Jelaskan prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran kelas rangkap dan berikan contohnya!

TUGAS UJI KOMPETENSI 1Mata Kuliah: Pembelajaran Kelas RangkapNama: Ogik AdhiartoKode Mata Kuliah: PDGK 4302NIM: 857669385Pokjar: SMA 2 UngaranSilahkan Kerjakan Latihan ini dengan benar!NoSoalSkor1.Jelaskan secara singkat alasan-alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap perludipelajari di era digital ini? Berikan contoh kasus yang dapat Saudara ambil di beritauntuk menjelaskan salah satu alasan tersebut!272.Jelaskan prinsip-prinsip yang mendasari Pembelajaran Kelas Rangkap dan berikancontohnya!203.Jelaskan model pembelajaran kelas rangkap 221 dan 222 beserta contoh penerapannyadisesuaikan dengan tema dalam pembelajaran kurikulum 2013!14Skor Total611.Pembelajaran kelas rangkap perlu dipelajari di era digital ini karena dengan kemajuanteknologi dewasa ini dapat mengatasi tantangan – tantangan yang dihadapi dalampembelajaran PKR, seperti keterbatasan sarpras, murid, atau guru.Namun, guru perluterlebih dulu memiliki pengalaman melakukan pendekatan pembelajaran aktif, sebelumdiperkenalkan dengan model pembelajaran kelas rangkap. Sebagai contoh pemerintahKabupaten Probolinggo, yang saat ini melaksanakan program rintisan pembelajaran kelasrangkap di 8 sekolah-sekolah kecil yang berada di Kecamatan Sukapura. Modelpendekatan seperti ini sangat penting, terutama di daerah-daerah terpencil denganpopulasi penduduk yang sedikit, dan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru atau ruangkelas. Model seperti ini juga berguna bagi guru yang ingin melakukan pembelajaranberdiferensiasi untuk siswa dengan kompetensi beragam.2.Prinsip – prinsip yang mendasari Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) terbagi 2, yaituprinsip umum dan prinsip khusus.1.Prinsip UmumAda 3 prinsip umum yang mendasari PKR, antara lain :(a)Perbedaan kemampuan individual murid yang harus diperhatikan guru.Dalam hal ini guru berperan untuk mengakomodasi kebutuhan individu muridsebagai seorang yang unik dan membutuhkan perlakuan yang berbeda satu denganyang lainnya untuk mampu mencapai perkembangan yang maksimum.Misalnyaperilaku terhadap siswa kelas I tentu berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelasV dikarenakan pada tingkat usia kelas I proses berpikirkonkretlebih dominan,sedangkan siswa kelas V sudah mulai dapat berpikirabstrak.


PRINSIP DAN MODEL PENGELOLAAN PKR DI SD

Jelaskan prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran kelas rangkap dan berikan contohnya!


A.        Prinsip dan Pola Dasar Pembelajaran Kelas Rangkap

1.         Prinsip Pembelajaran Kelas Rangkap

Prinsip dalam pembelajaran kelas rangkap adalah ketentuan-ketentuan umum dan khusus yang bersifat memandu dan mengarahkan pikiran dan perilaku guru dalam menyikapi dan mengelola pembelajaran. Pembelajaran kelas rangkap seperti pembelajaran pada umumnya memiliki prinsip-prinsip umum baik yang bersifat psikologis-paedagogis maupun didaktik-metodik.

Bersifat psikologis-paedagogis adalah yang berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan yang bersifat didaktik-metodik adalah yang berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran.

Beberapa prinsip umum psikologis-paedagogis antara lain sebagai berikut.

a.       Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap dan perilakunya menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misalnya perlakuan terhadap siswa kelas I tentu harus berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas V. Pada tingkat usia kelas I proses berpikir kongkrit lebih dominan, sedangkan siswa kelas V sudah mulai dapat berpikir abstrak (Piaget dalam Bell-Gredler : 1986).

b.      Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari dalam diri siswa atau “motivasi instrinsik” maupun yang datang dari luar diri siswa atau motivasi instrumental. Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa agar merasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh, motivasi tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan atau “reinforcement” (Skinner dalam Turney : 1977).

c.       Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman kongkrit (concrete experience), pengamatan mendalam (reflective observation), pemikiran abstrak (abstract conceptualisation) dan percobaan atau penerapan secara aktif (active experimentation). (Kolb : 1986).

d.      Belajar dari teman seusia atau “peer group” terutama mengenai sikap dan keterampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.

e.       Pencapaian dampak instructional atau “instructional effects” dan “dampak pengiring” atau “nurturant effect” menuntut lingkungan dan suasana belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar yang dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.

Implementasi dari prinsip umum psikologis-paedagogis terhadap pembelajaran adalah munculnya prinsip-prinsip didaktik-metodik sebagai berikut.

a.       Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.

b.      Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.

c.       Penerapan aneka pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam keseluruhan siklus proses belajar.

d.      Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring.


Disamping memiliki prinsip umum tersebut di atas, pembelajaran kelas rangkap memiliki beberapa prinsip khusus seperti berikut.


a.      Keserempakan kegiatan belajar-mengajar

Dalam PKR seorang guru dalam waktu yang bersamaan, misalnya dari pukul 08.00-09.20 (2 jam pelajaran) menangani pembelajaran IPA untuk kelas V dan IPS kelas VI. Pada saat itu siswa kelas V dan kelas VI dalam satu atau dua ruangan secara serempak belajar dibawah bimbingan seorang guru. Dengan prinsip ini pemanfaatan sumber daya dalam hal ini guru, dan waktu yang tersedia dapat lebih optimal.

b.      Kadar tinggi waktu keaktifan akademik

Waktu keaktifan akademik atau disingkat WKA adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh siswa untuk belajar (membaca, menyimak, menulis, berlatih keterampilan, berdiskusi). Misalnya dalam dua jam pelajaran tersedia waktu 2 X 40’ = 80’. Selama 15’ digunakan oleh guru untuk mengabsen, mengatur kelompok, 65’ sisanya digunakan oleh siswa untuk berbagai kegiatan belajar. Dalam 65’ itulah siswa benar-benar melakukan kegiatan belajar atau sering juga disebut “on task” (Flander : 1972). Bila selama 65’ itu ternyata ada sebagian waktu yang digunakan untuk “ngobrol” selain materi pelajaran atau mungkin melamun misalnya selama 10’ maka benar-benar dipakai belajar hanya 55’ (on-task). Selama 10’ tersebut para siswa tidak belajar atau sering disebut “off-task” (Flanders : 1972). Dengan menerapkan PKR seorang guru dapat mengurangi lama waktu kosong karena dua kelas ditangani secara serempak. Atau dengan kata lain waktu keaktifan akademik menjadi semakin tinggi.

c.       Kontak psikologis guru-murid yang berkelanjutan

Dengan menerapkan PKR interaksi guru-murid baik yang berupa perhatian, pengarahan, bimbingan pembelajaran, dan monitoring menjadi suatu proses akan berlangsung secara bervariasi dan terus menerus terutama dalam PKR dengan satu ruangan. Bila PKR diterapkan dalam dua atau tiga ruangan memang ada sebagian perhatian misalnya kontak pandang guru-murid yang terputus. Kontak psikologis guru-murid yang bervariasi ini sangat penting untuk dibangun dan dipelihara. Bila tidak, maka pembinaan disiplin siswa akan berkurang.

d.      Pemanfaatan sumber belajar yang efisien

Kita menyadari bahwa di sekolah dasar terutama di pedesaan sumber belajar tertulis dirasakan sangat kurang. Banyak sekali SD yang tidak memiliki perpustakaan sekolah. Malah dalam beberapa kasus hanya terdapat satu eksemplar buku pelajaran untuk satu kelas. Dengan menerapkan PKR sumber belajar tertulis yang jumlahnya terbatas dapat digunakan secara bersama-sama.

e.       Belajar dari teman sebaya.

f.       Penekanan pada pencapaian dampak instruksional dan pengiring.

2.         Pola Dasar Pembelajaran Kelas Rangkap

Dilihat dari pengorganisasian mata pelajaran, kelas atau rombongan belajar dan ruangan terdapat beberapa pola dasar pkr sebagai berikut.

a.       Model PKR 211 : Dua kelas, satu mata pelajaran, satu ruangan

b.      Model PKR 221 :  Dua kelas,dua mata pelajaran, satu ruangan

c.       Model PKR 311 : Tiga kelas, satu mata pelajaran, satu ruangan

d.      Model PKR 321 : Tiga kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan

e.       Model PKR 322 : Tiga kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan

f.       Model PKR 333 : Tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan

g.      Model PKR 222 :  Dua kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan

h.      Model PKR 111: Satu kelas, satu mata pelajaran dengan dua atau tiga topik berjenjang, satu ruangan

Sebagai contoh singkat dapat dikemukakan sebagai berikut

a.       Model PKR 211 : Kelas I dan II belajar menyanyi dalam satu ruangan

b.      Model PKR 221 : Kelas III belajar IPA dan kelas IV belajar IPS dalam satu ruangan

c.       Model PKR 222 : Kelas III belajar IPA di ruangan 1 dan kelas IV belajar IPS di ruangan 2 yang terhubung dengan ruang 1

d.      Model PKR 311 : Kelas IV, V, dan VI belajar menyanyi dalam satu ruangan

e.       Model PKR 321 : Kelas I dan II belajar menulis, dan kelas III belajar Matematika  dalam satu ruangan

f.       Model PKR 322 : Kelas III dan VI belajar IPS di ruangan 1 dan kelas V belajar IPA di ruangan 2 yang terhubung ke tuangan 1

g.      Model PKR 333 : Kelas IIIbelajar IPA, kelas IV belajar IPS dan kelas V belajar Matematika di tiga ruangan yang satu sama lain terhubung dengan pintu.

Dilihat dari sudut pengelolaan kelas khususnya dalam penanganan disiplin siswa, model PKR 211, 221, 311, dan 321 lebih terkendali dari pada model PKR 222, 322, dan 333. Dapat kita pahami bahwa mengelola satu ruangan lebih terkonsentrasi daripada lebih dari satu ruangan. Malah sangat dianjurkan untuk lebih banyak menggunakan model 211, 221, 311, dan 321 bila jumlah gabungan siswa kedua atau ketiga kelas itu paling banyak 30 orang. Bila lebih dari 30 orang dianjurkan menggunakan model PKR 222, 322, atau 333.

Khusus untuk model PKR 111 yakni satu kelas belajar satu mata pelajaran dengan beberapa topik yang berbeda dalam satu ruangan merupakan model PKR “neka aras” atau “multi-level teaching”. Model ini memerlukan pengorganisasian siswa dengan menerapkan prinsip perbedaan individual dan “belajar tuntas”. Model ini akan berjalan dengan baik bila didukung oleh sumber belajar yang diindividualisasikan dan bersifat modular misalnya menggunakan “modul” atau “kit”.

Di dalam menerapkan pola dasar PKR selain model PKR III ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti berikut:

a.       Kelas yang dapat dirangkap dalam satu ruangan adalah kelas I, II, III, atau kelas IV, V, VI, atau kelas I, II, III, IV. Kelas I, II, sebaiknya tidak dirangkap dalam satu ruangan dengan kelas IV, V, VI, karena alasan perbedaan manusia dan perbedaan lama belajar. Satu jam pelajaran kelas I dan II adalah 30’ sedangkan kelas III, IV, V, dan VI 40’. Bila terpaksa misalnya di SD itu hanya seorang guru dan hanya satu ruangan seperti terdapat di daerah terpencil, dalam ruangan itu dibuat dua bagian dengan memakai partisi/penyekat tidak permanen setinggi bahu guru.

b.      Mata pelajaran yang menekankan pada keterampilan melafalkan atau bersuara seperti membaca, menyanyi, atau bergerak seperti praktek olahraga tidak boleh dirangkap dengan mata pelajaran yang menekankan pada proses kognitif seperti Matematika, IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia. Alasannya adalah dalam pembelajaran aspek kognitif siswa memerlukan konsentrasi dalam berpikir yang apabila dirangkap dengan pembelajaran keteampilan gerak atau verbal satu sama lain akan merasa saling terganggu.

c.       Perangkapan kelas dalam ruangan lebih dari tiga tidak dianjurkan karena sukar untuk dikelola antara lain guru akan sangat repot mengesak dari kelas ke kelas. Waktu tunggu setiap kelas akan sangat banyak sehingga waktu keaktifan akademik akan sangat terbatas karena waktu siswa “off-task” bisa jadi lebih banyak daripada waktu siswa”on-task”. Karena itu jumlah ruangan yang sebaiknya dipakai dalam suatu perangkapan kelas paling banyak tiga ruangan dan yang paling ideal adalah 1-2 ruangan.


B.        Model Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap

a.    Model PKR 221

Pada model PKR 221 ini, seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan kelas 6, dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA, dalam suatu ruangan.

Langkah-langkah pembelajaran pada model ini, dapat diperhatikan matriks berikut ini.

Kegiatan/waktu

Kelas V (IPS)

Kelas VI (IPA)

Pendahuluan (10*)

Pengantar dua pengarahan dalam satu ruangan: penjelaskaan scenario dan hasil belajar

Kegiatan inti 1 (20*)

Tugas individual

Kerja kelompok

Kegiatan inti 2 (20*)

Kerja kelompok

Ceramah Tanya jawab

Kegiatan inti 3 (20*)

Ceramah, kerja keompok

Diskusi, Tanya jawab

Penutup (10*)

Review, penatan, komentar dan tindak lanjut. Persiapan kegiatan belajar berikutnya

Dengan menerapkan model PKR ini, ikutilah petunjuk sebagai berikut.

1)      Pada kegiatan pendahuluan, lebih kurang 10 menit pertama, guru memberikan pengantar dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis di bagi dua. Tuliskan topic dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas 5 dan kelas 6. Ikut langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan di tempuh selama pertemuan.

2)      Pada bagian inti 1,2,3, lebih kurang 60 menit, terapkan aneka metode yang sesuai dengan tujuan untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai dengan keperluan. Gunakan keterampilan dasar yang sesuai.

3)      Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir, berdirilah di depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan reviuw atas materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Kemudian berikan tindak lanjut berupa beberapa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau mungkin untuk hari berikutnya.

b.    Model PKR 222

Pada model pembelajaran kelas rangkap 222, guru menghadapi dua kelas. Misalnya kelas 5 dan kelas 6, untuk mengajar matematika di kelas 5 dan IPA di kelas 6. Topik yang di ajarkan tidak memiliki saling keterkaitan. Proses berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang berhubungan dengan pintu. Langkah-langkah pembelajaran dapat diperhatikan matrik berikut ini.

Kegiatan/waktu

Kelas V (matematika)

Kelas VI (IPA)

Pendahuluan (10’)

Pengantar dan pengarahan umum diberikan secara bersama dalam dua ruangan yang berhubungan, penjelasan scenario dan hasil belajar.

Kegiatan inti 1(15’)

Penjelasan guru

Kegiatan individual

Kegiatan inti 2(15’)

Tanya jawab

Kegiatan individual

Kegiatan inti 3(15’)

Kerja individual

Tanya jawab

Kegiatan inti 4(15’)

Kerja individual

Tanya jawab

Penutup (10’)

Review umum, pergantian, penguatan, tindak lanjut, tugas. Pengantar jam pelajaran berikutnya.

Untuk menerapkan model ini kita perlu mngikuti pentunjuk sebagai berikut.

1)      Pada kegiatan pandahuluan lebih kurang 10 menit pertama, satukan murid kelas V dan kelas VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum seperti yang kita lakukan pada model PKR 221. Bila tidak mungkin menyatukan murid dalam satu ruangan, gunakan halaman atau teras, dan bila tidak mungkin lagi murid tetap diruang masing-masing tetapi guru berada di depan pintu yang menghubungkan antara dua kelas.

2)      Pada kegiatan inti lebi kurang 60 menit berikutnya, tetapkan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas. Yang perlu di perhatikan adalah jangan sampai pada saat kita sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang lain tidak ada kegiatan sehingga murid ribut. Atur kepindahan kita sebagai guru dari ruang ke ruang secara seimbang, artinya jangan banyak menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat dimana kita harus di pintu penghubung.

3)      Pada kegiatan penutup lebih kurang 10 menit terakhir berdirilah di pintu penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review umum mengenai materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai dengan keperluan. Setelah itu, berikan tindak lanjut berupa tugas untuk masing-masing kelas, kemudian persiapan untuk jam pelajaran.

4)      Sebaiknya, untuk menerapkan model PKR 222 ini, aturlah tempat duduk murid sedemikian rupa sehingga pandangan murid mengarah kedepan dan kearah pintu penghubung.

c.    Model PKR 333

Pada model pembelajaran kelas rangkap 333 guru menghadapi tiga kelas untuk mengajarkan tiga mata pelajaran. Misalnya kelas 4 dengan mata pelajaran matematika, kelas 5 dengan mata pelajaran  IPS, dan kelas 6 dengan mata pelajaran IPA dalam 3 ruangan. Untuk memahami langkah-langkah pembelajaran perhatikan matrik berikut ini.

Kegiatan/waktu

Kelas IV (Mat)

Kelas V(IPS)

Kelas VI (IPA)

Pendahuluan (10’)

Pengantar dan pengarahan umum diberikan secara bersama-sama di salah satu ruangan. Penjelasan scenario dan hasil belajar yang ingin dicapai.

Kegiatan inti 1. 20’

Tugas individual

Kerja kelompok

Ceramah dan Tanya jawab

Kegiatan inti 2. 20’

Ceramah dan Tanya jawab

Tugas individual

Kerja kelompok

Kegiatan inti 3. 20’

Kerja kelompok

Ceramah dan Tanya jawab

Tugas individual

Penutup 20’

Review penguatan atau komentar dan tindak lanjut. Persiapan kegiatan belajar berikutnya.

Untuk menerapkan model ini, kita perlu mengikuti petunjuk berikut ini.

1)      Pada kegiatan lebih kurang 10 menit pertama, kumpulkan semua murid kelas 4, 5, dan 6 dalam satu ruangan yang cukup. Berikan pengantar dan pengarahan umum. Bila tidak mungkin menyatukan murid dalam satu ruangan, dapat mencari tempat di luar ruangan misalnya di halaman sekolah atau taman sambil berdiri atau duduk. Berikan pengantar atau pengarahan yang berisi prosedur kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh semua murid.

2)      Pada kegiatan ini lebih kurang 60 menit, terapkan berbagai metode yang cocok dengan memanfaatkan sumber belajara yang tersedia. Penggunaan lembar kerja murid sangat di anjurkan terutama pada kegiatan belajar murid yang bersifat mandiri. Dengan demikian kegiatan belajar murid tidak banyak tergantung pada kehadiran guru di muka kelas atau tempat belajar. Tingkatkan kadar kemandirin belajar murid. Proses saling membimbing antar tutor sangat di anjurkan. Guru selalu memanfaatkan kegiatan murid dan untuk ini guru berada diantara masing-masing kelompok.

3)      Pada kegiata penutup lebih kurang 10 menit terakhir, guru harus berada diantara masing-masing kelompok atau kelas untuk mengadakan review umum tentang kegiatan belajar yang telah dilakukan murid. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Selanjutnya berikan tindak lanjut berupa tugas kepada masing-masing kelas. Kemukakan hal-hal yang perlu di persiapkan untuk pembelajaran berikutnya.

4)      Model PKR 333 ini memang agak rumit dalam pengelolahannya. Maka kita harus memiliki gaya gerak pedagogis yang tinggi. Keunggulan metode ini adalah terletak pada intensitas kemandirian belajar setiap kelas dan terbebas dari situasi belajar kelas lainnya.


C.        Cara Memelihara Suasana Belajar

Dari pengalaman kita ketahui bahwa situasi ruangan tempat pembelajaran kelas rangkap berlangsung akan berbeda dengan situasi dari pembelajaran kelas tunggal. Yang membedakan kelas PKR dari kelas lain. antara lain dalam hal keragaman dalam kelas PKR. Yang dimaksudkan dengan keragaman di sini adalah:

a.       kelompok siswa dari dua kelas atau lebih,

b.      satu atau lebih dari satu mata pelajaran yang diajarkan,

c.       satu atau lebih dari satu topik yang dibahas,

d.      satu atau lebih dari satu model belajar yang digunakan,

e.       satu atau lebih dari satu ruang belajar yang dipakai, waktu yang bersamaan dihadapi serta dikelola hanya satu orang guru.

Dengan kata lain seorang guru harus mampu menangani keragaman tersebut secara terencana. Menghadapi seperti itu sebagai calon guru dituntut untuk dapat:

a.       memelihara disiplin kelas untuk memungkinkan setiap siswa selalu berada dalam tugas belajarnya dan tidak mengganggu siswa lainnya;

b.      menciptakan dan memelihara suasana kelas yang menarik, artinya siswa dan guru merasa betah dan senang, artinya siswa dan guru tidak merasa bosan melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya; dan

c.       selalu sadar merasa terikat oleh tujuan belajar yang telah dirumuskan dengan tepat berani mengambil keputusan transaksional yakni mengambil keputusan yang diambil pada saat berlangsungnya pembelajaran demi mencapai hasil belajar murid yang setinggi-tingginya.

SUMBER


Tim Dosen PGSD. 2017. Bahan Ajar Pembelajaran Kelas Rangkap. Semarang : PGSD FIP UNNES