Didalam surah al haqqah ayat 17 disebutkan bahwa malaikat ada yang bertugas

Tafsir Surat Al-Haqqah: 13-18 Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal huru-hara yang terjadi di hari kiamat, yang hal ini terjadi pada tiupan pertama yang mengagetkan. Kemudian diiringi dengan tiupan kematian, saat itulah semua makhluk yang ada di langit dan di bumi mati semuanya kecuali orang yang dikehendaki olah Allah. Kemudian dilakukanlah tiupan kebangkitan untuk menghadap kepada Tuhan semesta alam, maka bangkit dan hidup kembalilah semua makhluk. Dan itu terjadi pada tiupan yang disebutkan dalam ayat di atas yang diungkapkan dengan lafal yang dikukuhkan, yaitu bahwa tiupan ku sekali; karena perintah Allah tidak dapat ditentang, tidak dapat dicegah, dan tidak perlu adanya ulangan atau pengukuhan. Menurut Ar-Rabi', terjadinya peristiwa tersebut adalah pada tiupan yang terakhir. Tetapi pendapat yang jelas adalah seperti apa yang kami sebutkan pada permulaan. Karena itulah disebutkan dalam ayat ini: dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqqah: 14) Yakni bumi digelarkan sebagaimana digelarkan kulit yang dijajakan di pasar 'Ukaz, lalu bumi ini diganti dengan bumi lainnya. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. (Al-Haqqah: 15) Maksudnya, mulai terjadi hari kiamat. dan terbelahlah langit, karena langit pada hari itu menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16) Sammak telah meriwayatkan dari seorang syekh, dari Bani Asad, dari Ali yang mengatakan bahwa langit terbelah mulai dari bagian atasnya; demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Ibnu Juraij mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan firman-Nya: dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu. (An-Naba': 19) Ibnu Abbas mengatakan bahwa langit berlubang dan 'Arasy tepat berada di atasnya. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Al-Malak adalah isim jenis, yakni para malaikat berada di semua penjuru langit.' Menurut Ibnu Abbas, mereka berada di bagian langit yang tidak lemah, yakni di semua pinggirannya. Hal yang sama dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Al-Auza'i. Adh-Dhahhak mengatakan bahwa Arja-iha artinya pinggiran-pinggirannnya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, makna yang dimaksud ialah beradadi pintu-pintunya. Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17) Yakni berada di atas bagian langit yang terbelah untuk melihat penduduk bumi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan pada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Yaitu di hari kiamat 'Arasy dipikul oleh delapan malaikat. ;Arasy atau singgasana ini dapat diartikan 'Arasy yang terbesar, atau 'Arasy yang diletakkan di bumi pada hari kiamat nanti untuk memutuskan peradilan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Di dalam hadits Abdullah ibnu Umairah, dari Al-Ahnaf ibnu Qais, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib sehubungan dengan mereka yang memikul 'Arasy, disebutkan bahwa mereka terdiri dari delapan ekor kijang jantan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id alias Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Abus Samah Al-Basri, telah menceritakan kepada kami Abu Qil alias Huyay ibnu Hani'; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa para malaikat pemikul 'Arasy ada delapan, jarak antara kedua sudut mata seseorang dari mereka sama dengan jarak perjalanan seratus tahun (saking besarnya). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku yang mengatakan bahwa Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah An-Naisaburi menulis surat kepadanya yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan kepada kamu tentang malaikat-malaikat pemikul 'Arasy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke lehernya sama dengan jarak yang ditempuh burung terbang selama tujuh ratus tahun. Sanad hadits ini jayyid, semua perawinya siqat. Imam Abu Dawud telah meriwayatkannya di dalam Kitabus Sunnah, bagian dari kitab sunannya: telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hafs ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tuhman, dari Musa ibnu Uqbah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan tentang seorang malaikat dari para malaikat pemikul 'Arasy Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa jarak antara daun telinganya sampai kepundaknya sama dengan jarak perjalanan tujuh ratus tahun, Ini menurut lafal Imam Abu Dawud. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Dzar'ah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Asy'as, dari Ja'far, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: Danpada hari itu ada delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17) Bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat. Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Asy-Sya'bi, Ikrimah, Adh-Dhahhak, dan Ibnu Juraij. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh As-Suddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah delapan baris malaikat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Adh-Dhahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka adalah Malaikat Karubiyyun, terdiri dari delapan bagian; setiap bagian (golongan) dari mereka sama banyaknya dengan bilangan manusia, jin, setan, dan para malaikat lainnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18) Yakni kalian akan dihadapkan kepada Tuhan Yang mengetahui rahasia dan pembicaraan rahasia, Yang tiada sesuatu pun dari keadaanmu tersembunyi bagi-Nya. Bahkan Dia mengetahui semua yang nyata dan semua yang tersembunyi dan semua rahasia serta yang terkandung di dalam hati. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18) Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ja'far ibnu Barqan, dari Sabit Al-Hajjaj yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, "'Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab, timbanglah perbuatanmu sendiri sebelum amal perbuatanmu ditimbang. Karena sesungguhnya cara ini lebih meringankan hisabmu di kemudian hari, bila kamu menghisab dan menimbang amalmu sendiri di hari sekarang untuk menghadapi hari hisab yang besar." Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18) ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Rifa'ah, dari Al-Hasan, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kelak manusia dihadapkan kepada Tuhan mereka pada hari kiamat sebanyak tiga kali; pada penampilan yang pertama dan yang kedua terjadi perdebatan dan alasan-alasan. Sedangkan pada penampilan yang ketiga saat itu beterbanganlah semua buku catatan amal perbuatan di terima di tangan masing-masing; maka ada yang menerimanya dari sebelah kanannya, dan ada pula yang menerimanya dari sebelah kirinya. Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, dari Waki'. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Waki', dari Ali ibnu Ali, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah dengan lafal yang sama. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Mujahid ibnu Musa, dari Yazid, dari Sulaim ibnu Hayyan, dari Marwan Al-Asgar, dari Abu Wa-il, dari Abdullah yang mengatakan bahwa manusia ditampilkan ke hadapan Tuhan mereka sebanyak tiga kali di hari kiamat; pada penampilan yang pertama dan yang kedua terjadi ungkapan alasan-alasan dan perdebatan, sedangkan pada penampilan yang ketiga kitab-kitab catatan amal perbuatan beterbangan diterima di tangan masing-masing dari mereka; ada yang menerimanya dari sebelah kanannya, ada pula yang menerimanya dari sebelah kirinya. Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkannya dari Qatadah secara mursal dengan lafal yang semisal."

16-17. Setelah gunung hancur dan bumi menjadi rata dan terbelahlah langit, karena dahsyatnya situasi saat itu maka pada hari itu langit menjadi rapuh. Dan ketika itu juga atas perintah Allah para malaikat berada di berbagai penjuru langit yang telah rapuh itu. Pada hari itu delapan malaikat menjunjungArsy yaitu singgasana Tuhanmu di atas kepala mereka. 18. Setelah dijelaskan proses kehancuran alam raya, kini dijelaskan keadaan manusia yaitu pada hari itu kamu dihadapkan kepada Tuhanmu untuk dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan kamu, maka tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi bagi Allah.

Pada hari Kiamat, para malaikat berada di segenap penjuru langit. Delapan malaikat menjunjung 'Arasy Allah di atas kepalanya. Persoalan malaikat dan 'Arasy ini adalah persoalan yang gaib, tidak seorang pun yang mengetahuinya. Tidak dijelaskan bentuk 'Arasy yang dipikul para malaikat itu, dan ke mana mereka membawanya. Oleh karena itu, kita menerima semuanya itu berdasarkan iman kita kepada Allah.

KIAMAT DATANG


Ayat 13

“Maka apabila sangkakala telah ditiup kelak sekali tiup"

Menurut keterangan ar-Razi dalam tafsirnya tiupan sangkakala yang disebut di sini adalah tiupan yang pertama, karena sesudah ini akan ada tiupan lagi. Ibnu Katsir menjelaskan lagi bahwa tiupan yang pertama ini adalah tiupan yang mengejutkan, tiupan yang kedua ialah tiupan meruntuhkan, sehingga runtuhlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali yang dikehendaki Allah. Tiupan ketiga ialah berbangkit semuanya dari alam kuburnya, buat berdiri mempertanggungjawabkan hidupnya di dunia, di hadapan Allah Rabbul ‘Alamin.

Tiupan yang pertama itulah agaknya yang diisyaratkan pada ayat 1 dan 2 dari surah al-Hajj. Yaitu kegoncangan besar, sehingga anak yang sedang disusukan ibunya terlepas dari tangannya dan perempuan yang sedang mengandung, gugur kandungannya.


Ayat 14

“Lalu diangkatlah bumi dan gunung-gunung."

Kalau kita ketahui bahwa di dalam bumi ini tersimpan banyak sekali bahan-bahan yang dapat meledak dan meletus, dapatlah kita mengira-ngirakan bahwa suatu waktu tidak mustahil akan terjadi letusan besar sehingga gunung-gunung itu sendiri pun berserakan hancur.


“Lalu dibentukan sekali bentuk"

Hal-hal seperti ini dapat saja kejadian jika kita pikirkan berapa besarnya kekuasaan Ilahi. Bom atom yang sangat menakutkan yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada penutup Perang Dunia II masihlah seperseratus saja daripada bom-bom nuklir lain yang didapat di belakang. Maka kekuatan lain yang masih tersembunyi dalam ilmu Allah masihlah banyak lagi.


Ayat 15

“Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat itu."

Kalau sudah demikian yang terjadi, itulah tanda bahwa Kiamat telah datang. Yang ditunggu-tunggu dan yang ditakuti itu telah berlaku.


Ayat 16

“Dan terbelahlah langit."

Bagaimanakah caranya terbelah langit itu? Apakah karena bintang-bintang telah terlepas dan undang-undang daya tarik, yang selama ini menjadi dia kuat, tidak berkisar daripada ukuran tempatnya yang telah ditentukan?


“Maka jadilah dia di hari itu lemah sekali."

Yakni, kalau letak bintang-bintang telah kucar-kacir, niscaya pertahanan langit telah lemah. Alam seluruhnya telah menjadi kacau balau. Peraturan yang lama sudah berubah sama sekali. Menunggu datangnya susunan yang baru, mungkin berjuta tahun dalam kekacauan dan kelemahan.


Ayat 17

“Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjurunya."

Allah memerintahkan kepada malaikat-malaikat supaya mereka menjaga pada tiap- tiap penjuru menjaga supaya qudrat iradat Allah berjalan dengan langsung tidak tertahan- tahan.

“Dan di atas mereka di hari itu, Arsy Tuhan engkau akan dipikul oleh delapan malaikat."

Artinya, bahwa selain dari malaikat-malaikat yang berdiri pada tiap-tiap penjuru itu, adalah lagi delapan malaikat yang khusus pekerjaannya memikul Arsy Allah. Menurut Said bin Jubair ialah delapan shaf atau delapan baris dari malaikat.

Ayat 18

“Pada hari itu kamu akan dihadapkan."

Pada hari itulah atau pada masa itulah kelak manusia akan dihadapkan ke hadapan Mahkamah Allah. Untuk dipertimbangkan, diteliti, diperiksa sampai sehalus-halus dan sekecil-kecilnya amalan yang telah dikerjakan semasa di dunia, dan Allah sendiri yang menjadi hakimnya.


“Tidak ada yang tersembunyi tentang diri kamu sedikit jua pun."

Sebagaimana juga tersebut di dalam surah ath-Thariq ayat 9 dan 10 bahwa pada hari itu akan terbukalah segala rahasia, maka tidaklah ada padanya suatu kekuatan pun dan tidak pula ada yang akan menolong mempertahankan.


APABILA KITAB DATANG DARI KANAN!


Ayat 19

“Maka barangsiapa yang diberikan kitabnya dari kanannya."


Kitab keputusan untuk yang hasil penyelidikan menunjukkan bahwa lebih banyak hidupnya mengerjakan amalan yang baik daripada amalan yang jahat, dari sebelah kananlah kitabnya akan diserahkan kepadanya. Niscaya gembiralah dia menerima kitab itu. Sebab sebelah kanan adalah tanda bahagia, bukti bahwa perjuangan hidupnya yang berat diterima oleh Allah.

Pemberian kitab dari kanan adalah lambang daripada penyerahan dengan hormat. Bahkan dalam kehidupan kita di dunia ini saja pun penyerahan suatu ijazah yang mulia dilakukan dengan upacara yang khidmat, apatah lagi penyerahan dari Allah kepada hamba-Nya yang dikasihinya. Sebab itu maka setelah surat itu diserahkan, orang yang bersangkutan akan sangat bergembira sehingga kepada orang- orang yang berada di kiri kanannya,


“Maka dia akan berkata, Ambillah ini! Bacalah kitabku ini!"


Ayat 20

“Sesungguhnya aku telah yakin bahwa aku akan menemui perhitunganku."

Artinya bahwa sejak semula, sebelum dilakukan penyelidikan yang mendalam tentang amalnya itu, dalam hatinya sudah ada juga keyakinan bahwa amalnya akan diterima oleh Allah. Sejak semula dia telah berbaik sangka. Itulah sebabnya maka Nabi ﷺ memesankan kepada umatnya bahwa jika dia telah merasa sakit akan mati, hendaklah dia berbaik sangka terhadap Allah.

Di dalam memberikan tafsir dan arti kita sebutkan “aku telah yakin" juga, padahal dalam ayat tersebut “inni zhanantu", yang kalau diartikan secara harfiyah tentunya “aku telah menyangka juga". Tetapi ahli-ahli tafsir telah memberikan arti zhann itu dengan yakin. Adh-Dhahhak berkata, “Tiap bertemu kalimat zhann di dalam Al-Qur'an dari orang Mukmin, artinya ialah yakin. Tetapi kalau timbul dari orang kafir artinya ialah syak atau ragu-ragu.

Di dalam surah al-Israa' ayat 101 dan 102 bertemu berturut-turut dua kali kalimat “La azhunnuka" Yang pertama diucapkan oleh Fir'aun terhadap Musa, yang berarti bahwa Fir'aun menyangka bahwa Musa itu adalah seorang yang kena sihir. Di ayat 102 bertemu “La azhunnu" yang diucapkan oleh Musa menangkis perkataan Fir'aun, yang artinya ialah Musa yakin sangat bahwa Fir'aun itu orang yang matsburun, yaitu dikutuk atau digagalkan Allah segala usahanya.

Mujahid memberi penjelasan, “Zhan di dunia berarti ragu. Zhan di akhirat berarti yakin."

Yang lebih menarik hati lagi ialah penafsiran dari Hasan al-Bishri, “Seorang yang beriman baik zhan-nya kepada Allah, sebab itu selalu dia menaikkan mutu amalannya. Tetapi orang yang munafik jahat zhan-nya kepada Allah, sebab itu amalnya tidak ada yang beres."


Ayat 21

“Maka dia ini akan berada dalam hidup yang diridhai."

Setelah orang yang menerima kitabnya dari jurusan sebelah kanan itu bergembira menerima suratnya maka akan diiringkanlah dia dengan serba-serbi kebesaran dan kemuliaan ke tempat yang disediakan buat dia dalam surga, menerima keridhaan Ilahi. Sebab ridha Ilahi itulah puncak tujuan yang hakiki dari setiap orang yang beriman.


Ayat 22

“Di dalam surga yang tinggi."

Yang disediakan buat orang-orang yang tinggi pula martabatnya dari nabi-nabi dan rasul-rasul, orang-orang yang meninggal sebagai syahid dan orang-orang yang hidup dalam kesalehan.


Ayat 23

“Petikan buah-buahannya adalah dekat."

Yaitu bahwa berbagai ragam buah-buahan di dalam surga atau taman Firdaus itu tidaklah tinggi hingga payah menjoloknya. Melainkan sangatlah dekatnya, hingga dapat dipegang dengan tangan, bahkan dapat dicapai dengan mulut saja saking dekatnya buah-buahan berbagai ragam itu.

Dan mereka dipersilakan oleh malaikat-malaikat Ridwan yang menjaga surga itu.


Ayat 24

“Makanlah dan minumlah dengan sedapnya."

Segala buah-buahan atau segala minuman yang selalu terhidang dan dihidangkan, oleh berbagai anak bidadari dan bidadara yang selalu siap sedia meladeni.


“sebab amal-amal yang telah kamu mulaikan pada hari-harimu yang telah berlalu."

Artinya bahwasanya nikmat karunia Ilahi yang kamu rasakan sekarang ini, tidak lain adalah hasil belaka daripada amal yang telah kamu kerjakan terlebih dahulu di masa hidupmu di dalam dunia dahulu.


(Dan malaikat-malaikat) lafal al-malaku adalah bentuk jamak dari lafal malaa'ikah, artinya malaikat-malaikat (berada di penjuru-penjuru langit) berada di seantero langit. (Dan diangkatlah Arasy Rabbmu di atas mereka) oleh malaikat-malaikat tersebut (pada hari itu yang jumlahnya ada delapan malaikat) ada delapan malaikat atau delapan barisan malaikat.