This Paper A short summary of this paper 32 Full PDFs related to this paper
DOI: https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v5i1.1083
Perubahan suhu lingkungan mempengaruhi kelangsungan mahluk hidup dengan adaptasi yang berbeda.Indikator suhu digunakan untuk mengetahui perilaku mahluk hidup.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku ikan mas (Cyprinus carpio) oleh pengaruh perubahan suhu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sains Dasar UNARS pada bulan Mei 2021.Metode pengamatan tingkah laku menggunakan metode analisis deskriptif.Parameter yang diamati meliputi bukaan operkulum, gerakan renang dan aktivitas makan.Sampel ikan berjumlah 5 ekor dengan pengamatan selama 10 menit. Perlakuan berupa ikan pertama suhu 28oC, ikan kedua suhu 14 oC, ikan ketiga suhu 17 oC, ikan keempat suhu 33 oC dan ikan kelima suhu 36 oC dengan pemberian pakan10 butir konsentrat. Hasil penelitian menunjukkan ikan pertama dengan suhu kontrol 28oC gerakan renang dan bukaan operkulum normal, dan aktivitas makan lahap. Ikan mas kedua dan ketiga dengan suhu 14 oC dan 17 oC gerakan renang dan bukaan operkulum sangat lambat serta aktivitas nafsu makan berkurang drastis. Ikan mas keempat dan kelima dengan suhu 33 oC dan 36 oC gerakan renang dan bukaan operkulum menjadi cepat. Aktivitas makan ikan keempat suhu 33 oC mampu beradaptasi dengan pakan konsentrat habis, sedangkan ikan kelima suhu 36 oC ikan mas tidak tidak bernafsu makan.
Perubahan suhu lingkungan mempengaruhi kelangsungan mahluk hidup dengan adaptasi yang berbeda.Indikator suhu digunakan untuk mengetahui perilaku mahluk hidup.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku ikan mas (Cyprinus carpio) oleh pengaruh perubahan suhu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sains Dasar UNARS pada bulan Mei 2021.Metode pengamatan tingkah laku menggunakan metode analisis deskriptif.Parameter yang diamati meliputi bukaan operkulum, gerakan renang dan aktivitas makan.Sampel ikan berjumlah 5 ekor dengan pengamatan selama 10 menit. Perlakuan berupa ikan pertama suhu 28oC, ikan kedua suhu 14 oC, ikan ketiga suhu 17 oC, ikan keempat suhu 33 oC dan ikan kelima suhu 36 oC dengan pemberian pakan10 butir konsentrat. Hasil penelitian menunjukkan ikan pertama dengan suhu kontrol 28oC gerakan renang dan bukaan operkulum normal, dan aktivitas makan lahap. Ikan mas kedua dan ketiga dengan suhu 14 oC dan 17 oC gerakan renang dan bukaan operkulum sangat lambat serta aktivitas nafsu makan berkurang drastis. Ikan mas keempat dan kelima dengan suhu 33 oC dan 36 oC gerakan renang dan bukaan operkulum menjadi cepat. Aktivitas makan ikan keempat suhu 33 oC mampu beradaptasi dengan pakan konsentrat habis, sedangkan ikan kelima suhu 36 oC ikan mas tidak tidak bernafsu makan.
Aliza, D., Winaruddin., dan Sipahutar, L.W. 2013. Efek Peningkatan Suhu Air Terhadap Perubahan Perilaku, Patologi Anatomi, dan Hispatologi Insang Ikan Nila (OREOCHROMIS NILOTICUS).Jurnal Medika Veterinaria 7 (2) : 142-145. Ardianty, N.R., Amir, S., dan Abidin, Z. 2013.Tingkat Penetasan Telur dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) pada Suhu yang Berbeda.Jurnal Perikanan Unram3 : 40-47. Arifin, M.Y. 2016. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis.Sp) Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 16 (1) : 159-166. Azwar, M., Emiyarti., dan Yusnaini. 2016.Critical Thermal dari Ikan Zebrasoma scopas yang Berasal dari Perairan Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi. Jurnal Sapa Laut 1 (2) : 60-66. Deniro., Baru Sadarun., dan Yusnaini. 2017. Pengaruh Kenaikan Suhu Air Laut Terhadap Tingkah Laku Ikan Karang (Amblyglyphidodon curacao) pada Wadah Terkontrol. Jurnal Sapa Laut 2 (3) : 61-67. Dewi, N.L.G.P, Yuni, L.P.E.K., dan Suaskara, I.B.M. 2020. Aktivitas harian kadal Eutropis multifasciata pada Habitat Kebun di Daratan Rendah di Desa Pegguyangan, Denpasar-Bali.Jurnal Biologi Udayana 24(2) : 107-114. Djunaid, R dan Setiawati, H. 2018.Gastropoda di Perairan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma sp) Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.Jurnal Bionature 19 (1) : 35-46. Firdaus, M.W., Fitri, A.D.P., dan Jayanto, B.B. 2018. Analisis Adaptasi Perubahan Salinitas dan Survival Rate Ikan Koan (Ctenopharyngodon idella) Sebagai Alternatif Umpan Hidup pada Pole And Line. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology 7 (2) : 19-28. Kelabora, D.M. 2010.Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio).Jurnal Berkala Perikanan Terubuk 38 (1) : 71-81. Masitoh, D., Subandiyono dan Pinandoyo. 2015. Pengaruh Kandungan Protein Pakan yang Berbeda dengan Nilai E/P 8,5 kkal/g Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Journal of Aquaculture Management and Technology 4 (3) : 46-53. Masjudi, H., Tang, U.M., dan Syawal, H. 2016. Kajian Tingkat Stres Ikan Tapah (Wallago leeri) yang Dipelihara dengan Pemberian Pakan dan Suhu yang Berbeda.Jurnal Berkala Perikanan Terubuk 44 (3) : 69-83. Nugraha, D., Supardjo, M.N., dan Subiyanto. 2012. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Perkembangan Embrio, Daya tetas Telur dan Kecepatan Penyerapan Kuning Telur Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) pada Skala Laboratorium. Journal of Management of Aquatic Resources 1 (1) : 1-6. Nuriyanti, D.D., Widhiono, I., dan Suyanto, A. 2016. Faktor-Faktor Ekologis yangBerpengaruh Terhadap Struktur Populasi Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L).Biofera 33 (1) : 13-21. Putri J, D.S., Abulias, M.N., dan Bhagawati, D. 2014. Studi Kekerabatan Ikan Familia Cyprinidae yang Tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten Banyumas.Scripta Biologica 1 (2) : 129-135. Ratnasari, D. 2019. Identifikasi Jenis Ikan Air Tawar di Pasar Masuka Sintang Kalimantan Barat.Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan 3 (2) : 82-87. Ridwantara, D., Buwono, I.D., dan Handaka S, A.A. 2019.Uji Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang Berbeda.Jurnal Perikanan dan Kelautan 10 (1) : 46-54. Rousdy, D.W. dan Linda, R. 2018. Hematologi Perbandingan Hewan Vertebrata : Lele (Clarias batracus), Katak (Rana sp.), Kadal (Eutropis multifasciata), Merpati (Columba livia) dan Mencit (Mus musculus). Bioma 7 (1) : 1-13. Sihombing, P.C. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu Air Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus).Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. pp. 10. Syafar, L.A., Mahasri, G. dan Rantam, F.A. 2017. Blood Description, Parasite Infestation and Survival Rate of Carp (Cyprinus carpio) Which is Exposed by Spore Protein Myxobolus koi on Rearing Pond as Immunostimulan Material. Jurnal Biosains Pascasarjana 19 (2017) : 158-179. Wangni, G.P., Prayogo, S. dan Sumantriyadi. 2019. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) pada Suhu Media Pemeliharaan yang Berbeda.Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan 14 (2) : 21-28. Yulyanah, Rachmawati, D. dan Sudaryono, A. 2017. Pengaruh Kombinasi Penambahan Enzim Papain pada Pakan Buatan dan Probiotik pada Media Pemeliharaan Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Mas (Cyprinus carpio).Journal of Aquaculture Management and Technology 6 (3) : 49-58
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, larva dan benih sampai ukuran dewasa. Suhu media pemeliharaan akan berpengaruh terhadap perkembangan larva setelah telur, hal ini dikarenakan suhu dapat mempengaruhi laju penyerapan kuning telur yang menjadi sumber energi untuk proses metabolisme bagi larva. Menurut Kamler (1992), suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme hewan akuatik. Ditegaskan pula oleh Avault (1985) dalam Sriharti (1997), menyatakan suhu air berpengaruh terhadap aktifitas ikan untuk mendapatkan pakan. Kohno et al. (1986) dalam Pramono dan Marnani (2006), melaporkan bahwa cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal tergantung kepada kecepatan penyerapan kuning telur. Suhu air yang terlalu rendah dapat mengakibatkan proses metabolisme menjadi lambat hal ini dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larva ikan akan menjadi lambat tumbuh. Menurut Kurniawan (2012), laju penyerapan kuning telur semakin meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Suhu mempengaruhi sintasan larva secara signifikan. Ditegaskan oleh Sriharti (1997), suhu rendah akan mempengaruhi metabolisme dan pencernaan makanan. Namun, suhu terlalu tinggi dapat mengurangi nafsu makan (BPP Teknologi 2000). Menurut Sriharti (1997), rentang fluktuasi suhu yang tinggi dapat menurunkan aktivitas makan larva ikan. Ketika suhu yang diperlukan larva tidak sesusai dengan keperluan untuk tumbuh dan berkembang, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap fisiologi larva terutama dalam metabolisme, sehingga larva tidak mau makan yang tersedia sumber makanan didalam tubuh dan tidak tumbuh dan lama kelamaan menyebabkan daya tahan hidupnya hilang (Shierman dan Smith 1983 dalam Sriharti 1997). Menurut Effendi (2004) menyatakan bahwa kematian larva yang tinggi dikarenakan pada fase kritis stadia larva, terjadi peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding). Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva. Kesenjangan diartikan pada saat kuning telur larva habis, larva belum melakukan proses organogenesis secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, bukaan mulut dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam proses organogenesis dengan memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous feeding) akan mengakibatkan ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan dari luar (exogenous feeding). Oleh karena itu, suhu optimum media pemeliharaan sangat perlu diketahui, untuk menghasilkan larva dengan laju pertumbuhan yang optimal dengan kelangsungan hidup yang tinggi. Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut:
|