Mengapa orang berkelompok harga diri

Ahmadi, A. (2007). Psikologi sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Alwisol. (2014). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Andarini, S., Susandari, & Rosiana, D. (2012). Hubungan antara self-esteem dengan derajat stres pada siswa akselerasi SD negeri Banjarsari 1. Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora.III. 3(1), 217-224.

Audi, N., L. (2014). Persahabatan dan toleransi pemalasan sosial pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Psikologia: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 9(2). 52-56.

Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Jakarta: Pustaka Belajar.

Baron, R.A & Byrne,D. (2012). Psikologi sosial. Edisi Kesepuluh. Jilid Dua. (Terj. Ratna Djuwita). Jakarta: Erlangga.

Charbonnier, E., Huguet, P., Brauer, M., & Monteil, J. M. (1998). Social loafing and self beliefs: people’s collective effort depends on the extent to which they distinguish themselves as better than others. social behavior and personality. An International Journal, 26 (4), 329–340.

Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self esteem. San Fransisco: W. H. Freeman

Dewi, S, S. (2017). Hubungan motivasi berprestasi dengan social loafing pada mahasiswa psikologi Universitas Medan Area. Consilium, 4(4), 106-121.

Early, P. C. (1989). Social loafing and collectivism: A comparison of the United States and the People's Republic of China. Administrative Science Quarterly, 34, 565-581.

George, J. M. (1992). Extrinsic and intrinsic origins of perceived social loafing in organizorganizations. Academy of Management Journal, 35, 191-202.

Harkins, S.G., & Szymanski, K. (1989). Social loafing and Group Evaluation. Journal of Personality and Social Psychology, 56, 934-941.

Harkins, S. G., & Petty, R. E. (1982). Effects of task difficulty and task uniqueness on social loafing. Journal of Personality and Social Psychology, 43(6), 1214-1229.

Hogg, M. A., & Vaughan, Graham M. (2002). Social psychology third edition. London: Tottenham Court Road.

Hidayati, N. (2016). Hubungan antara harga diri dan kepercayaan diri dengan social loafing pada mahasiswa. Thesis Undergraduate, Universitas Katolik Soegijapranata.

Karau, S. J., & Williams, K. D. (1993). Social loafing : A meta-analytic review and theoretictheoretical integration. Journal of Personality and Social Psychology. 65, 681–706.

Krisnasari, E. S., & Jusuf, T, P. (2017). Hubungan kohesivitas dengan kemalasan sosial pada mahasiswa Salatiga. Thesis Undergraduate, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Kugihara, N. (1999). Gender and social loafing in Japan. The Journal of Social Psychology, 139, 516-526.

Kusuma, P. J. (2015). Hubungan antara harga diri dengan kemalasan sosial pada mahasiswa. Thesis Undergraduate, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Latane, B., Williams, K. D., & Harkins, S. (1979). Many hands make light the work: work: The causes and consequences of social loafing. Journal of Person Personality and Social Psychology, 37(6), 822-832.

Latane, B., Williams, K. D., & Harkins, S. (1981). Identifiability as a deterrant to social loafing: Two cheering experiments. Journal of Personality and Social Psychology, 40(2), 303-311.

Mukti, P. (2013). Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi dengan Social loafing pada Mahasiswa. Thesis Undergraduate, Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Myers, D. G. (2012). Exploring Social Psychology (Sixth Edition). New York: McGrow-Hill Companies, Inc.

Nelfice, Elita, V., & Dewi, Y, I. (2014). Hubungan dukungan keluarga dengan harga diri remaja di lembaga permasyarakatan. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. 1(3), 1-10.

Nursalim, M. T. (2014). Dampak self esteem terhadap perilaku kemalasan sosial. Thesis Undergraduate, Universitas Indonesia

Prameswari, E. (2017). Hubungan harga diri dalam konteks organisasi dan komitmen organisasi. Thesis Undergraduate, Universitas Sanata Dharma

Rahman, M. S. (2014). Understanding the Associations among Emotional Intelligence, Self-Esteem, and Social Loafing : An Empirical Study. Bangladesh University of Professionals (BUP) Journal. 1(2), 20-38.

Riyanto, T. & Th., M. (2008). Kelompok kerja yang efektif. Yogyakarta: Kanisius.

Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial: Psikologi kelompok dan psikologi terapan cet. 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Setyawan, M. S., Erlyani, N., & Dewi, R, S. (2016). Peranan social loafing terhadap perilaku prososial buruh perusahaan air mineral X. Jurnal Ecopsy. 3(3), 127-132.

Simanjuntak, E., & Stephanie, S. (2015). Intensi social loafing pada tugas kelompok ditinjau dari adversity quotient pada mahasiswa. Thesis Undergraduate, Unika Widya Mandala Surabaya.

Stephanie, S., & Ermida, S. (2015). Intensi social loafing pada tugas kelompok. Jurnal Experiential. 3, 35-45.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif (R&D). Bandung: Alfabeta.

Shepperd, J. A. (1993). Productivity loss in performance groups: A motivation analysis. Psychological Bulletin. 113, 67-81.

Simon, H. A. (1991). Organizations and markets. Journal of Economic Perspectives, 5, 25–44.

Smith, H., Tyler, T., Huo, Y., Ortiz, D., & Lind, E. (1998). The selfrelevant implications of the group-value model: Group membership, self-worth, and treatment quality. Journal of Experimental Social Psychology, 34, 470–493.

Sumarsongko, Seno. (2015). Hubungan antara harga diri dengan perilaku prososial pada satpam pt danliris Surakarta. Thesis Undergraduate, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Surbakti, Hardianti. (2017). Hubungan antara harga diri dengan social loafing pada tugas kelompok yang dilakukan mahaiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area angkatan 2015. Thesis Undergraduate, Universitas Medan Area.

Teng, C., & Luo, Y. (2015). Effects of perceived social loafing, social interdependence, and group affective tone on students’ group learning performance. Asia-Pacific Education Researcher (Springer Science & Business Media B.V.). 24(1),

-269.

Verkuyten, M. (2003). Positive and Negative Self-Esteem Among Ethnic Minority Early Adolescents: Social and Cultural Sources and Threats. Youth and Adolescence, 32(4), 267-277.

Webb, N. (1997). Assesing students in small collaborative groups. Theory Into Practice. 36(4), 205-213.

Wentzel, K. (1994). Relations of social goal pursuit to social acceptance, classroom behavior, and perceived social support. Journal of Educational Psychology, 86, 173–182.

Wildanto, Eri. (2016). Social loafing pada anggota organisasi mahasiswa fakultas psikologi UMS. Thesis Undergraduate, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mengapa manusia selalu ingin hidup berkelompok?

Ada dua Alasan mengapa seseorang ingin bergabung dalam suatu kelompok : 1. Untuk mencapai tujuan yang apabila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. 2. Dalam kelompok, kebutuhan seseorang dapat terpuaskan dan ia mendapatkan reward sosial, seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan dan sebagainya.

Mengapa orang bergabung dalam kelompok jelaskan?

ALASAN-ALASAN BERGABUNG KE DALAM KELOMPOK Merasa lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih tahan terhadap ancaman. 2. Faktor Status Bergabung ke dalam kelompok yang dipandang penting, memberikan pengakuan dan status bagi para anggotanya.

Mengapa perilaku kelompok sangat penting dalam sebuah organisasi?

Manfaat Perilaku Organisasi Perilaku organisasi akan membantu setiap individu dalam memahami perilaku mereka sendiri dan juga orang lain yang berada di dalam organisasi, sehingga bisa meningkatkan hubungan interpersonal antar setiap individu yang berada di dalam organisasi tersebut.

Mengapa seseorang bergabung dalam organisasi?

Jawaban. 1) Untuk mengatasi terbatasnya kemandirian, kemampuan, serta sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai sebuah tujuan. 2) Tempat untuk mencapai tujuan dengan efisien serta selektif karena dilakukan secara bersama-sama. 3) Tempat dalam mendapatkan pembagian kerja dan jabatan.