Kulit hewan yang digunakan sebagai bahan pembuatan wayang kulit adalah

Wayang kulit dibuat dari kulit kerbau. Bahan baku kulit kerbau didatangkan dari Nusa Tenggara Barat Wayang yang telah diwarnai kemudian diberi tangkai. Tangkai pada wayang dibuat dari tanduk kerbau Ada 4 jenis wayang yang dikenal masyarakat, yaitu wayang purwa, wayang madya, wayang gedog, dan wayang klithik Setelah direndam selama 1 malam dan dikerok hingga halus, dibuat pola di atas kulit kerbau Pembuatan sebuah tokoh wayang memerlukan waktu sekitar 1 minggu sampai 4 bulan. Lamanya proses tergantung jenis tokoh dan ukuran wayang Wayang purwa merupakan jenis wayang yang paling tua. Cerita yang dibawakan pada wayang jenis ini mengangkat kisah dari Ramayana dan Mahabarata Nilai estetika wayang tidak hanya pada pertunjukan. Pembuatan wayang pun memerlukan keahlian khusus, serta ketekunan dan kesabaran Gambar yang dibuat di atas kulit kerbau lalu diberi warna. Proses ini disebut 'nyungging' Gunungan merupakan jenis wayang yang paling lama pembuatannya. Selain karena ukurannya yang besar, motif pada Gunungan juga yang paling sulit Harga sebuah wayang berkisar antara Rp250 ribu sampai Rp5 juta, tergantung ukuran dan tokohnya

Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia yang telah dilestarikan dari generasi ke generasi. Keberadaannya sebagai budaya yang ailuhung telah diakui oleh UNESCO, badan dunia yang mengurus tentang pelestarian kebudayaan. Pada tanggal 7 November 2003, wayang kulit telah ditetapkan sebagai Masterpiece of Oral and Intagible Heritage of Humanity.

Ada dua pendapat mengenai usul kata “wayang”. Yang pertama beranggapan kata ini berasal dari “ma hyang” yang berarti menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Sementara, pendapat yang lain menganggap “wayang” merupakan bahasa Jawa untuk “bayangan”. Hal ini merujuk pada bentuk pertunjukan wayang. Penonton melihat pertunjukan berupa bayangan wayang yang dimainkan oleh dalang. Dalang memainkan wayang dari balik layar.

Keagungan wayang kulit tidak hanya terletak pada pertunjukannya, tapi juga pada proses pembuatan wayang. Diperlukan keahlian, ketekunan, dan kesabaran dalam pembuatan sebuah wayang kulit.

Wayang kulit dibuat dari kulit kerbau. Kulit kerbau dipilih karena mampu menghasilkan wayang kulit yang kuat, tidak mudah melengkung. Kulit sapi pernah coba digunakan untuk membuat wayang kulit. Tapi ternyata, wayang yang dihasilkan tidak kuat dan cepat melengkung. Kulit kerbau sebagai bahan pembuatan wayang kulit biasanya didatangkan dari Nusa Tenggara Barat.

Proses pertama adalah merendam kulit kerbau selama 1 malam. Pada pagi harinya, kulit dikerok hingga halus lalu dijemur hingga menjadi kulit kering yang siap untuk proses berikutnya.

Proses berikutnya adalah membuat pola di atas kulit yang telah dikeringkan. Setelah gambar selesai dibuat, dilakukan nyungging (pewarnaan). Setelah itu, wayang diberi tangkai yang terbuat dari tanduk kerbau.

Proses pembuatan sebuah tokoh wayang memerlukan waktu sekitar 1 minggu sampai 4 bulan. Lamanya proses tergantung pada ukuran dan tokoh yang dibuat. Proses pembuatan yang memerlukan waktu paling lama adalah Gunungan. Detail gambar yang sangat rumit serta ukurannya yang lebih besar dari wayang yang lain menjadi alasan proses pembuatan Gunungan lebih lama.

Di Jawa, dikenal empat jenis wayang kulit. Wayang-wayang tersebut dibedakan berdasarkan tokoh serta cerita yang dibawakan. Yang pertama adalah wayang purwa yang membawakan cerita Ramayana dan Mahabarata. Kedua adalah wayang madya. Wayang ini diciptakan oleh Mangkunegara IV sebagai penyambung wayang purwa dengan wayang gedog, begitu pula dengan cerita yang dibawakan. Salah satu cerita yang terkenal dari wayang jenis ini adalah Anglingdarma.

Kemudian adalah wayang gedog. Wayang ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Majapahit. Cerita yang dibawakan berasal dari serat Panji. Yang terakhir adalah wayang klithik. Wayang ini diciptakan oleh Pangeran Pekik, Adipati Surabaya. Cerita yang dibawakan dalam wayang ini berasal dari Panji dan Damarwulan.

Harga satu buah wayang sangat bergantung pada ukuran dan tokoh wayang yang dibuat. Semakin besar dan semakin sulit tokoh yang dibuat, harganya akan semakin mahal. Harga sebuah wayang berkisar dari Rp250 ribu hingga Rp5 juta.

Informasi Selengkapnya

binatang dapat dibedakan kualitasnya yang terdiri dari kulit sapi, kulit kambing, dan kulit kerbau.

a. Bentuk Kerajinan Kulit

Menurut Sunarto 2001: 20 bahan kulit perkamen memiliki ciri sebagai berikut: tembus pandang, tebal rata, dan merupakan kulit mentah yang belum disamak. Kegunaannya sebagai berikut: 1 Kulit mentah paling tipis antara 0,5 mm sampai dengan 1,0 mm untuk membuat kerajinan kulit mentah, susunan rangkap kembar seperti kipas susun untuk kerajinan kulit mentah yang tipis dan lemas atau tembus cahaya. 2 Kulit mentah tipis antara 1,0 mm sampai dengan 1,5 mm dipergunakan untuk pembuatan kap lampu, kipas tunggal, dan pakaian wayang orang. 3 Kulit mentah setengah tebal antara 1,5 mm sampai dengan 2,0 mm dipergunakan untuk pembuatan penyekat ruangan, hiasan meja, dan hiasan dinding. 4 Kulit mentah tebal berukuran anatara 2,0 sampai dengan 3,0 mm dipergunakan untuk pembuatan wayang kulit, dan penyekat ruangan.

b. Macam-macam Kulit Perkamen

1 Kulit Sapi Kulit sapi sebagai bahan terbagi menjadi dua jenis yaitu kulit sapi split dan kulit sapi kerok. Kulit sapi split yaitu jenis kulit dari hasil pembelahan kulit dari satu kulit dibelah menjadi dua atau lebih belahan dengan alat mesin split, bahan ini lebih tipis bila dibandingkan kulit sapi kerok. Kulit sapi s plit ini banyak digunakan sebagai bahan untuk membuat kipas, kap lampu, sekat buku atau wayang. 2 Kulit Kerbau Kulit kerbau sebagai bahan kerajinan kulit banyak digunakan untuk membuat wayang melalui proses penipisan dengan cara dikerok. Bahan ini lebih mahal dibanding kulit sapi karena cocok untuk bahan pembuat wayang yang sifatnya kaku, tidak mudah melengkung bila terkena suhu panas dan tidak mudah kendor bila kena suhu dingin. Kelemahannya tidak ulet dibandingkan kulit sapi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan pembuatan wayang. Jadi lebih tepat bahan utama membuat wayang karena kekuatan fisik kulit kerbau lebih kuat, khususnya kekakuan dan suhu kerut. Kekakuan penting berhubungan dengan ketahanan kulit terhadap suhu lingkungan dan kulit kerbau menyerap maupun menguapkan uap air ternyata lebih rendah, dan dalam waktu yang lama tidak mudah kendor. 3 Kulit Kambing Kulit kambing digunakan untuk bahan pembuatan hiasan dinding yang masih ada bulunya dengan penyelesaian akhir dipentang pada pigura maka dari itu konsumen tinggal memilih warna bulu yang disukai, kulit ini juga bisa dikerok untuk bahan sekat halaman buku, kartu nama, dan kipas renteng. Jenis kulit perkamen dengan bahan dasar kulit kambing, umumnya digunakan dalam pembuatan barang-barang yang berukuran kecil, jadi hanya membutuhkan jenis kulit yang tipis saja.

2. Desain

Berikut yang tidak termasuk bagian atas konstruksi jembatan ialah .. a. pelat lantaib. gelagar indukc. gelagar sekunder d. kepala jembatanpenjelasan n … ya juga ya kakak​

Buat tulisan notasi balok untuk lagu 1. Bagimu negeri2. Satu Nusa satu bangsa.3. Mengheningkan ciptaDengan kunci nada GNada dasar do = C.​

Apakah perbedaan antara kertas dengan plastik di lihat dari:-jenisnya-sifat/karakternya-teknik pengolahantolong bantu jawab,besok di kumpulinsebelum n … ya makasi​

Lirik lagu tukang sayur yang memiliki pola baris sama terdapat pada baris​.

Please tolong bantu saya Seseorang yang bertugas memberikan arahan dan membimbing tentang kegiatan yang dilakukan adalah Apa jawabannya

Jenis Ornamentasi Apa Yg Digunakan Pada Lagu Indonesia Raya. ​.

rampak gendang dimainkan dengan cara?tolong di bantu thx ​

sebutkan secara urut proses pengolahan limbah lunak menjadi kerajinan!bantu jwb secepatnya,sblmnya makasi​

Gambar alat musik beserta namanya minimal 2?​

.. Perhatikan gambar berikut! Gambar di atas termasuk karya seni daerah berupa karya seni​

Video yang berhubungan

Seni kriya dalam wayang kulit adalah seni pembuatan bentuk dan karakter tokoh wayang kulit.[1] Seni kriya menjadi penting dalam wayang karena watak dan karakter tokoh wayang ditentukan oleh ciri detail bentuk dan wajahnya.[1] [2] Dalam perkembangannya bentuk dan pewatakan tokoh wayang mengalami perubahan sesuai jamannya.[2] Seperti halnya dalam pertunjukan wayang, seni kriya juga mengandung filsafat dan gambaran jiwa.[2] [1] Kesenian bagi masyarakat Jawa merupakan representasi simbolis dari keadaan batin manusia.[3] Seni kriya menjadi salah satu media representasi ini.[3] Wayang penuh dengan makna dan simbol yang membuat seni kriya menjadi penting untuk diperhatikan.[4] Seni kriya memperhatikan setiap bagian seorang tokoh wayang mulai dari wajah, perlengkapan, pakaian, dan bagian-bagian tubuh wayang itu.[5]

Kulit hewan yang digunakan sebagai bahan pembuatan wayang kulit adalah

Seni kriya memperhatikan setiap bagian wayang sampai sudut terkecil

Seni kriya memiliki tiga macam bentuk yaitu: [1]

Wayang seni

Wayang seni adalah wayang yang dibuat pertama-tama demi nilai seni. Wayang seni membutuhkan seni kriya yang rumit karena menuntut hasil karya yang bernilai seni tinggi. Baik tatahan atau pahatan maupun pewarnaannya memerlukan ketelitian. Setiap millimeter kulit yang digarap diberi pewarnaan yang rumit dan halus.

Wayang pedalangan

Wayang pedalangan adalah wayang yang dibuat demi kepentingan pentas pertunjukan wayang.[1] Seni kriya untuk wayang pedalangan tidak serumit untuk wayang seni.[1] Yang paling penting adalah batas-batas busana masih dapat dinikmati keindahannya jika dilihat dari jarak lima meter.[1] Ukuran kehalusan seni kriya untuk membuat wayang pedalangan didasarkan pada kebutuhan pementasan.[1]

Wayang pasaran

Wayang pasaran merupakan wayang yang dijual di pasar maupun pinggir jalan.[1] Wayang pasaran dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pencinta wayang secara umum.[1] Seni kriya untuk wayang pasaran tidak memerlukan ketelitian seperti untuk membuat wayang seni atau pedalangan.[1] Bentuk dan polanya yang penting memenuhi kriteria standar seorang tokoh wayang.[1]

Seni kriya untuk wayang pedalangan dan pasaran dapat didapatkan di toko-toko ataupun galeri seni.[1] Namun, untuk wayang seni biasanya hanya tersedia di pengrajin wayang seni dan perlu waktu untuk memesannya.[1]

Bahan pokok untuk membuat wayang adalah kulit kerbau.[1] Kulit sapi dapat digunakan sebagai bahan baku namun tidak sebaik kulit kerbau, karena kulit sapi lebih lentur.[1] Proses dimulai dengan pembersihan dan pengeringan kulit kerbau.[1] Hasil dari proses ini adalah lembaran-lembarahan kulit.[1] Kulit kerbau yang masih muda akan lebih baik mutunya daripada kulit kebau yang sudah tua.[1] Kulit kerbau muda akan lebih mudah ditatah.[1] Kulit kerbau yang punya penyakit kurap lebih baik mutunya karena memiliki kadar lemak yang rendah.[1] Perajin-perajin kulit mentah banyak dijumpai di daerah pengrajin wayang.[1]

Perlengkapan

  • Tatah

Tatah atau pahat yang digunakan untuk menatah wayang kulit adalah tatah-tatah kecil yang berjumlah 20-25 buah.[1] Ada dua macam tatah yang digunakan yaitu tatah kuku dan tatah lantas.[1] Tatah kuku berbentuk seperti kuku, sementara tatah lantas berbentuk datar.[1]

  • Ganden

Ganden adalah semacam palu besar yang terbuat dari kayu keras.[1] Ganden digunakan untuk memukul tatah agar dapat menembus kulit.[1]

  • Malam atau lilin

Malam atau lilin dioleskan sesekali pada tatah agar tatah menjadi licin dan lebih mudah digunakan untuk menatah.[1]

  • Jangka

Jangka digunakan untuk membuat pola berbentuk bulat.[1] Misalnya untuk membuat pola gelung supit urang.[1]

  • Penggaris

Penggaris dipakai untuk membuat pola berbentuk lurus, seperti tangan wayang.[1]

  • Batu asahan dan Air

Batu asahan digunakan untuk mengasah tatah apabila tatah terasa mulai tumpul.[1] Air digunakan ketika mengasah tatah.[1]

  • Penindih

Penindih biasanya berupa sepotong besi atau benda berat lainnya.[1] Funsinya adalah membuat wayang tidak bergeser pada waktu ditatah.[1]

  • Pandukan

Pandukan merupakan sepotong kayu besar yang digunakan sebagai landasan ketika menatah wayang.[1]

  • Paku corekan

Paku corekan digunakan untuk membuat pola pada wayang.[1] Caranya adalah dengan menggoreskannya pada wayang.[1]

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al S. Haryanto (1991). Seni Kriya Wayang Kulit. Jakarta: Grafiti. hlm. 33-270. ISBN 979-444-159-7. 
  2. ^ a b c Sri Mulyono (1978). Wayang. Jakarta: Gunung Agung. 
  3. ^ a b Soetarno, dkk (2007). Estetika Pedalangan. Surakarta: ISI Surakarta. hlm. 13. ISBN 979-8217-59-4. 
  4. ^ Amir Mertosedono (1986). Sejarah Wayang. Semarang: Dahara Prize. 
  5. ^ Junaidi (2011). Wayang. Magelang: Arindo Nusa Media. hlm. xxvii-xxxix. ISBN 978-979-18269-8-3. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seni_kriya_(wayang_kulit)&oldid=20524372"