini adalah dengan cara menjauhkan dari bahan-bahan yang bersifat asam. Syarat penyimpanan:
Gas bertekanan ini merupakan gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Gas-gas tersebut dapat disimpan dalam silinder dalam bentuk gas tekan seperti udara, cair dan terlarut. Contoh gas bertekanan
Bahaya gas-gas bertekanan tersebut selain beracun, korosif dan mudah terbakar juga bahaya mekanik. Karena itu selinder gas tersebut harus disimpan di tempat yang tidak kena panas, terikat dan bebas dari kebocoran kran. Selain itu penempatan tabung-tabung gasi ini harus diberikan simbol-simbol keamanan. Syarat penyimpanan:
Bahan kimia radioaktif merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram. Bahan kimia ini mampu memancarkan sinar alfa, beta dan gama. Banyak dipakai untuk bahan sintetis atau analisis. Penanganan bahaya dari zat ini ialah dengan cara melindungi diri dengan panahan timbal, menjauhkan diri dari sumber radiasi. Pada dasarnya teknik penanganan bahan kimia sangat mutlak diperlukan di suaatu Laboratorium Kimia. Selain penanganan untuk bahan – bahan kimia yang belum dipergunakan, maka penanganan untuk proses pembuangan limbah laboratorium juga tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Secara umum, metoda pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
Metoda pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalamj air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik. Dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun. PENUTUP Untuk menghidari terjadinya kecelakaan di Laboratorium khususnya di Laboratorium Kima, maka personil suatu Laboratorium Kimia perlu untuk mengetahui teknik keselamatan terhadap bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penanganaan bahan-bahan kimia yang ada di Laboratorium. Untuk mempermudah mengenali bahan kimia berbahaya, perlu disertakan lambang-lambang bahaya disamping lembar data keselamatan bahan atau LDKB. Simbol-simbol bahaya dapat dilihat pada label botol bahan kimia. Untuk menciptakan keselamatan kerja di Laboratorium Kimia, faktor penunjang lain yang dipandang penting adalah dipenuhinya bangunan Laboratorium Kimia yang memenuhi persyaratan juga dilengkapi peralatan keselamatan kerja. Karena Laboratorium Kimia dipenuhi oleh peralatan dan bahan kimia yang peka terhadap cahaya, maka dipersyaratkan bahwa bangunan Laboratorium Kimia harus melintang dari timur ke barat. Jenis ruangan yang harus ada adalah ruang praktikum tempat melakukan percobaan, ruang alat, ruang zat, ruang persiapan, ruang timbang, ruang pembimbing praktikum dan ruang asam. Sirkulasi udara harus cukup, karena itu bangunan laboratorium memerlukan banyak jendela atau blower. Pintu minimal 2 buah dan terbuka keluar dan bagian atas pintu harus memakai kaca terang. Ada pintu darurat atau tangga darurat bila terjadi kebakaran. Kapasitas ruang untuk tiap orang adalah kurang lebih 4 m2, jarak antar meja 1,6 m. Panjang, lebar dan tinggi meja mahasiswa beukuran 1,2 m x 0,8 m x 0,8 m. Lemari asam harus menggunakan kaca terang, pintu dapat digeser, terpasang blower berdaya hisap tinggi. Pada ruang timbang harus dipasang meja beton. Meubel untuk alat, zat, meja tulis dan kursisesuai dengan kapasitas laboratorium. Juga tersedia lemari arsip data. Peralatan keselamatan kerja yang tersedia di Laboratorium Kimia adalah : jas laboratorium (individual), pemadam kebakaran (extinguisher), eyewash station, shower, goggles, face shields, gloves, sound level, stepladers, emergency lights, toxic gas monitor, radiation detectors, reference materials, partikel mask dan fire blanket. DAFTAR PUSTAKA Padmaningrum, R. T. 2010. Pengelolaan Bahan dan Limbah Kimia. Yogyakarta: UNY. Imamkhasani, S. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, Jakarta: Gramedia. ………… https://juniardilettante.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Pebruari 2017. …………,http://snrija.blogspot.co.id/2013/11/penanganan-zat-kimia-di-laboratorium.html. Diakses tanggal 20 Pebruari 2017. |