Ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu kata (tashrif) disebut

Dalam ilmu bahasa Arab, pelajaran nahwu dan sharaf pasti akan selalu dihadapi oleh setiap pembelajarnya. Namun terkadang masih ada saja yang bingung mengenai perbedaan diantara keduanya. Nah di artikel ini kami akan sedikit mengulas mengenai perbedaan nahwu dan sharaf dari beberapa sisi.

Biar gk makin penasaran, yuk langsung kita bahas aja…

Perbedaan Definisi Nahwu dan Sharaf

Definisi Nahwu

Secara bahasa, kata nahwu adalah bentuk mashdar dari kata naḥā (نحا) yang memiliki berbabagai macam makna. Namun makna utamanya adalah adalah al-qaṣd (الْقَصْدُ) yang artinya adalah tujuan, arah, dan maksud. Adapun makna-makna lainnya adalah metode, jalan, bagian, kira-kira, sebagian, seperti, sisi, sekitar, dan bagaikan.

Adapun menurut istilah, para ulama dan ahli nahwu berbeda pendapat dalam memaknai nahwu. Menurut Syaikh Aḥmad al-Hāsyimi didalam kitabnya al-Qawā’id al-Asāsiyyah li al-Lugah al-‘Arabiyyah, beliau berpendapat bahwa nahwu adalah: “Kaidah-kaidah yang menjelaskan keadaan harakat akhir kata berbahasa Arab sebagai hasil dari penyusunan kata dengan kata yang lain dari segi i’rāb, binā’, dan lainnya.”

Sedangkan Syaikh Ahmad Hasyimi dalam kitabnya yang cukup terkenal yaitu Jāmi’ al-Durūs al-‘Arabiyyah, beliau menyebut bahwa nahwu adalah: “Ilmu tentang prinsip-prinsip yang menjelaskan keadaan atau status kata-kata berbahasa Arab dari segi i’rāb dan binā’.”

Definisi Sharaf

Secara bahasa sharaf berarti memalingkan, menolak dan menyesatkan. Adapun secara istilah, sharaf adalah ilmu untuk mengetahui perubahan-perubahan bangunan kata yang bukan dari segi I’rabnya, seperti mengetahui shahih, mudho’af atau ber’illatnya suatu kata dan gejala-gejalanya, baik berupa terjadinya pergantian, pemindahan, pembuangan atau perubahan syakal (harakat yang bukan pada akhir kata).

Dalam praktiknya, ilmu sharaf juga sering disebut sebagai ilmu tashrif. Tashrif perubahan bentukan kata tertentu ke dalam bentukan-bentukan lain berdasarkan pola-pola yang sudah baku. Tashrif dalam bahasa Arab umumnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu tashrif lughawi dan ishtilahi.

Tashrif lughowi adalah sebuah bentuk tasrif fi’il tertentu dengan cara mengisnadkannya kepada dlamir baik mutakallaim, mukhatab atau ghaib. Dalam tasrif ini tidak terjadi perubahan sighat sebagaimana yang terjadi dalam tasrif istilahi. Secara keseluruhan terdapat 14 bentuk perubahan.

Tasrif istilahi adalah perubahan bentuk kalimat dari al-ashlu al-wahid menjadi al-amtsilah al-muhktalifah karena tujuan arti yang dikehendaki. Bentuk penulisan tashrif ini menyamping, dimulai dari penulisan bentuk madli dan diakhiri dengan penulisan bentuk isim alat. 

Perbedaan Pencetus Nahwu dan Sharaf

Pencetus Nahwu

Mengenai pencetus ilmu nahwu, para ulama sangat sedikit sekali berbeda pendapat mengenai hal ini. Semuanya sepakat bahwa pencetus ilmu nahwu adalah Abu Aswad Ad Duwali. Kala itu beliau merasa risih dan khawatir karena banyak sekali kaum muslim yang salah dalam melafalkan Al Qur’an.

Beliau kemudian melaporkan perihal ini kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Ketika mendengarkan laporan tersebut, Ali bin Abi Thalib langsung berinisiatif untuk menyusun kaidah-kaidah dan hukum-hukum mengenai pembagian kalimah, bab inna wa akhawātuhā, iḍāfah, dan imālah, juga kaidah tentang ta’ajjub, istifhām, dan lain-lain. 

Barulah setelah itu Ali bin Thalib memerintahkan Abu Aswad Ad Duwali untuk melengkapi apa yang sudah dia buat sebelumnya. Atas perintah tersebut, Abu Aswad langsung mentaati perintah amirul mukminin dan akhirnya melengkapi ilmu nahwu yang sudah disusun amirul mukminin.

Pencetus Sharaf

Ilmu sharaf berbeda dengan ilmu nahwu yang hampir tidak ada perselisihan tentang pencetusnya. Para ulama memiliki ragam pendapat mengenai siapa sebenarnya yang mula-mula menyusun ilmu yang mempelajari tentang perubahan kalimat ini. Diantara pendapat-pendapat para ulama tersebut adalah:

Disebutkan oleh sebagian riwayat, bahwa pertama kali yang mengarang ilmu shorof adalah Nashir bin Ashim. Namun Abdurrahman bin Harmaz, Abu Ishak Al-Hadromi, dan Yahya bin Ya’mar dalam  riwayat ini belum menyimpulkan kebenaran yang pasti.

Abdul Aziz Fakhir berpendapat bahwa orang pertama yang mengarang ilmu shorof dan kaidah-kaidah dalam ilmu nahwu adalah Abu Utsman Al-Mazani (wafat 249 H) dalam kitab “At-Tashrif” yang di jelaskan oleh Ibnu Jani dalam keterangannya, namun pendapat itu lemah sebagaimana Ahmar Abi Hasan Ali Bin Hasan.

Diriwayatkan dari beberapa ulama mu’tabar seperti Imam Suyuthi, mereka berpendapat bahwa pengarang pertama ilmu shorof adalah Mu’adz bin Muslim Al-Harra (wafat 187 H).

Ustadz Doktor Abdul Fakhir berpendapat bahwa pengarang ilmu shorof adalah pengarang ilmu nahwu juga, dan dia menolak pendapat  bahwa Mu’adz adalah pengarang ilmu shorof.

Objek Bahasan

Nahwu

Dalam mempelajari ilmu nahwu, ada beberapa objek yang akan menjadi pembahasan utama. Diantaranya:

  • Mempelajari seputar akhir harokat dalam suatu kata (I’rob)
  • Mengkaji seputar huruf atau isim yang dapat mengubah struktur sebuah kalimat
  • Membahas tentang uslub-uslub dalam membuat sebuah kalimat.

Sharaf

  • Adapun objek utama yang akan menjadi bahasan ilmu sharaf adalah:
  • Mempelajari seputar pembentukan dan perubahan sebuah kata
  • Mengkaji tentang perbedaan makna dari setiap perubahan kata

Membahas tentang proses I’lal (perubahan huruf dalam sebuah kata)

Penutup

Bagaimana, sudah ada gambaran mengenai perbedaan nahwu dan sharaf? Semoga artikel kami menambah wawasan bagi Anda semua ya…

Baca Juga:

Tips Mempelajari Ilmu Nahwu: Dari Pemula Hingga Mahir

Ilmu Nahwu: Pengertian, Sejarah, Tujuan Belajar, dan Kelebihan Belajar Nahwu

Hubungan Penerjemahan dengan Ilmu Nahwu dan Shorof. | Kompas

Penerjemahan adalah bahasa yang nantinya digunakan untuk menerjemahkan buku-buku atau perkataan-perkataan asing. Sedangkan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof adalah salah satu alat yang di mana ilmu tersebut ditunjuk sebagai ilmu dunia. Hubungan antara ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dengan penerjemahan itu sangat erat. Hal ini dikarenakan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dapat diartikan kata perkata, kosa kata dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat perlu dipahami dengan ilmu penerjemahan.

Perbedaan ilmu Nahwu dan Shorof adalah jika ilmu Nahwu bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i'rob. Sedangkan ilmu Shorof fokus pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu Shorof, kita bisa mengetahui kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat.

Ilmu Nahwu dan Shorof sudah mendunia karena ilmu Nahwu itu adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata (harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat. Selain ilmu Nahwu, ilmu penting yang wajib dipelajari adalah ilmu Sharaf. Oleh sebab itu, cabang ilmu ini sangat wajib dipelajari. 

Baca juga: Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

Karena dengan kedua ilmu ini kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab resmi. Adapun bila kita ingin membuat kalimat bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang bahasa Arab seperti ilmu balaghah (keindahan bahasa), ilmu Ma,ani (memahami tesk sesuai konteks), dan ilmu 'arudh (syair bahasa Arab). Dan ilmu ini sampai saat ini tidak ada yang berubah sebab banyak yang mempelajarinya sehingga ilmu ini sudah mendunia.[1]

Cara mendalami ilmu Nahwu dan Shorof contohnya: pernahkah kita berfikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al-Qur'an tetapi memiliki harokat yang berbeda-beda. Kadang berharokat dhammah, fathah atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah. Dalam basmalah, lafal Allah berharokat kasrah (Al Fatihah: 1). dalam ayat kursi, lafal Allah berharokat dhommah (Al baqarah: 225). Dan adapun dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah (Al baqarah: 153). 

Perubahan harokat di atas tidaklah sembarangan. Ada kaidah yanga mengatur tentang perubahan kata-kata tersebut. Kesalahan dalam memberi harakat bisa mengubah pelaku jadi korban dan sebaliknya. Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar pemberian harakat ini begitu penting. Dan tertera dalam firman Al-Qur'an (yusuf: 2) yaitu berbunyi: "Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar Kamu memahami". 

Dan ada juga firman dari Al-Qur'an (Asy syu'araa: 195) yang berbunyi:"Dengan Bahasa Arab yang jelas". Allah swt juga berfirman dalam A-Qur'an (az Zumar: 28) yang berbunyi:"(Ialah) Al Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa". Dan takluput Umar bin Khattab berkata:" pelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bagian dari agama kalian". Serta Al Imam Ayafi'i berkata:''Orang yang memahami ilmu nahwu dan shorof, maka ia akan dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu(islam)." Oleh karena itu, marilah kita berdo'a kepada allah swt, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik.

Setiap orang seharusnya mempelajari ilmu Nahwu Shorof sejak dini dan sejak di mana kita mau bertekad untuk mempelajarinya agar ilmu Nahwu dan Shorof itu melekat di otak. Sebab ilmu Nahwu dan Shorof memang sebagai ilmu dasarnya dalam membaca bahasa Arab, karena ilmu itu sangat berperan penting dalam ilmu membaca bahasa Arab. Ilmu Nahwu dan Shorof harus sering-sering dilatih agar tidak mudah lupa.

Di dalam menerjemahkan suatu teks, kita tidak bisa menerjemahkannya dengan kata perkata. Hal ini akan menyebabkan makna dari yang dimaksud akan berbeda dengan aslinya. Di dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof, ada kata-kata idiom yang tidak bisa diartikan kata perkata. bahwa ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat berkaitan erat dan sangat penting untuk mempelajari bahasa Arab. 

Baca juga: Tanda-tanda Isim dalam Ilmu Nahwu


Page 2

Penerjemahan adalah bahasa yang nantinya digunakan untuk menerjemahkan buku-buku atau perkataan-perkataan asing. Sedangkan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof adalah salah satu alat yang di mana ilmu tersebut ditunjuk sebagai ilmu dunia. Hubungan antara ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dengan penerjemahan itu sangat erat. Hal ini dikarenakan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dapat diartikan kata perkata, kosa kata dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat perlu dipahami dengan ilmu penerjemahan.

Perbedaan ilmu Nahwu dan Shorof adalah jika ilmu Nahwu bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i'rob. Sedangkan ilmu Shorof fokus pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu Shorof, kita bisa mengetahui kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat.

Ilmu Nahwu dan Shorof sudah mendunia karena ilmu Nahwu itu adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata (harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat. Selain ilmu Nahwu, ilmu penting yang wajib dipelajari adalah ilmu Sharaf. Oleh sebab itu, cabang ilmu ini sangat wajib dipelajari. 

Baca juga: Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

Karena dengan kedua ilmu ini kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab resmi. Adapun bila kita ingin membuat kalimat bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang bahasa Arab seperti ilmu balaghah (keindahan bahasa), ilmu Ma,ani (memahami tesk sesuai konteks), dan ilmu 'arudh (syair bahasa Arab). Dan ilmu ini sampai saat ini tidak ada yang berubah sebab banyak yang mempelajarinya sehingga ilmu ini sudah mendunia.[1]

Cara mendalami ilmu Nahwu dan Shorof contohnya: pernahkah kita berfikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al-Qur'an tetapi memiliki harokat yang berbeda-beda. Kadang berharokat dhammah, fathah atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah. Dalam basmalah, lafal Allah berharokat kasrah (Al Fatihah: 1). dalam ayat kursi, lafal Allah berharokat dhommah (Al baqarah: 225). Dan adapun dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah (Al baqarah: 153). 

Perubahan harokat di atas tidaklah sembarangan. Ada kaidah yanga mengatur tentang perubahan kata-kata tersebut. Kesalahan dalam memberi harakat bisa mengubah pelaku jadi korban dan sebaliknya. Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar pemberian harakat ini begitu penting. Dan tertera dalam firman Al-Qur'an (yusuf: 2) yaitu berbunyi: "Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar Kamu memahami". 

Dan ada juga firman dari Al-Qur'an (Asy syu'araa: 195) yang berbunyi:"Dengan Bahasa Arab yang jelas". Allah swt juga berfirman dalam A-Qur'an (az Zumar: 28) yang berbunyi:"(Ialah) Al Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa". Dan takluput Umar bin Khattab berkata:" pelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bagian dari agama kalian". Serta Al Imam Ayafi'i berkata:''Orang yang memahami ilmu nahwu dan shorof, maka ia akan dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu(islam)." Oleh karena itu, marilah kita berdo'a kepada allah swt, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik.

Setiap orang seharusnya mempelajari ilmu Nahwu Shorof sejak dini dan sejak di mana kita mau bertekad untuk mempelajarinya agar ilmu Nahwu dan Shorof itu melekat di otak. Sebab ilmu Nahwu dan Shorof memang sebagai ilmu dasarnya dalam membaca bahasa Arab, karena ilmu itu sangat berperan penting dalam ilmu membaca bahasa Arab. Ilmu Nahwu dan Shorof harus sering-sering dilatih agar tidak mudah lupa.

Di dalam menerjemahkan suatu teks, kita tidak bisa menerjemahkannya dengan kata perkata. Hal ini akan menyebabkan makna dari yang dimaksud akan berbeda dengan aslinya. Di dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof, ada kata-kata idiom yang tidak bisa diartikan kata perkata. bahwa ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat berkaitan erat dan sangat penting untuk mempelajari bahasa Arab. 

Baca juga: Tanda-tanda Isim dalam Ilmu Nahwu


Ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu kata (tashrif) disebut

Lihat Bahasa Selengkapnya


Page 3

Penerjemahan adalah bahasa yang nantinya digunakan untuk menerjemahkan buku-buku atau perkataan-perkataan asing. Sedangkan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof adalah salah satu alat yang di mana ilmu tersebut ditunjuk sebagai ilmu dunia. Hubungan antara ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dengan penerjemahan itu sangat erat. Hal ini dikarenakan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dapat diartikan kata perkata, kosa kata dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat perlu dipahami dengan ilmu penerjemahan.

Perbedaan ilmu Nahwu dan Shorof adalah jika ilmu Nahwu bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i'rob. Sedangkan ilmu Shorof fokus pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu Shorof, kita bisa mengetahui kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat.

Ilmu Nahwu dan Shorof sudah mendunia karena ilmu Nahwu itu adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata (harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat. Selain ilmu Nahwu, ilmu penting yang wajib dipelajari adalah ilmu Sharaf. Oleh sebab itu, cabang ilmu ini sangat wajib dipelajari. 

Baca juga: Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

Karena dengan kedua ilmu ini kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab resmi. Adapun bila kita ingin membuat kalimat bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang bahasa Arab seperti ilmu balaghah (keindahan bahasa), ilmu Ma,ani (memahami tesk sesuai konteks), dan ilmu 'arudh (syair bahasa Arab). Dan ilmu ini sampai saat ini tidak ada yang berubah sebab banyak yang mempelajarinya sehingga ilmu ini sudah mendunia.[1]

Cara mendalami ilmu Nahwu dan Shorof contohnya: pernahkah kita berfikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al-Qur'an tetapi memiliki harokat yang berbeda-beda. Kadang berharokat dhammah, fathah atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah. Dalam basmalah, lafal Allah berharokat kasrah (Al Fatihah: 1). dalam ayat kursi, lafal Allah berharokat dhommah (Al baqarah: 225). Dan adapun dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah (Al baqarah: 153). 

Perubahan harokat di atas tidaklah sembarangan. Ada kaidah yanga mengatur tentang perubahan kata-kata tersebut. Kesalahan dalam memberi harakat bisa mengubah pelaku jadi korban dan sebaliknya. Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar pemberian harakat ini begitu penting. Dan tertera dalam firman Al-Qur'an (yusuf: 2) yaitu berbunyi: "Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar Kamu memahami". 

Dan ada juga firman dari Al-Qur'an (Asy syu'araa: 195) yang berbunyi:"Dengan Bahasa Arab yang jelas". Allah swt juga berfirman dalam A-Qur'an (az Zumar: 28) yang berbunyi:"(Ialah) Al Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa". Dan takluput Umar bin Khattab berkata:" pelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bagian dari agama kalian". Serta Al Imam Ayafi'i berkata:''Orang yang memahami ilmu nahwu dan shorof, maka ia akan dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu(islam)." Oleh karena itu, marilah kita berdo'a kepada allah swt, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik.

Setiap orang seharusnya mempelajari ilmu Nahwu Shorof sejak dini dan sejak di mana kita mau bertekad untuk mempelajarinya agar ilmu Nahwu dan Shorof itu melekat di otak. Sebab ilmu Nahwu dan Shorof memang sebagai ilmu dasarnya dalam membaca bahasa Arab, karena ilmu itu sangat berperan penting dalam ilmu membaca bahasa Arab. Ilmu Nahwu dan Shorof harus sering-sering dilatih agar tidak mudah lupa.

Di dalam menerjemahkan suatu teks, kita tidak bisa menerjemahkannya dengan kata perkata. Hal ini akan menyebabkan makna dari yang dimaksud akan berbeda dengan aslinya. Di dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof, ada kata-kata idiom yang tidak bisa diartikan kata perkata. bahwa ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat berkaitan erat dan sangat penting untuk mempelajari bahasa Arab. 

Baca juga: Tanda-tanda Isim dalam Ilmu Nahwu


Ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu kata (tashrif) disebut

Lihat Bahasa Selengkapnya


Page 4

Penerjemahan adalah bahasa yang nantinya digunakan untuk menerjemahkan buku-buku atau perkataan-perkataan asing. Sedangkan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof adalah salah satu alat yang di mana ilmu tersebut ditunjuk sebagai ilmu dunia. Hubungan antara ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dengan penerjemahan itu sangat erat. Hal ini dikarenakan ilmu Nahwu dan ilmu Shorof dapat diartikan kata perkata, kosa kata dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat perlu dipahami dengan ilmu penerjemahan.

Perbedaan ilmu Nahwu dan Shorof adalah jika ilmu Nahwu bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i'rob. Sedangkan ilmu Shorof fokus pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu Shorof, kita bisa mengetahui kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat.

Ilmu Nahwu dan Shorof sudah mendunia karena ilmu Nahwu itu adalah salah satu cabang dari ilmu bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata (harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat. Selain ilmu Nahwu, ilmu penting yang wajib dipelajari adalah ilmu Sharaf. Oleh sebab itu, cabang ilmu ini sangat wajib dipelajari. 

Baca juga: Perbedaan Ilmu Nahwu dan Ilmu Shorof

Karena dengan kedua ilmu ini kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab resmi. Adapun bila kita ingin membuat kalimat bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang bahasa Arab seperti ilmu balaghah (keindahan bahasa), ilmu Ma,ani (memahami tesk sesuai konteks), dan ilmu 'arudh (syair bahasa Arab). Dan ilmu ini sampai saat ini tidak ada yang berubah sebab banyak yang mempelajarinya sehingga ilmu ini sudah mendunia.[1]

Cara mendalami ilmu Nahwu dan Shorof contohnya: pernahkah kita berfikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al-Qur'an tetapi memiliki harokat yang berbeda-beda. Kadang berharokat dhammah, fathah atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah. Dalam basmalah, lafal Allah berharokat kasrah (Al Fatihah: 1). dalam ayat kursi, lafal Allah berharokat dhommah (Al baqarah: 225). Dan adapun dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah (Al baqarah: 153). 

Perubahan harokat di atas tidaklah sembarangan. Ada kaidah yanga mengatur tentang perubahan kata-kata tersebut. Kesalahan dalam memberi harakat bisa mengubah pelaku jadi korban dan sebaliknya. Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar pemberian harakat ini begitu penting. Dan tertera dalam firman Al-Qur'an (yusuf: 2) yaitu berbunyi: "Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar Kamu memahami". 

Dan ada juga firman dari Al-Qur'an (Asy syu'araa: 195) yang berbunyi:"Dengan Bahasa Arab yang jelas". Allah swt juga berfirman dalam A-Qur'an (az Zumar: 28) yang berbunyi:"(Ialah) Al Qur'an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa". Dan takluput Umar bin Khattab berkata:" pelajari bahasa Arab, karena bahasa Arab adalah bagian dari agama kalian". Serta Al Imam Ayafi'i berkata:''Orang yang memahami ilmu nahwu dan shorof, maka ia akan dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu(islam)." Oleh karena itu, marilah kita berdo'a kepada allah swt, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik.

Setiap orang seharusnya mempelajari ilmu Nahwu Shorof sejak dini dan sejak di mana kita mau bertekad untuk mempelajarinya agar ilmu Nahwu dan Shorof itu melekat di otak. Sebab ilmu Nahwu dan Shorof memang sebagai ilmu dasarnya dalam membaca bahasa Arab, karena ilmu itu sangat berperan penting dalam ilmu membaca bahasa Arab. Ilmu Nahwu dan Shorof harus sering-sering dilatih agar tidak mudah lupa.

Di dalam menerjemahkan suatu teks, kita tidak bisa menerjemahkannya dengan kata perkata. Hal ini akan menyebabkan makna dari yang dimaksud akan berbeda dengan aslinya. Di dalam ilmu Nahwu dan ilmu Shorof, ada kata-kata idiom yang tidak bisa diartikan kata perkata. bahwa ilmu Nahwu dan ilmu Shorof sangat berkaitan erat dan sangat penting untuk mempelajari bahasa Arab. 

Baca juga: Tanda-tanda Isim dalam Ilmu Nahwu


Ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu kata (tashrif) disebut

Lihat Bahasa Selengkapnya