Lihat Foto Show KOMPAS.com - Kemajuan Peradaban Islam terasa sangat pesat pada Daulah Abbasiyah di Baghdad, Daulah Umaiyah di Cordova serta Daulah Fatimiyah di Mesir. Kemudian pada masa klasik atau pertengahan sekitar sekitar 1250 hingga 1500 Masehi, peradaban Islam di dunia mengalami kemunduran. Melemahnya kekuatan politik dan peradaban Islam diawali dengan jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol. Penyerangan Kota Baghdad oleh Bangsa Mongolia yang dipimpin oleh Hulaghu Khan, menjadi awal kemunduran peradaban Islam. Setelah menaklukkan Baghdad, Bangsa Mongolia kembali menaklukkan kerajaan Islam lainnya, seperti Nablus, Gaza, Syria, dan wilayah lainnya. Pada abad yang sama, peradaban Islam di Eropa juga mengalami kemunduran. Penyebab utamanya ialah invansi Kristen di Eropa, tepatnya di Spanyol. Sedangkan di Mesir, para Khalifahnya hidup dalam kemewahan. Adanya konflik internal saat itu, juga menandai kemunduran peradaban Islam. Baca juga: Teori Penyebaran Islam Menurut Tome Pires Faktor kemunduran Peradaban IslamNuraini A. Manan dalam jurnalnya Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam di Eropa (711 Masehi - 1492 Masehi), menuliskan tiga faktor penyebab kemunduran peradaban Islam, yaitu: Saat itu kelompok etnis non-Arab sering merusak perdamaian karena salah dalam pemberian dan penggunaan istilah kepada para mukalaf. Permasalahan ekonomiSaat itu ilmu pengetahuan lebih gencar dikembangkan dibandingkan bidang perekonomian. Sehingga saat itu terjadilah kesulitan ekonomi yang akhirnya berpengaruh pada bidang politik dan militer. Sistem peralihan kekuasaan tidak jelasSalah satu alasannya karena ada perebutan kekuasaan oleh para ahli waris. Sehingga kepemimpinan menjadi tidak jelas. Faktor lain kemunduran peradaban IslamSelain tiga faktor tersebut, masih ada beberapa faktor lainnya yang menjadi penyebab mundurnya peradaban Islam, yakni:
Baca berikutnya
Lihat Foto KOMPAS.com - Dinasti Fatimiyah adalah sebuah dinasti yang berkuasa Afrika Utara dan Timur Tengah antara tahun 909 hingga 1171. Pendiri Dinasti Fatimiyah adalah Sa'id ibn Husayn, yang ingin menandingi Bani Abbasiyah, yang beraliran Sunni. Dinasti ini dianggap sebagai satu-satunya dinasti Syiah dalam dunia Islam yang mampu berdiri dan berdaulat di Afrika Utara. Baca juga: Pertempuran Karbala, Awal Mula Perpecahan Islam Sunni dan Syiah Sejarah berdirinyaPara ahli menyatakan bahwa berdirinya Dinasti Fatimiyah disebabkan oleh konstelasi politik yang terjadi di Bani Abbasiyah. Sebelum Dinasti Fatimiyah berdiri, telah ada dinasti Islam yang menguasai Afrika Utara dan Mesir. Akan tetapi, mereka adalah penganut Islam Sunni, yang mengakui kekuasaan Bani Abbasiyah. Hal ini bertolak belakang dengan misi penganut Islam Syiah, yang menolak kepemimpinan Bani Abbasiyah, bahkan berambisi untuk menggulingkannya. Islam Syiah menganggap mereka adalah penerus Nabi Muhammad yang sah, karena masih keturunan Nabi dari jalur putrinya, Fatimah az-Zahra. Selama abad ke-9, penganut Islam Syiah melakukan suatu gerakan di banyak bagian kerajaan Islam, guna mengajarkan doktrin revolusi melawan tatanan Sunni dan Bani Abbasiyah. Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan Dinasti Fatimiyah berdiri ketika kelompok Ismailiyah, sebuah gerakan golongan Syiah, pengaruhnya menyebar di Yaman, Suriah, Afrika Utara, dan Mesir. Fatimiyah, atau al-Fāthimiyyūn (bahasa Arab: الفاطميون, translit. al-Fāthimiyyūn) ialah penguasa Syiah yang berkuasa di berbagai wilayah di Maghreb, Mesir, dan Syam dari 5 Januari 910 hingga 1171. Negeri ini dikuasai oleh Ismailiyah, salah satu cabang Syi'ah. Pemimpinnya juga para imam Syiah, jadi mereka memiliki kepentingan keagamaan terhadap Isma'iliyyun. Kadang dinasti ini disebut pula dengan Bani Ubaidillah, sesuai dengan nama pendiri dinasti.
Kekhalifahan Fatimiyah الخلافة الفاطمية
Bendera Perkembangan wilayah Kekhalifahan Fatimiyah Ibu kota
• 909-934 (pertama) Ubayd Allah al-Mahdi Billah• 1160-1171 (terakhir) Al-'Āḍid Sejarah• Didirikan 5 Januari 909• Pendirian Kairo 8 Agustus 969• Dibubarkan 1171 Luas9.000.000 km2 (3.500.000 sq mi)Populasi• 62000000 Mata uangDinar
Mesir Palestina Suriah Arab Saudi Fatimiyah berasal dari suatu tempat yang kini dikenal sebagai Tunisia ("Ifriqiya") namun setelah penaklukan Mesir sekitar 971, ibu kotanya dipindahkan ke Kairo. Pada masa Fatimiyah, Mesir menjadi pusat kekuasaan yang mencakup Afrika Utara, Sisilia, pesisir Laut Merah Afrika, Palestina, Suriah, Yaman, dan Hijaz. Pada masa Fatimiyah, Mesir berkembang menjadi pusat perdagangan luas di Laut Tengah dan Samudra Hindia, yang menentukan jalannya ekonomi Mesir selama Abad Pertengahan Akhir yang saat itu dialami Eropa. Fatimiyah didirikan pada 909 oleh ˤAbdullāh al-Mahdī Billa, yang melegitimasi klaimnya melalui keturunan dari Nabi Muhammad dari jalur Fāthimah az-Zahra dan suaminya ˤAlī ibn-Abī-Tālib, {Imām Shīˤa pertama. Oleh karena itu negeri ini bernama al-Fātimiyyūn "Fatimiyah". Dengan cepat kendali Abdullāh al-Mahdi meluas ke seluruh Maghreb, wilayah yang kini adalah Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya, yang diperintahnya dari Mahdia, ibu kota yang dibangun di Tunisia. Fatimiyah memasuki Mesir pada 972, menaklukkan dinasti Ikhshidiyah dan mendirikan ibu kota baru di al-Qāhirat "Sang Penunduk" (Kairo modern)- rujukan pada munculnya planet Mars. Mereka terus menaklukkan wilayah sekitarnya hingga mereka berkuasa dari Tunisia ke Suriah dan malahan menyeberang ke Sisilia dan Italia selatan. Tak seperti pemerintahan di sama, kemajuan Fatimiyah dalam administrasi negara lebih berdasarkan pada kecakapan daripada keturunan. Anggota cabang lain dalam Islām, seperti Sunni, sepertinya diangkat ke kedudukan pemerintahan sebagaimana Syi'ah. Toleransi dikembangkan kepada non-Muslim seperti orang-orang Kristen dan Yahudi, yang mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan dengan berdasarkan pada kemampuan (pengecualian pada sikap umum toleransi ini termasuk "Mad Caliph" Al-Hakim bi-Amrillah). Pada 1040-an, Ziriyah (gubernur Afrika Utara pada masa Fatimiyah) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Fatimiyah dan berpindahnya mereka ke Islām Sunnī, yang menimbulkan serangan Banū Hilal yang menghancurkan. Setelah 1070, Fatimiyah mengendalikan pesisir Syam dan bagian Suriah terkena serangan bangsa Turki, kemudian Pasukan Salib, sehingga wilayah Fatimiyah menyempit sampai hanya meliputi Mesir. Setelah terjadi pembusukan sistem politik Fatimiyah pada 1160-an, penguasa Zengid Nūr ad-Dīn memerintahkan jenderalnya, Salahuddin Ayyubi, menaklukkan Mesir pada 1169, membentuk Dinasti Ayyubi Sunni. Kata "Imām" sebagaimana yang digunakan dalam Islām Shīˤa berarti pemimpin pengganti dalam komunitas muslim dari keturunan langsung ˤAlī ibn-Abī-Tālib.
|