Kita tetap harus hidup titik titik dalam perbedaan yang ada

Kunci Jawaban SD dan MI kelas 3 Tema 1 halaman 85. /Buku Tematik SD dan MI kelas 3/buku.kemdikbud.go.id/

PORTAL JEMBER-Berikut ini penjelasan tentang mengapa kita harus saling menghargai perbedaan, manfaat hidup rukun serta mengapa kita perlu bekerja sama?

Pembahasan buku tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2018 untuk kelas 3 SD dan MI terbaru yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup.

Dalam artikel ini, kita akan membahas kunci jawaban halaman 85 dan 86 Tema 1 Subtema 2 yaitu Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Kelas 3 SD dan MI.

Sebelum membaca kunci jawaban ini, ada baiknya adik-adik berusaha untuk menjawabnya sendiri terlebih dahulu. Sebab, kunci jawaban ini hanyalah sebagai pemandu adik-adik untuk bisa mengeksplor lebih dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada dan menjawabnya dengan jawaban sendiri.

Baca Juga: Pasangkan Soal dan Jawabannya! Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 3 SD dan MI Halaman 96

Selain itu, kunci jawaban ini juga bisa dijadikan panduan dan pembanding bagi orang tua untuk memeriksa jawaban anaknya.

Dikutip PORTAL JEMBER dari alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Jember, Anismoro Nalendri Lesthianingrum S.Pd, berikut adalah kunci jawaban Buku Tematik kelas 3 SD dan MI Tema 1 Subtema 2 halaman 85 dan 86 tentang mengapa kita harus saling menghargai perbedaan, manfaat hidup rukun serta mengapa kita perlu bekerja sama.

Kunci Jawaban kelas 3 SD dan MI halaman 85

1. Mengapa kita harus saling menghargai perbedaan?Jawaban:

Karena perbedaan tersebut merupakan ketetapan Tuhan YME yang tidak adpat diubah oleh manusia. Satu-satunya pilihan bagi setiap manusia yang ada di muka bumi ini yaitu dengan menjalani kehidupan keberagaman, saling menghormati dan saling menghargai. Selain itu, dengan menghargai perbedaan akan menciptakan kerukunan dalam hidup.

Sumber: buku.kemdikbud.go.id

Beberapa waktu yang lalu, Amerika Serikat melaksanakan pemilihan umum presiden yang ke-59 (Raditya, 2020). Pemilihan umum yang dilaksanakan pada hari Selasa, 3 November 2020 tersebut membuat masyarakat Amerika Serikat terbagi menjadi dua kubu, yaitu pendukung Joe Biden dan Donald Trump. Peristiwa terbaginya masyarakat menjadi beberapa kubu tersebut juga sering dialami di negara kita sendiri, menjelang pemilu presiden. Adanya perbedaan pandangan dan pilihan politik ini secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi bagaimana masyarakat menjalankan kehidupannya, yang menimbulkan polarisasi semu, perpecahan yang tidak memiliki landasan yang jelas antar masyarakat (BBC, 2019).

Perbedaan pandangan dalam masyarakat ini dapat ditemukan bukan hanya pada pilihan politik, tetapi juga visi dan tujuan hidup, pilihan pendidikan, kepercayaan, SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), bahkan pendukung tim bola. Namun, bagaimana kita sebagai manusia – makhluk sosial yang berakal budi, seharusnya memaknainya? Apakah kita dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan tersebut?

Dalam bermasyarakat, kita perlu untuk hidup berdampingan dengan perbedaan-perbedaan ini. Setiap individu memiliki pola pikir dan pandangan yang tentunya berbeda, bahkan keluarga sekalipun. Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain untuk saling memenuhi kebutuhannya masing-masing (Andayani, 2002). Rasa saling menghargai dan menghormati perbedaan dalam setiap aspek kehidupan merupakan hal yang penting agar proses pemenuhan kebutuhan tersebut berjalan dengan baik (Panjaitan, 2014). Meskipun ada salah satu tetangga kita yang mendukung pilihan politik yang berbeda dengan kita, kita tetap perlu menghargai dan menghormati perbedaan pilihan yang ada. Berdasarkan teori Maslow dalam Cofer & Appley (1964, seperti dikutip dalam Andayani, 2002), salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan harga diri (esteem needs) yaitu, reputasi, rasa hormat dari orang lain, status, pengakuan, dan apresiasi. Menurut Maslow, ketika manusia telah memenuhi kebutuhan ini, rasa percaya diri, berguna, kuat, dan mampu, akan terbentuk dalam dirinya.

Rasa hormat atau menghargai terdiri dari toleransi, penerimaan, dan penghormatan penilaian (Van Quaquebeke, 2007). Toleransi sendiri merupakan reaksi sikap terhadap keberadaan objek di lingkungan subjek. Sedangkan, penerimaan adalah reaksi sikap terhadap keanggotaan suatu objek dalam kelompok subjek. Terakhir, penghormatan penilaian adalah reaksi sikap yang mungkin terhadap pengaruh suatu objek pada subjek. Hal yang menjadi kunci untuk menumbuhkan rasa toleransi dan penghargaan adalah empati (Baer, 2017). Empati melibatkan pemahaman situasi orang lain dari sudut pandang mereka. Karena itu, kita harus bisa menempatkan diri kita pada posisi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasakan tanpa menghakimi mereka. Empati menggerakkan kita ke tempat keberanian dan kasih sayang. Melalui itu, kita menyadari bahwa perspektif kita bukanlah perspektif mereka. Dengan menumbuhkan empati dalam diri, aku, kamu, dan kita, dapat hidup berdampingan dengan setiap perbedaan.

Datar Pustaka

Andayani, B. (2002). Pentingnya Budaya Menghargai dalam Keluarga. Buletin Psikologi UGM, 10(1), 1-10. //doi.org/10.22146/bpsi.7447

Baer, M. B. (2017). Is Teaching Tolerance the Solution or the Problem?. Psychology Today. //www.psychologytoday.com/gb/blog/empathy-and-relationships/201706/is-teaching-tolerance-the-solution-or-the-problem

BBC. (2019, 31 Mei). Pilpres 2019: ‘Ketegangan mencemaskan’ akibat perpecahan pendukung Jokowi dan Prabowo yang harus ‘segera diakhiri’. //www.bbc.com/indonesia/trensosial-48474408

Panjaitan, H. (2014). Pentingnya Menghargai Orang Lain. HUMANIORA, 5(1), 88-96.

Raditya, I. N. (2020, 6 November). Data dan Fakta Menarik Pilpres Amerika Serikat Sepanjang Sejarah. tirto.id. //tirto.id/f6GJ

Van Quaquebeke, N., et al. (2007). “It’s not tolerance I’m asking for, it’s respect!” A conceptual framework to differentiate between tolerance, acceptance and (two types of) respect. Gruppe. Interaktion. Organisation. Zeitschrift für Angewandte Organisationspsychologie (GIO), 38(2), 185-200.

//www.freepik.com/free-vector/stop-racism-illustration-concept_8944994.htm

Penulis : Susan Isuwarman

Penyunting : Anak Agung Ayu Metta Nanda Kusuma

Dilihat 93,057 pengunjung

Adakah Sobat SMP di sini yang punya teman berbeda suku ataupun agama? Jika ada, kalian sangat beruntung karena dapat mengenal budaya serta ajaran baru. Selain itu, lingkungan yang majemuk bisa memberikan kalian referensi pertemanan yang lebih luas.

Indonesia adalah negara dengan sejuta keberagaman. Keberagaman yang ada telah menjadi simbol persatuan dan dikemas dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Oleh karena itu, kita harus menjaganya agar tetap utuh dan harmonis.

Namun, belakangan ini Indonesia kerap mengalami krisis toleransi. Perbedaan yang ada justru menimbulkan perpecahan. Padahal, perbedaan itu sendirilah yang seharusnya membuat Indonesia menjadi indah karena lebih “berwarna”.

Sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan menganut paham toleransi. Jangan sampai Indonesia terpecah-belah akibat isu-isu negatif. Ingat kata pepatah, “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”

Bentuk keberagaman di Indonesia

Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari segi sumber daya alam maupun keberagamannya. Ada beberapa bentuk keberagaman di Indonesia, mulai dari keberagaman suku, keberagaman agama, keberagaman ras, dan juga keberagaman anggota golongan.

Keberagaman suku

Indonesia adalah negara kepulauan. Dari geografis yang berbeda-beda tersebut, Indonesia memiliki banyak sekali suku. Suku bangsa atau yang disebut juga etnik dapat diartikan sebagai pengelompokan atau penggolongan orang-orang yang memiliki satu keturunan. Selain itu, kelompok suku bangsa ditandai dengan adanya kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis yang dimiliki.

Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam aspek sosial maupun budaya. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok suku, lebih tepatnya 1.340 suku bangsa. 

Keberagaman agama

Indonesia adalah negara yang religius. Hal itu dibuktikan dalam sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan dalam beragama dijamin dalam UUD 1945 pasal 29 yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Di Indonesia sendiri, ada enam agama yang diakui oleh negara. Agama-agama yang diakui oleh negara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan juga Konghucu. Keenam agama harus hidup berdampingan di masyarakat dengan prinsip toleransi antarumat beragama.

Keberagaman ras

Baca Juga  Pedoman Pengelolaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Jenjang SMP

Ras merupakan klasifikasi yang digunakan untuk mengategorikan manusia melalui ciri fenotipe (ciri fisik) dan asal usul geografis. Asal mula keberagaman ras di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti bangsa asing yang singgah di Tanah Air, sejarah penyebaran ras dunia, dan juga kondisi geografis. 

Ada beberapa ras yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Ras Malayan-Mongoloid yang berada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi. Ras Melanesoid mendiami wilayah Papua, Maluku, dan juga Nusa Tenggara Timur. Selain itu, ada juga ras Asiatic Mongoloid yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, yaitu seperti orang Tionghoa, Jepang, dan Korea. Terakhir, ada ras Kaukasoid, yaitu orang-orang India, Timur-Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika.

Keberagaman anggota golongan

Dalam masyarakat multikultural, keberagaman golongan bisa terjadi secara vertikal dan horizontal. Untuk vertikal, terdapat hierarki lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Contohnya seperti status sosial, pendidikan, jabatan, dan sebagainya. Secara horizontal, biasanya anggota golongan setara dan tidak ada hierarki. Namun, hal ini mengakibatkan banyak yang merasa anggota golongannya paling benar sehingga merendahkan anggota golongan lainnya. Contohnya adalah agama, idealisme, adat-istiadat, dan sebagainya.

Pentingnya menjaga toleransi di dalam keberagaman

Meskipun Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan dan keberagaman, hal tersebut membuat Indonesia rentan terpecah-belah akibat perbedaan yang ada. Perpecahan di masyarakat bisa memicu konflik yang menimbulkan kerugian banyak pihak.

Oleh karenanya, diperlukan sifat toleran dan juga tenggang rasa terhadap perbedaan dan kemajemukan di masyarakat. Sifat toleransi haruslah ditanamkan sejak dini supaya bisa menerima perbedaan yang ada.

Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada tetangga melakukan ibadahnya, tolong-menolong antarwarga ketika melaksanakan hari raya, dan tidak membeda-bedakan tetangga, dan menghargai perbedaan budaya yang ada.

Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman masyarakat merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargolongan.

Referensi: Modul PPKN SMP Terbuka Keberagaman Suku, Ras, Agama, dan Antargolongan dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika untuk kelas VII terbitan Direktorat SMP tahun 2020

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA