Mengapa Jalur Rempah penting untuk menjadi warisan dunia

Mengapa Jalur Rempah penting untuk menjadi warisan dunia
Ragam Rempah Yang Tumbuh Di Indonesia (Liputan6.com/Komarudin)

Reporter : Ahmad Baiquni

Jalur Rempah punya jejak panjang dalam mempertemukan budaya Nusantara dan dunia.

Dream - Indonesia memiliki rekam jejak cukup panjang dalam perdagangan rempah dunia. Peran Indonesia sangat penting selaku sumber pasokan rempah untuk pasar Timur Tengah dan Eropa.

Jejak sejarah tersebut akan diusulkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada UNESCO. Dengan usulan itu, Kemendikbud berharap UNESCO menetapkan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia.

Usulan tersebut akan dimasukkan ke UNESCO pada November 2020. Usulan ini menjadi sangat penting mengingat rempah punya peran sangat vital sebagai identitas bangsa.

Perburuan rempah sudah berlangsung selama ribuan tahun, bahkan sebelum Masehi. Tetapi, perburuan semakin gencar terjadi di abad ke-15, ditandai dengan dimulainya ekspansi kapal dagang Eropa ke sejumlah negara.

Negara-negara Eropa bersaing mencari sumber rempah, seperti Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda. Kala itu, rempah dibutuhkan tidak hanya untuk bumbu masakan melainkan juga pengawet, obat, hingga campuran membuat pewangi.

Tak jarang, perburuan itu sampai memicu gesekan berdarah. Sejumlah bangsa sampai berperang demi bisa menguasai pasokan rempah.

Indonesia sendiri dikenal sebagai penghasil rempah dunia. Letak geografi yang strategis membuat rempah yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan jadi barang buruan.

Sebut saja cengkeh di Pulau Ternate dan Tidore, pala di Pulau Banda yang tumbuh alami. Atau kemenyan, kayu manis dan lada yang jadi komoditas kebanggaan Pulau Sumatera.

Semua disediakan untuk pasar dunia lewat jalur rempah. Jalur yang mengaitkan perdagangan dengan kebudayaan berbagai masyarakat di sejumlah pulau yang membentuk Nusantara.

Kemendikbud berupaya menggaungkan kembali kejayaan Jalur Rempah sebagai koridor interaksi antarbudaya lintas daerah di Indonesia dan lintas negara. Program ini ingin menghidupkan jalur rempah melalui kerjasama, sinergi, gerak serentak dalam memajukan kebudayaan bersama ribuan orang yang memiliki ketersambungan budaya di ratusan titik rempah.

Mulai dari pemberdayaan komunitas budaya rempah, pengembangan eduwisata jalur rempah, hingga pertunjukan seni, gastronomi, pengetahuan dan pengobatan tradisional, residensi pelaku budaya, workshop, dan lainnya.

Program ini tak hanya berperan untuk kemajuan kebudayaan namun turut mendongkrak perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya ada 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah yang tersebar dari Raja Ampat hingga Pesisir Selatan (Mandeh).

Untuk semangat ini, sejumlah kementerian telah menyiapkan beragam program. Seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menawarkan paket pariwisata Jalur Rempah, Kementerian Pertanian yang akan melakukan peremajaan ladang-ladang rempah, juga Kementerian Kesehatan yang mendorong industri obat untuk mengolah rempah-rempah asli Indonesia.

Begitu juga pengembangan industri kreatif, seperti fashion berbasis rempah yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pentingnya posisi Jalur Rempah, Indonesia akan mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO sebagai world heritage atau warisan dunia pada November 2020. Apabila program Jalur Rempah berhasil mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan dunia, maka dapat memperkuat diplomasi Indonesia, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai poros maritim dunia

Sumber: Liputan6.com/Komarudin

Ilustrasi rempah-rempah untuk jamu. Foto: ExplorerBob via Pixabay

Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun akan segera mengusulkan jalur rempah Indonesia sebagai warisan dunia atau world heritage ke UNESCO.

Ketua Komite Program Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ananto K Seta, mengatakan pihaknya tidak sendiri dalam mengusulkan program tersebut ke UNESCO, tetapi juga menggandeng negara-negara serumpun yang memiliki sejarah jejak jalur rempah, di antaranya Srilanka, India, Madagaskar serta Grenada.

"Kita siap mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO pada November 2020. Jalur rempah ini program identitas Indonesia yang selama ini banyak dilupakan orang," kata Ananto dilansir Antara, Selasa (22/9).

Ilustrasi rempah-rempah khas Indonesia Foto: Dok.Shutterstock

Usulan tersebut, menurut Ananto, bukan sekadar 'legacy' atau peninggalan dari masa 4.500 tahun lalu, tetapi juga menyangkut peremajaan ladang, industri obat herbal serta paket pariwisata.

Melalui usulan tersebut, pihaknya berupaya merekonstruksi perdagangan rempah di Nusantara yang berlangsung berabad-abad lalu dengan harapan dapat mendorong kemajuan perekonomian demi kesejahteraan masyarakat.

Ananto menyebutkan dua alasan untuk menghidupkan kembali kehangatan cita rasa rempah melalui program Jalur Rempah, terutama dari rempahnya sendiri, karena menurutnya Indonesia adalah tempat satu-satunya di muka Bumi yang dipilih Tuhan untuk tumbuhnya rempah-rempah.

Gugus Kepulauan Tidore ketika senja Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan

"Contohnya pala di Pulau Banda, Provinsi Maluku dan cengkih di Ternate (Maluku Utara). Pala dan cengkih turut berkontribusi pada sejarah peradaban dunia," ujarnya.

Selain itu, jalur rempah saat itu menjadi cikal bakal perdagangan komoditas yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia dengan melintasi pulau dan melibatkan beragam suku. Rutenya dimulai dari timur ke barat.

Di setiap titik persinggahannya, terjadi asimilasi budaya dan kemudian membentuk Nusantara, hingga ke sejumlah negara di berbagai belahan dunia.

Potensi Jalur Rempah Indonesia yang Digalakkan Kembali

Program Jalur Rempah sejatinya digagas beberapa tahun lalu. Tetapi, tahun 2020 ini mulai digalakkan kembali.

Ananto menambahkan, pihaknya telah menetapkan tahapan yang akan dilakukan setiap tahun untuk melengkapi berbagai dokumen dibutuhkan. Hal tersebut guna mendukung pendaftaran jalur rempah ke UNESCO, sehingga diharapkan pada tahun 2024 atau 2025 sudah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Petani memilah biji cengkih yang dijemur di Desa Sindanglaya Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/9/2020). Foto: Novrian Arbi/Antara Foto

"Tahun 2020 misalnya, ditetapkan sebagai periode "awareness" atau membangun kesadaran masyarakat terhadap Jalur Rempah melalui beragam kegiatan sosialisasi seperti seminar, pemutaran film dan lainnya dengan tujuan membangkitkan ingatan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan generasi muda," kata Ananto.

Setelah kesadaran terbangun, maka tahun berikutnya diharapkan banyak pihak termasuk lintas kementerian dan pemerintah daerah terlibat sesuai porsinya masing-masing, baik untuk promosi paket pariwisata Jalur Rempah maupun peremajaan ladang-ladang rempah, termasuk mendorong industri obat herbal berbasis rempah-rempah asli Indonesia.

Ilustrasi kapal pinisi Foto: Shutter Stock

Ananto juga menambahkan bahwa pihaknya sudah merencanakan untuk mengadakan pelayaran sebagai rekonstruksi perjalanan Jalur Rempah dari timur ke barat sampai ke sejumlah negara, yang dinarasikan dalam kacamata Indonesia-sentris.

"Tahun ini sebetulnya akan pelayaran rekonstruksi jalur dengan menggunakan KRI Dewaruci dan ke KRI Bima Suci miliki TNI, tetapi dibatalkan karena pandemi COVID-19. Mudah-mudahan tahun 2021 bisa terlaksana," katanya.

(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)