Mengapa di Indonesia terdiri dari berbagai bahasa daerah brainly?

JAKARTA - Bagaimana cara melestarikan bahasa daerah? Bahasa daerah adalah bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara berdaulat, yakni di suatu daerah kecil, negara bagian federal, provinsi, atau teritori yang lebih luas.

Data terakhir yang dikutip dari riset Badan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia tercatat ada 742 bahasa daerah di Indonesia. Jumlah ini tentu bukan angka stabil lantaran bisa saja pencatatan jumlah bahasa daerah ini berubah-ubah.

Perlu diketahui penyebaran 742 bahasa daerah berbanding terbalik antara jumlah bahasa dan jumlah penduduk. Di pulau Jawa sendiri terdapat 123 juta penduduk namun bahasa daerah yang digunakan hanya ada 20 bahasa.

Hanya saja, bahasa daerah kini kian asing dituturkan dan dikenali dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya penggunaan bahasa daerah berpengaruh dengan kemungkinan terjadinya kepunahan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Maka dari itu, perlu adanya gerakan dari generasi muda sebagai penerus bangsa dalam melestarikan bahasa daerah.

Baca juga: Rawan Punah, Peneliti Internasional Minta Bahasa Daerah Diberi Peran Lebih Luas

Lantas bagaimana cara melestarikannya? Yuk, lakukan dengan lima cara sederhana berikut ini.

1. Menerbitkan bacaan atau majalah dengan bahasa daerah setempat

Di era digital saat ini, telah jarang dijumpai bacaan atau buku dengan bahasa daerah setempat. Hanya terdapat beberapa majalah yang menggunakan bahasa daerah bahkan mungkin di era digital sudah tidak produktif lagi.

Baca juga: Menteri Nadiem Lengkapi Protokol Kesehatan 3M dalam 77 Bahasa Daerah   

Maka dari itu, hendaknya pemerintah daerah memberikan wadah dengan menerbitkan bacaan dengan bahasa daerah. Bukan hanya monoton dalam bentuk cetak, bisa juga membuat inovasi bacaan dalam bentuk digital.

2. Menggunakan bahasa daerah saat di rumah

Lingkungan sekitar juga memiliki peran penting dalam pelestarian bahasa daerah, salah satunya adalah keluarga. Umumnya, kini telah jarang dijumpai keluarga yang menggunakan bahasa daerahnya lantaran mayoritas menggunakan bahasa campuran antara daerah dan Indonesia.

Maka dari itu, hendaknya para orang tua kembali menggunakan bahasa daerah agar bahasa daerah dapat terus lestari dan anggota keluarga lebih mencintai bahasa daerahnya.

3. Menyelenggarakan acara yang dapat melestarikan bahasa daerah

Bahasa daerah kerap kali disandingkan dengan karya daerah lainnya, seperti pagelaran wayang dan juga pagelaran lainnya. Dengan kembali melakukan pagelaran dapat membantu melestarikan bahasa daerah bahkan budaya daerah tersebut.

4. Bahasa daerah menjadi muatan lokal di sekolah

Muatan lokal di sekolah umumnya berisikan tentang materi bahasa daerah dan materi pilihan lainnya. Sehingga hendaknya bahasa daerah tetap diadakan dalam muatan lokal di sekolah.

Itulah 4 cara mudah dan sederhana dalam melestarikan bahasa daerah.

Mengapa di Indonesia terdiri dari berbagai bahasa daerah brainly?

Oleh: Dr. Felicia N. Utorodewo
(Praktisi pendidikan dan pelatih bahasa Indonesia)

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan pun diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang No 20/2003 Sisdiknas. Undang-undang tersebut menyatakan “bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu. Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Pernyataan itu diperkuat oleh ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,  serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang ini menyatakan bahwa, “bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”. Pertanyaan yang kemudian timbul adalah bagaimanakah cara sekolah mengatur prioritas pengenalan dan pembelajaran bahasa Indonesia pada anak di tengah keberadaan bahasa lainnya (bahasa daerah dan bahasa asing) dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat umum.

Di Indonesia, pengguna bahasa berhadapan dengan keberadaan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Biasanya, anak pada awalnya akan terpapar pada bahasa ibunya. Bahasa Ibu adalah bahasa pertama yang dikenal oleh seorang anak melalui ibunya. Di Indonesia, bahasa ibu dapat berupa bahasa daerah (indigenous language) mengingat bahwa Indonesia memiliki lebih dari enam ratus bahasa daerah. Bahasa ibu dapat pula berupa bahasa Indonesia. Bagi anak-anak yang dibesarkan di kota-kota besar, bahasa ibunya dapat berupa bahasa Indonesia. Bagi seorang anak yang lahir di luar negeri atau yang salah satu orang tuanya, terutama ibunya, merupakan orang asing, bahasa ibu anak itu adalah bahasa asing, bergantung pada tempat kelahirannya atau bahasa yang digunakan salah seorang orang tuanya. Jadi, bahasa pertama seorang anak merupakan bahasa awal yang dikenalnya. 

Pengajaran bahasa Indonesia selama ini, adalah pengajaran bahasa layaknya bahasa pertama. Anak dianggap sudah memiliki keterampilan berbahasa dasar dalam bahasa Indonesia. Pengajaran bahasa diberikan dengan anggapan anak sudah mengetahui cara melafalkan kata dan memahami arti kata dalam bahasa Indonesia. Intonasi juga dianggap sudah dikuasai dan mengabaikan kenyataan bahwa lafal dan intonasi bahasa daerah berbeda dari bahasa Indonesia. Dalam kenyataannya, tidak selalu semudah itu. 

Bahasa asing merupakan bahasa yang kaidahnya, kadang-kadang aksaranya, dan konsepnya sama sekali berbeda dari bahasa Indonesia. Berarti, bahasa diajarkan sebagai bahasa yang sama sekali belum dikenal oleh anak. Semua diajarkan: pelafalan, kosakata, tata bahasa, situasi, bahkan cara menulis pun diajarkan untuk bahasa tertentu, seperti bahasa Arab, Jepang, Mandarin, Korea, dan sebagainya.      

Di Indonesia, situasi kemampuan berbahasa anak-anak bervariasi. Seorang anak dapat disebut sebagai seorang yang monolingual (menguasai satu bahasa); bilingual (menguasai dua bahasa); atau seorang yang poliglot (menguasai lebih dari dua bahasa). Seorang anak yang dibesarkan di daerah perkotaan, ditambah dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, akan mampu berbahasa Indonesia dan mungkin bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pinggiran kota, mungkin dengan orang tua yang berpendidikan tinggi, mungkin pula tidak, akan mampu berbahasa daerah dan berbahasa Indonesia. Seorang anak yang dibesarkan di daerah pedesaan dan, mungkin, terpencil hanya mampu berbahasa daerah.

Mengapa di Indonesia terdiri dari berbagai bahasa daerah brainly?
Foto ilustrasi anak belajar bahasa (freepik.com/rawpixel-com)

Keadaan itu menunjukkan bahwa seorang anak sejak dini mampu menjadi seseorang yang poliglot (menguasai banyak bahasa sekaligus). Tentu, dengan akibat tertentu, misalnya anak akan lamban berbicara. Kelambanan terjadi karena anak sibuk mengingat kata yang didengarnya; memisahkannya dalam kelompok bahasa berbeda; dan mempelajari bilakah dan kepada siapakah suatu bahasa digunakan. Setelah melampaui usia dua tahun, anak akan mulai berbicara. Pada usia enam tahun, anak akan memilih bahasa yang akan dikembangkan. Bahasa yang jarang digunakan akan disimpan dalam ingatannya (memorinya). Nanti, suatu saat, bahasa tersebut akan dengan mudah diingatnya jika ia mempelajari bahasa tersebut. 

Dari kenyataan itu, pengajaran bahasa Indonesia tidak selalu harus diberikan sebagai bahasa pertama, melainkan sebagai bahasa kedua, setelah bahasa ibu. Menurut penelitian UNESCO, pengenalan huruf, angka, dan konsep keseharian atau lingkungan sebaiknya diberikan dalam bahasa ibu yang dikenal anak. Sebaiknya, di kelas satu hingga tiga, bahasa ibu digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia dapat digunakan jika ada konsep yang tidak ditemukan dalam bahasa ibu. Barulah berangsur-angsur diperkenalkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Biasanya, diawali di kelas 4 dan seterusnya. Bahasa Inggris, sebagai bahasa dunia, diperkenalkan sebagai bahasa asing dan mulai diajarkan di jenjang SMP dan seterusnya. Bahasa asing lainnya, seperti Mandarin, Arab, Jerman, Perancis diajarkan mulai jenjang SMA. 

Situasi yang beragam seperti yang digambarkan di atas menjadi masalah dalam pendidikan Indonesia. Banyak sekolah, apalagi sekolah yang berlabel ‘sekolah internasional’, yang selain mengajarkan bahasa asing sejak dini, juga menggunakan bahasa asing sebagai bahasa instruksional di sekolahnya. Bolehkah bahasa asing diajarkan sejak dini? Tentu, boleh. Akan tetapi, ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, pengajaran bahasa asing dan bahasa Indonesia harus diberikan dengan intensitas yang sama. Kedua, pengajar bahasa asing harus menguasai bahasa asing dengan fasih. Jangan sampai ada kesalahan gramatikal atau lafal saat mengajarkan kepada siswa. Sekali kesalahan tersebut terjadi, anak akan terus membawanya hingga dewasa. 

Permasalahannya terbesar terjadi karena sekolah internasional mengajarkan bahasa asing tanpa mengajarkan bahasa Indonesia. Kadang kala, sekolah memberikan jumlah jam yang lebih sedikit untuk bahasa Indonesia dibandingkan bahasa asing. Akibatnya, anak justru tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Akibat budaya yang lebih besar adalah anak menjadi tersisih dari bangsanya sendiri. Anak lebih dapat bergaul dengan orang asing sehingga ia bersekolah di luar negeri (memang, orang tuanya mempersiapkannya untuk itu) dan tentu lebih senang bekerja dan tinggal di luar negeri dibandingkan di Indonesia. Tentu, kejadian itu tidak kita harapkan, bukan?       

Daftar Pustaka

Educational Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP). 2017. Dukungan bagi Pendidikan Multibahasa Berbasis Bahasa Ibu (PMB-BBI) di Sekolah-sekolah Pedesaan dan Daerah Terpencil di Papua. Jakarta: ACDP, Balitbang, Kemendikbud.

Kennison, Sheila M. 2014. Introduction to Language Development. California: Sage Publications.

Levey, Sandra dan Polirstok, Susan. 2011. Language Development: Understanding Language Diversity in the Classroom. California: Sage Publications.

UNESCO. 2007. Improving the Quality of Mother Tongue-based Literacy and Learning: Case Studies from Asia, Africa, and South America. Bangkok: UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education.

Rubrik ini dipersembahkan oleh:

Mengapa di Indonesia terdiri dari berbagai bahasa daerah brainly?