ASTALOG.COM – Tumbuhan lumut yang berukuran kecil termasuk dalam kelompok tumbuhan Bryophyta. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa dengan mudah mendapati tumbuhan lumut, apalagi di dinding-dinding rumah yang lembab, kita bisa melihat jika dinding itu sangat mudah ditumbuhi oleh lumut. Tumbuhan lumut memang sangat mudah untuk hidup di tempat yang lembab. Bukan hanya di dinding yang lembab saja, tapi juga di tempat lainnya, misalnya di perairan dan biasanya tumbuhnya meluas serta menutupi permukaan. Di perairan, lumut dapat menutupi dasar atau dinding sungai atau danau. Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan peralihan antara Thallophyta dan Cormophyta, dimana Thallophyta adalah tumbuhan yang belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan Cormophyta adalah tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Bryophyte merupakan salah satu Divisio dari kingdom Plantae (dunia tumbuhan). Lumut merupakan jenis tumbuhan yang mampu hidup dan tumbuh pada suatu area dimana tumbuh-tumbuhan yang lainnya belum mampu hidup di lingkungan tersebut. Inilah yang menjadi alasan sekaligus pertanyaan mengapa lumut dianggap sebagai VEGETASI PERINTIS. Lumut adalah tumbuhan pertama yang menempati atau mempelopori suatu tempat untuk layak ditumbuhi. Vegetasi atau tumbuhan perintis adalah tumbuhan yang bisa membuka lahan hidup untuk organisme lain atau tumbuhan yang mengawali terbentuknya habitat tumbuhan lain. Setelah ditumbuhi oleh lumut, maka lingkungan atau tempat itu akan menjadi subur jika ditumbuhi pula oleh tumbuhan lain berikutnya.
Ciri-ciri umum tumbuhan lumut
Pengelompokan tumbuhan lumut PELAJARI: Punakawan Adalah Lumut dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu : 1) Kelompok Bryopsida (Lumut sejati atau Lumut daun) Lumut sejati atau lumut daun merupakan tumbuhan lumut yang paling terkenal, yaitu sekumpulan lumut daun terdiri atas kelompok lumut yang padat, serta saling menyokong satu sama lain. Contoh: Sphagnum, Funaria, Pogonatum, Polytrichum dan Andraea. 2) Kelompok Hepaticopsida (Lumut hati) Lumut hati merupakan tumbuhan penutup tanah yang daunnya berbentuk lembaran-lembaran yang berkelok di bagian pinggirnya, memiliki semacam akar yang tumbuh dari permukaan bawah tumbuhan hidup di tempat yang lembap, dan tidak terkena cahaya matahari. Contoh: Marchantia dan Riccia. 3) Kelompok Anthoceropsida (Lumut Tanduk) lumut tanduk merupakan jenis tumbuhan lumut yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan tumbuhan vaskuler. Bentuk tubuhnya mirip lumut hati, tetapi sporofitnya membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk. PELAJARI: Faktor Biologis yang Mempengaruhi Pelapukan Contoh: Anthoceros laevis, A. fusifermis, dan Notothulus valvata. Proses Perkembangbiakan tumbuhan lumut Tumbuhan lumut (Bryophyta) berkembang biak secara vegetatif dan generatif, Kedua proses tersebut berlangsung silih berganti sehingga terjadi pergiliran keturunan (metagenesis). Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:
PELAJARI: Apa yang Dimaksud Dengan Selulosa? Manfaat tumbuhan lumut Tumbuhan lumut memiliki beragam manfaat atau peran dalam suatu ekosistem, antara lain:
Tumbuhan perintis merupakan tumbuhan yang mengawali terbentuknya habitat tumbuhan lain di suatu tempat. Contoh tumbuhan perintis adalah lumut. Lumut disebut sebagai tumbuhan perintis karena dapat tumbuh di suatu wilayah dimana tumbuhan lain tidak dapat tumbuh, misalnya pada daerah batuan. Lumut mampu memecah batuan menjadi partikel-partikel kecil yang akhirnya membentuk tanah. Setelah batuan menjadi tanah, tumbuhan lain pun akan dapat tumbuh di daerah tersebut.
Ada yang tahu tentang Vegetasi Perintis? Ya, istilah ini untuk menyebut tanaman sejenis lumut yang hidup di atas batu yang keras. Mengapa disebut perintis? Karena, di saat batu hanyalah seonggok benda mati, padat nan keras, dan tidak ada mahluk hidup pun yang sudi tinggal di sana, maka lumut pun tumbuh. Aktivitas metabolisme lumut, yang mengeluarkan aneka zat kimiawi kemudian melunakkan batu dan akhirnya terberai menjadi serpihan. Serpihan batu yang telah melunak tadi mewujud menjadi tanah atau material asal dari batu tersebut. Dari situ, mulailah datang mikroorganisme lain yang mencari makan berupa zat hara. Seperti serangga-serangga kecil, tanaman halus yang biji atau sporanya terbawa angin. Semakin lama, semakin banyak bongkahan batu yang melunak akibat aktivitas lumut dan semakin banyak pula mikroorganisme lain yang datang dan tinggal di lokasi tersebut. Gotong royong para pendatang akhirnya menciptakan ekosistem yang subur dan terjadi simbiosisme mutualisme. Ditambah dengan seleksi alam, mereka yang mampu bertahan bisa tetap hidup dan terus tumbuh. Maka menjulanglah pohon-pohon besar lalu berdatanglah hewan-hewan besar macam burung, kambing dan sebagainya. Maka terciptalah hutan. Begitulah, Tuhan telah menciptakan vegetasi perintis sebagai mekanisme yang baik lagi sempurna dalam menciptakan dan menjaga keseimbangan alam. Vegetasi Perintis di Era ModernHal serupa, dapat pula ditemui di kehidupan kini hari. Vegetasi perintis bisa berupa masyarakat lokal yang membentuk perkampungan. Atau pedagang kaki lima yang memanfaatkan tempat kosong di depan terminal, lalu kemudian berderet sepanjang jalan membentuk rantai pedagang kaki lima. Atau para pendatang pengarus urbanisasi, yang tak berkesempatan memiliki tanah di tengah kota. Mereka akhirnya memilih pinggiran. Bukan pinggiran kota yang ideal, tapi pinggiran sungai. Maka sekali lagi, rantai tempat tinggal pinggiran ini akhirnya membentuk rantai pemukiman kumuh. Lalu di mana fungsi vegetasi perintisnya? Pemukiman warga lokal telah menciptakan ekosistem yang baik. Banyak aspek ekonomi yang tercipta dari hasil interaksi antar warga. Komponen-komponen kapital berdatangan, maka arus bisnis itu pun memusar menjadi besar. Lalu, harga tanah pun merangkak naik. Developer datang membujuk, angka deal tersepakati. Maka penduduk lokal pun pindah, berganti dengan lusinan rumah baru bertajuk perumahan, dengan daya jual : lokasi strategis. Jadi, vegetasi perintis memegang peranan penting dalam menciptakan 'koloni' dan komunitas. Lalu, setelah sebuah ekosistem besar telah tercipta, ke manakah lumut yang memegang peranan penting tadi? Di hutan, mereka tetap beaktivitas seperti biasa. Mereka melanjutkan hidup sambil melontarkan spora ke udara. Melayang jauh untuk menjelajah tempat baru. Di tempat lama mereka tetap dihormati. Sedangkan vegetasi perintis di era modern, setelah komunitas tercipta mereka harus rela 'diusir', meninggalkan tempat. Baik dibayar maupun terpaksa. Pedagang kaki lima harus rela diusir dan diganti dengan pendatang baru yang mampu membayar lapak-lapak dengan harga tinggi. Episode selanjutnya lapak-lapak ekonomis harus pula tersingkir dengan ruko-ruko baru. Yang harganya jelas-jelas melangit! Bahkan, saking takjubnya dengan benderol harga, tak ada suara saat akan menjerit. Di pinggir sungai, di bantaran kali nasib pun sama. Para pemukim liar pun harus rela diusir. Bagaimanapun, itu memang ilegal dan bukan tanah perorangan. Ditambah dengan alasan, kehadiran mereka, mengurangi keindahan kota. Karena sebentar lagi di sana akan dibangin semacam taman-taman indah dan lokasi bermain. Lebih enak dipandang dan tentu saja menyejukkan, dari balik kaca apartemen yang tak jauh berdiri dari situ. (*) |