AKURAT.CO Umat Islam diperintah untuk selalu mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, maka hati kita akan selalu dalam ketenangan dan ketentraman. Show Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab Ayat 41-42 berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً (42) Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." Dalam melakukan zikir, umunya bisa dilakukan dengan sirri (pelan) atau dengan jahr (suara keras). Pertanyaannya, mana yang lebih utama dari keduanya? Apakah zikir dengan cara pelan atau zikir dengan suara yang keras? Menjawab demikian, Imam at-Thabari, sebagaimana dinukil oleh Ibnu Batthal menjelaskan masalah ini sebagai berikut: فإن قيل: أى الذكرين أعظم ثوابًا الذكر الذى هو بالقلب، أو الذكر الذى هو باللسان؟ قيل: قد اختلف السلف فى ذلك، فروى عن عائشة أنها قالت: لأن أذكر الله فى نفسى أحب إلىَّ أن أذكره بلسانى سبعين مرة. وقال آخرون: ذكر الله باللسان أفضل. روى عن أبى عبيدة بن عبد الله بن مسعود قال: ما دام قلب الرجل يذكر الله تعالى فهو فى صلاة، وإن كان فى السوق، وإن تحرك بذلك اللسان والشفتان فهو أعظم. Artinya: “Apabila dikatakan dzikir yang manakah yang lebih besar pahalanya, apakah yang di hati saja ataukah yang dengan lisan?, dijawab: Ulama Salaf berbeda tentang hal itu. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia berkata: “Aku berdzikir kepada Allah dalam hati lebih aku sukai daripada Aku berzikir dengan lisanku 70 kali". Tokoh lain berkata: “Dzikir dengan lisan kepada Allah adalah lebih utama". Diriwayatkan dari Abu Ubaidah bin Abdullah bin Masud ia berkata: “Selama hati seseorang berdzikir kepada Allah maka ia berada dalam doa meskipun ia di pasar. Apabila lisan dan kedua bibirnya bergerak mengucapkannya, maka itu lebih besar pahalanya.” (Ibnu Batthal, Syarh Shahih al-Bukhari, X, 430) Selain itu kemudian, Imam at-Thabari mencoba mengompromikan kedua pendapat itu dengan merinci apakah ada potensi riya (keinginan untuk dipuji orang) dalam dzikir itu dan apakah pelakunya adalah seorang panutan atau bukan. Page 2
Zikir menjadi salah satu media terhubungnya manusia dengan Allah SWT By Lufaefi 21 November 2021 Ilustrasi berzikir
Ia berkata: والصواب عندى أن إخفاء النوافل أفضل من ظهورها لمن لم يكن إمامًا يقتدى به، وإن كان فى محفل اجتمع أهله لغير ذكر الله أو فى سوق وذلك أنه أسلم له من الرياء، وقد روينا من حديث سعد بن أبى وقاص عن النبى (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: (خير الرزق ما يكفى، وخير الذكر الخفى) ولمن كان بالخلاء أن يذكر الله بقلبه ولسانه؛ لأن شغل جارحتين بما يرضى الله تعالى أفضل Artinya: "Yang benar menurutku adalah menyamarkan ibadah sunnah adalah lebih utama daripada menampakannya bagi selain imam yang diikuti oleh orang lain apabila ia berada dalam kerumunan orang yang tidak berdzikir kepada Allah atau berada di pasar, karena dzikir samar itu lebih aman baginya dari riya. ... Dan bagi orang yang sendirian hendaknya berdzikir kepada Allah dengan hati dan lisannya karena sibuknya anggota badan dengan sesuatu yang diridhoi Allah adalah lebih utama." (Ibnu Batthal, Syarh Shahih al-Bukhari, X, 430) Dari keterangan di atas, terkait mana yang paling utama di antara dua jenis zikir tersebut adalah; jika seseorang sedang dalam kondisi yang sepia tau sendirian, maka yang utama adalah zikir jahr (keras). Namun jika seseoran berada dalam situasi yang ramai, maka yang paling utama, untuk mengindari rasa riya, adalah zikir dengan sirri (pelan). Wallahu A’lam.[] Zikir[1] (bentuk tidak baku dzikir[2] dan dikir[3]) (bahasa Arab: ٱلذِّكْر , translit. al-żikr) adalah puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang.[1] Zikir juga merupakan sebuah aktivitas ibadah dalam umat Muslim untuk mengingat Allah. Di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah, dan zikir adalah satu kewajiban yang tercantum dalam al-Qur'an.[4] Bacaan zikir yang paling utama adalah kalimat "Laa Ilaaha Illallaah", sedangkan doa yang paling utama adalah "Alhamdulillah".[5] Seseorang yang melakukan zikir disebut dzaakir (ذاكر).
Secara bahasa zikir memiliki arti "menyebut", "mengingat" atau "berdoa", kata zikir juga berarti memori, pengajian. Dalam bahasa agama Islam zikir sering didefinisikan dengan menyebut atau mengingat Allah dengan lisan melalui kalimat-kalimat thayyibah.
Zikir pertama adalah dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.
KeduaZikir kedua dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah. Zikir jenis ini ada dua macam:
KetigaZikir ketiga adalah dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah beri. Bertasbih yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad yaitu menggunakan jari kanan atau ruas-ruas jari kanan, yang diyakini pada hari kiamat nanti jari jemari akan bersaksi dihadapan Allah.[6] Teknis berzikir dengan tasbih yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah menghitung dengan jari kanan atau ruas-ruas jari kanan,[6][7][8][9] dan bukan dengan bantuan media, seperti kerikil, biji-bijian ataupun dengan biji tasbih. Karena menurut hadits menyebutkan bahwa ada keutamaan berzikir ketika menggunakan ruas-ruas jari, keutamaannya adalah ketika pada hari kiamat jari jemari akan diminta kesaksiannya dihadapan Allah.[6] Dikalangan umat Muslim sebagian adapula yang menggunakan media penghitung zikir, seperti tasbih atau alat penghitung (counter), dikarenakan lebih utama dan mudah menurut sebagian ulama.[10] Imam Muhammad Abdurrauf Al Munawi menjelaskan dalam kitab "Faidhul Qadir Syarh Al Jami’ Ash Shaghir", ketika menerangkan hadits Yusairah: Hadits ini merupakan dasar terhadap sunahnya subhah (untaian biji tasbih) yang sudah dikenal. Hal itu dikenal pada masa sahabat, Abdullah bin Ahmad telah meriwayatkan bahwa Abu Hurairah memiliki benang yang memiliki seribu himpunan, dia tidaklah tidur sampai dia bertasbih dengannya. Dalam riwayat Ad-Dailami: “Sebaik-baiknya dzikir adalah subhah,” tetapi mu’allif (Imam As-Suyuthi) mengutip dari sebagian ulama belakangan, Al Jalal Al Bulqini, dari sebagian mereka bahwa menghitung tasbih dengan jari jemari adalah lebih utama sesuai zhahir hadits.[11] Berzikir setelah salat
Bertasbih, bertahmid dan bertakbir dengan jumlah lainTerdapat pula kisah yang menyatakan bahwa berzikir dengan jumlah lain telah pula dilakukan oleh Muhammad, seperti jumlah tasbih 33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 34 kali,[20] atau dengan cara “subhanallah, walhamdulillah, wallahu-akbar” sekaligus sebanyak 33 kali.[21] Kemudian bisa pula tasbih, tahmid, takbir dilakukan dengan bilangan 10 kali,[22] 11 kali,[23] dan 25 kali.[24]
|