Daun pintu dan jendela untuk rumah kebaya berukuran brainly

Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan tempat berkembangnya budaya Betawi yang terkenal dengan ondel-ondel, kerak telor, dan masih banyak lagi. Kebudayaan Betawi dilindungi oleh pemerintah dalam Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.

Sejalan dengan peraturan tersebut, pada tahun 2017 diterbitkan Peraturan Gubernur (PERGUB) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi yang menjelaskan ikon betawi sebagai upaya pelestarian melalui pengenalan yang menggambarkan ciri khas masyarakat Betawi dan jati diri Provinsi DKI Jakarta sebagai daya tarik wisata.

Seperti provinsi lain, masyarakat betawi memiliki rumah adat. Menurut Abdul Azis Said dalam buku Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja, rumah adat adalah suatu bangunan dengan struktur, cara pembuatan, bentuk, fungsi serta ragam hias yang memiliki ciri khas tersendiri dan diwariskan secara turun temurun untuk dapat digunakan sebagai tempat tinggal oleh penduduk sekitarnya.

Nama rumah adat Betawi dikenal sebagai Rumah Kebaya. Ternyata, Rumah Kebaya merupakan salah satu dari tiga bentuk rumah adat Betawi. Ada beberapa bentuk rumah adat Betawi lain. Simak penjelasan mengenai rumah adat Betawi berikut ini.

Rumah Kebaya

Berdasarkan buku Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia oleh Faris Al Faisal, Rumah Kebaya atau disebut juga Rumah Bapang memiliki ruangan seperti rumah tinggal pada umumnya. Rumah ini memiliki ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur, dan teras.

RumahKebaya merupakan ciri khas suku Betawi. Atap rumah kebaya berbentuk pelana yang dilipat. Asal mula nama Rumah Kebaya digunakan karena atap rumah dari samping terlihat seperti lipatan kebaya.

Advertising

Advertising

Rumah Kebaya merupakan peninggalan budaya masyarakat Betawi dalam bidang hunian. Rumah adat ini dilestarikan hingga saat ini. Pondasi Rumah Kebaya terbuat dari susunan batu alam untuk menyangga tiang-tiang rumah agar bangunan menjadi tegak dan kokoh.

Genteng yang terbuat dari tanah merupakan bahan yang umum digunakan sebagai atap rumah. Bahan lain yang dapat digunakan namun jarang adalah anyaman daun kirai yang dibentuk seperti pelana dengan kemiringan bagian depan yang sangat rendah.

Area pendopo atau teras dibuat cukup luas. Terdapat meja dan kursi untuk melayani tamu. Bagian teras dan luar rumah dipisahkan dengan susunan pagar kayu yang dibuat berbentuk segitiga simetris. Konstruksi untuk menopang rangka atap (gording) terbuat dari material kayu gowok dan kayu kecapi. Sedangkan balok tepi terbuat dari kayu nangka.

Dinding Rumah Kebaya terbuat dari material kayu nangka yang dicat menggunakan warna cerah, seperti kuning atau hijau. Daun pintu dan jendela dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.

Bentuk Rumah Adat Betawi

Rumah Adat Betawi (jakarta-tourism.go.id)

Dalam artikel Arsitektur Tradisional Rumah Betawi oleh Suwardi Alamsyah P., bentuk rumah Betawi dapat dilihat berdasarkan bentuk dan struktur atapnya dan dibagi menjadi 3 (tiga). Bentuk paling populer adalah rumah Kebaya yang telah dijelaskan sebelumnya. Bentuk lainnya adalah rumah Gudang dan rumah Joglo.

Rumah Gudang

Rumah Gudang memiliki ruang tengah berbentuk segi empat yang memanjang dari depan ke belakang. Atapnya berbentuk pelana, tetapi terdapat pula rumah gudang yang beratap perisai. Struktur atap rumah gudang tersusun dari rangka kuda-kuda.

Struktur tersebut pada umumnya bersistem bersifat kompleks karena terdapat dua batang yang saling bertemu pada sebuah batang yang tegak disebut ander. Dalam rumah adat lain, tidak ditemukan struktur tersebut sehingga diduga bahwa Belanda yang memperkenalkan struktur tersebut pada penduduk setempat.

Selain itu, pada bagian depan Rumah Gudang terdapat bagian atap yang miring sehingga disebut topi/dak/markis. Fungsi atap tersebut adalah menahan cahaya matahari dan air hujan hujan pada ruang depan yang selalu terbuka.

Rumah Joglo

Rumah Joglo merupakan arsitektur hasil percampuran kebudayaan Jawa dan Betawi. Berbeda dengan Rumah Joglo yang terdapat di Jawa Tengah, integrasi antara denah, tiang-tiang penopang struktur atap dan struktur atap pada Rumah Joglo Betawi tidak begitu tegas seperti pada rumah joglo di Jawa Tengah.

Tiang-tiang utama yang digunakan sebagai penopang struktur atap adalah unsur utama yang mengarahkan pembagian ruang pada Rumah Joglo Jawa Tengah. Sedangkan pada Rumah Joglo Betawi, hal tersebut tidak terlalu terlihat.

Selain itu, pada Rumah Joglo asli di Jawa Tengah, struktur bagian joglo dari atap disusun oleh sistem struktur temu gelang atau payung. Sedangkan pada rumah joglo Betawi disusun oleh kuda-kuda.

Namun, Rumah Joglo berbeda dengan Rumah Gudang. Sistem kuda-kuda pada Rumah Joglo Betawi adalah kuda-kuda timur yang tidak menggunakan batang-batang diagonal seperti yang terdapat pada Rumah Gudang.

Ragam Hias Rumah Betawi

Dalam situs web Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, ragam hias pada rumah-rumah Betawi berbentuk sederhana dengan motif-motif geometris seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi tiga, lengkung, setengah bulatan, dan bulatan.

Ragam hias rumah betawi biasanya diletakkan pada lubang angin, kusen, daun pintu dan jendela, serta tiang yang tidak tertutup oleh dinding, seperti tiang langkan, dinding ruang depan, garde (batas ruang tengah dengan ruang depan), tangan-tangan (skur), dan teras yang dibatasi langkan terbuat dari batu-batu atau jaro.

Jaro adalah pagar yang dibuat dari bambu atau kayu yang dibentuk secara ornamentik dan merupakan salah satu unsur arsitektur yang paling penting pada rumah adat Betawi. Ragam hias ditemukan pada unsur-unsur dan hubungan-hubungan struktur atau konstruksi seperti sekor, tiang atau hubungan antara tiang dengan batu kosta.

Ragam hias rumah adat Betawi memiliki konstruksi tou-kung diadaptasi dari arsitektur Tiongkok dan diterapkan pada siku penanggap. Tou-kung juga digunakan sebagai sentuhan dekoratif.

Tiang-tiang bangunan diberi dekorasi pada sudutnya dan ditambahkan detail pada ujung bawah yang berhubungan dengan batu. Dekorasi juga diberikan pada ujung atas.

Variasi dekorasi pada rumah adat Betawi memiliki makna-makna tertentu. Beberapa makna berhubungan dengan pendirinya atau lingkungan. Sementara makna lain memiliki hubungan dengan pengaruh budaya dan sejarah.

Salah satunya lambang matahari yang bermakna sebagai sumber kehidupan, kekuatan, dan kewibawaan bagi si pemiliknya. Ada pula ragam hias yang berhubungan dengan kebudayaan Arab dan islam.

Ragam hias baji dipercaya dapat membawa kesejukan bagi pemiliknya. Ada pula Bentuk rantai-rantai sebagai lambang kebersamaan. Ukiran bunga-bunga melambangkan keramahan serta kedamaian pemilik rumah.

Ornamen tombak pada pagar melambangkan gunung, puncak, pencapaian yang lebih tinggi, kewibawaan dan kekuatan untuk melindungi rumah. Penggunaan simbol yang berlaku umum sering ditemukan juga pada elemen rumah Betawi.

Misalnya, simbol garuda pada lubang ventilasi pintu depan yang melambangkan kesetiaan dan kebanggaan terhadap negara.

Ciri Khas Ornamen Gigi Balang dalam Rumah Adat Betawi

Ornamen Gigi Balang (encyclopedia.jakarta-tourism.go.id)

Dari banyak ornamen atau ragam hias yang terdapat pada rumah adat Betawi, ornamen gigi balang adalah ornamen yang paling populer. Dalam Pergub No.17/2017 tentang Ikon Budaya Betawi, makna dari ornamen gigi balang adalah sebagai lambang gagah, kokoh dan berwibawa.

Ornamen gigi balang biasanya terdapat pada lisplang rumah-rumah penduduk Betawi. Lisplang adalah bagian dari bangunan yang berfungsi menutupi bagian atas bangunan sehingga tampak rapi. Lisplang memiliki fungsi estetika dan konstruksi.

Ada beberapa variasi ornamen gigi balang yaitu tumpal wajik, wajik susun dua, potongan waru, dan kuntum melati. Variasi ornamen tersebut serupa dan memiliki segitiga berjajar menyerupai gigi belalang yang mempunyai makna bahwa hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar.

Makna tersebut digunakan karena belalang hanya bisa mematahkan kayu menggunakan gigi jika dikerjakan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Secara keseluruhan, ornamen gigi balang memiliki makna pertahanan yang kuat dan keberanian. Makna tersebut adalah prinsip utama yang dipegang teguh oleh masyarakat Betawi.

Rumah kebaya merupakan sebuah nama rumah adat suku Betawi.[1] Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya.[1] [2]

Selain Rumah Kebaya, suku Betawi juga memiliki rumah adat lainnya, seperti Rumah Gudang, Rumah Joglo, dan Rumah Panggung.

Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.[3] Pada zaman dahulu, masyarakat betawi membuat sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada disamping rumah.[4] [5] [2] Dan, dinding rumahnya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.[3] [1] [3]

Rumah ini dapat dibedakan menjadi 2 bagian dari segi sifatnya, yakni bagian depan bersifat semi publik, sehingga setiap orang dapat melihat betapa asri dan sejuknya rumah tersebut.[2] [6] Dan yang kedua adalah bagian belakang yang bersifat pribadi.[2] [6] Bagian ini hanya boleh dilihat oleh orang-orang dekat dari pihak pemilik rumah.[2] [6]

Material yang digunakan untuk menutup atap rumah adalah genteng atau atep [daun kirai yang dianyam], konstruksi kuda-kuda dan gording [balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda] menggunakan kayu gowok [Syzygium Polycephalum] atau kayu kecapi [Sandoricum Koetjape], balok tepi, terutama diatas dinding luar menggunakan kayu nangka [Artocarpus Heterophyllus Lamk yang sudah tua, sedangkan kaso [balok kayu dengan ukuran 4cm x 6cm atau 5cm x 7cm yang berfungsi sebagai dudukan reng] dan reng [balok kayu dengan ukuran 2cm x 3cm atau 3cm x 4cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng] menggunakan bambu tali, yakni bambu yang batangnya [setelah dibelah-belah] dapat dijadikan tali.[2] Bambu yang digunakan sebagai kaso adalah bambu utuh dengan diameter ± 4cm, sedangkan yang digunakan untuk reng adalah bambu yang dibelah.[2]

Material Dinding

Material yang digunakan untuk dinding depan adalah kayu gowok/kayu nangka yang terkadang dicat dengan dominasi warna kuning dan hijau.[2] Dinding rumah lainnya menggunakan bahan anyaman bambu dengan atau tanpa pasangan bata dibagian bawahnya.[2] Daun pintu/jendela biasanya terdiri dari rangka kayu dengan jalusi horizontal [jalusi adalah pintu yang memilik lubang udara pada pintu yang membuat sirkulasi udara tetap terjaga dalam ruang yang tertutup, seperti pada kamar mandi] pada bagian atasnya atau pada keseluruhan daun pintu/jendela.[2]

Material Struktur

Bahan yang digunakan untuk pondasi rumah adalah batu kali dengan sistem pondasi umpak [pondasi rumah/tiang yang terbuat dari batu] yang diletakkan dibawah setiap kolom, sementara untuk landasan dinding digunakan pasangan batu bata dengan kolon dari kayu nangka yang sudah tua.[2]

Ragam Hias

Rumah Betawi umumnya memiliki ragam hias yang sangat spesifik.[2] Ragam hias ini biasa dibuat untuk dinding pembatas teras, untuk hiasan dinding, tapi terutama digunakan untuk menutup lubang ventilasi pada dinding depan.[2]

Setiap rumah pasti memiliki ruangan-ruangan yang digunakan untuk tujuan tertentu. Dan setiap ruangan tersebut ada yang bersifat pribadi atau untuk umum.[4] Adapun ruangan yang ada di rumah Kebaya:

  1. Teras depan tempat kursi untuk tetamu serta bale-bale [kursi yang terbuat dari kayu jati] untuk bersantai dikenal juga dengan nama Amben.[4] Ruang ini banyak digunakan oleh anggota keluarga.[4]
  2. Lantai pada teras depan ini diberi nama Gejogan.[6] [3] Ia wajib dibersihkan sebagai wujud penghormatan pada tamu.[6] [3] Gejogan atau lantai teras ini dianggap sakral atau dikaramatkan oleh masyarakat Betawi sebab berhubungan langsung dengan tangga bernama balaksuji, penghubung rumah dengan area luar.[6] [3]
  3. Ruangan selanjutnya adalah kamar tamu yang juga dikenal dengan nama Paseban.[6] [3] [4] Tepi paseban dipagari dengan pintu masuk di tengahnya.[6] [3] [4] Pintu itu diberi ukiran dan tingginya sekitar 80 cm. Sedangkan tepi atapnya diberi renda seperti kebaya.[6] [3] [4] Paseban berfungsi pula sebagai tempat ibadah.[6] [3] [4]
  4. Bagian selanjutnya dari rumah adat Betawi ini adalah Pangkeng. Ia merupakan ruang keluarga yang dipisahkan oleh dinding-dinding kamar.[4]
  5. Selanjutnya adalah ruang-ruang lain yang difungsikan sebagai ruang tidur.[4]
  6. Terakir adalah dapur yang letaknya paling belakang. Dapur bagi orang Betawi dikenal dengan nama Srondoyan.[4]

  1. ^ a b c [Indonesia] salah. "Rumah Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m [Indonesia] Tjandra Kania. "Arsitektur Rumah Tradisional Betawi "Keturunan"" [PDF]. Diarsipkan dari versi asli [pdf] tanggal 2016-09-09. Diakses tanggal 29 April 2014. 
  3. ^ a b c d e f g h i j [Indonesia] "Rumah Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k [Indonesia] "Rumah Adat Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014. 
  5. ^ [Indonesia] "Rumah Kebaya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-02. Diakses tanggal 29 April 2014. 
  6. ^ a b c d e f g h i j [Indonesia] "Rumah Adat Kebaya". Diakses tanggal 29 April 2014. 

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rumah_kebaya&oldid=18404809"

access_timeMaret 21, 2022

perm_identity Posted by Admin Website

folder_open Sekolah Menengah Pertama

DKI Jakarta merupakan kota di Indonesia yang tidak bisa lepas dari kebudayaan Betawi. Namun nyatanya ada beberapa hasil ragam budaya yang sudah mulai hilang salah satunya ialah bangunan tradisional seperti rumah adat Betawi.

Padahal, gaya arsitektur dari bangunan tradisional tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Penasaran seperti apa? Yuk simak penjelasannya di bawah ini.

Sejarah Rumah Adat Betawi

Betawi merupakan salah satu suku di Indonesia yang muncul pada tahun 1930-an saat masih era kolonialisme Belanda. Nama Betawi berasal dari kata Batavia yang merupakan nama Kota Jakarta zaman dahulu. Oleh karena itu, masyarakat asli Betawi ini mayoritas bertempat tinggal di Jakarta, meskipun pada awalnya masyarakat Betawi ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Sunda, Makassar, dan Bali yang dibawa oleh Pemerintah Belanda.

Sementara itu, rumah adat Betawi ini merupakan sebuah akulturasi dari masyarakat yang bertempat tinggal di Jakarta. Rumah Betawi dibangun atas pengaruh dari budaya lokal dan internasional saat itu. Hal itu bisa dilihat dari ciri-ciri rumah betawi yang memiliki ornamen-ornamen yang berasal dari Eropa, China, dan Arab, tetapi memiliki bentuk seperti rumah adat di Indonesia.

Baca juga: Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia dan Peninggalannya

Rumah Adat Betawi memiliki ciri-ciri khusus yang bisa dilihat secara langsung yaitu

  1. Teras rumah Betawi biasanya luas.
  2. Atap dari rumah Betawi berbentuk seperti lipatan-lipatan kebaya yang merupakan kain tradisional khas betawi.
  3. Ruang keluarga bagi masyarakat Betawi bukan di dalam rumah, tetapi di luar dan disebut dengan Pangkeng.
  4. Pada umumnya, rumah Betawi memiliki kamar sebanyak empat ruangan di mana kamar dari pemilik rumah ukurannya paling besar.
  5. Dapur terletak di belakang rumah dan menjadi satu dengan ruang makan, kamar mandi, dan gudang. Bagian belakang rumah ini disebut dengan Srondoyan.
  6. Bagian samping rumah Betawi biasanya terdapat area makam.
  7. Rumah Betawi ada yang memiliki tangga penghubung.

Jenis-jenis Rumah Adat Betawi

Rumah Betawi menjadi salah satu bangunan khas dari suku yang ada di Indonesia. Rumah Betawi terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Rumah Kebaya

Rumah kebaya adalah salah satu jenis dari rumah Betawi. Rumah tersebut dinamai rumah kebaya karena memang terinspirasi dari sebuah pakaian kebaya, yaitu memiliki bentuk seperti pelana yang dilipat. Ketika dilihat dari samping lipatan itu terlihat seperti lipatan kebaya.

Kendati tidak terlalu populer, rumah kebaya ini diakui secara resmi sebagai rumah adat Betawi.

Desain arsitektur dari rumah kebaya sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu area umum dan pribadi. Area umum terdiri dari ruang tamu dan teras. Biasanya area teras dari rumah kebaya ini identik dengan luas dengan tersedianya meja dan kursi.

Sementara di area pribadi adalah ruangan-ruangan seperti kamar, ruang makan, dapur, dan belakang rumah. Karena ini wilayah ini adalah area pribadi, maka ruangan ini pada umumnya hanya diizinkan untuk si pemilik rumah.

Selain itu, rumah kebaya biasanya juga memiliki kamar khusus untuk tamu yang diberi disebut dengan paseban.

Rumah kebaya juga memiliki ornamen berupa gigi balang dan banji sebagai identitasnya. Gigi banjang berbentuk seperti papan segitiga. Simbol gigi banjang ini menggambarkan kejujuran dan kerja keras dari suku betawi.

Sedangkan banji merupakan simbol seberti bunga matahari yang berfilosisfi sebagai sumber kehiduopan dan terang bagi penghuninya.

Rumah gudang merupakan jenis rumah adat betawi yang biasanya ditemukan di wilayah pedalaman.

Rumah gudang ini desainnya biasanya berbentuk persegi panjang dan memiliki struktur atap seperti pelana dan tersusun seperti kerangka kuda-kuda. Pada bagian depan dari rumah jenis ini biasanya diberi atap yang miring atau disebut dengan markis untuk menahan paparan sinar matahari dan hujan.

Rumah gudang terdiri dari dua bagian, yaitu depan dan tengah. Ruangan depan berisi area ruang tamu, sedangkan area tengah diisi ruangan-ruangan privat seperti kamar dan dapur.

Area belakang pada rumah gudang biasanya digabung dengan bagian tengah. Rumah gudang ini memiliki ornamen berbentuk perisai dan jurai.

3. Rumah Panggung

Rumah panggung biasanya dibangun di wilayah pesisir pantai. Rumah ini didesain agar bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar, seperti misalnya di pesisir pantai ketika air laut pasang, rumah ini tidak akan terendam karena berdiri dengan penyangga.

Sebagian besar material rumah panggung dibuat dengan menggunakan kayu. Kayu dipilih menjadi material bangunan karena pada zaman dahulu kayu mudah ditemukan. Pada umumnya penyangga rumah kayu memiliki tinggi sekitar 1 -1,5 meter dari tanah.

Karena berdiri di atas penyangga, rumah panggung ini memiliki tangga naik yang diberi nama Balaksuji.

Rumah betawi ini memiliki ornamen khas betawi yaitu berbentuk ukiran seperti belah ketupat, segi empat, dan juga lingkaran. Ornamen-ornamen tersebut bisa ditemukan pada bagian daun pintu dan juga jendela rumah.

4. Rumah Joglo

Sama seperti adat Jawa, Betawi juga memiliki rumah adat yang bernama rumah Joglo. Namun, meski namanya sama, antara rumah joglo Betawi dan rumah joglo Jawa memiliki perbedaan.

Letak perbedaan dari kedua rumah joglo itu terletak pada tiang penyangga di mana rumah joglo Jawa tidak ada, sedangkan Betawi ada.

Selain itu, rumah joglo juga memiliki bentuk yang nyaris sama dengan rumah kebaya, tetapi jika dilihat secara detail kedua jenis rumah itu memiliki perbedaan jelas.

Perbedaan itu terletak dari bagian atap rumah. Atap rumah dari rumah joglo tidak memiliki pelana seperti lipatan seperti rumah kebaya. Atap dari rumah joglo ini lebih berbentuk seperti sebuah perahu terbalik.

Rumah joglo terbagi menjadi tiga bagian, yaitu area depan, tengah, dan belakang.

Sama seperti yang rumah adat Betawi yang lainnya, area depan dari rumah digunakan untuk ruang tamu dan juga latar. Ruang tengah digunakan untuk ruangan keluarga dan kamar. Sedangkan area belakang digunakan untuk dapur dan kamar mandi.

Rumah joglo ini pada zaman dahulu menunjukkan status sosial dari seseorang. Pemilik dari rumah joglo ini adalah keluarga-keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi karena lengkap dan terletak di wilayah perkotaan.

Setiap sudut dari rumah adat betawi memiliki filosofi dan makna tertentu, mulai dari atap rumah hingga depan rumah.

Mulai dari atap rumah yang berbentuk seperti lipatan kain kebaya, terutama di rumah kebaya. Filosofi dari hal tersebut adalah karena kebaya merupakan salah satu pakaian khas yang dikenakan oleh wanita-wanita yang berasal dari Betawi ketika sedang mengikuti upacara adat.

Kemudian, , rumah adat Betawi memiliki latar yang luas karena ingin menggambarkan bahwa masyarakat Betawi terbuka dan menghormati setiap tamu yang datang.

Selain itu, pada rumah panggung terdapat tangga yang diberi nama Balaksuji. Balaksuji ni memiliki filosofi sebagai penolak masuknya bala ke dalam rumah dan juga tempat untuk membersihkan diri sebelum memasuki rumah.

Sementara itu di beberapa rumah adat Betawi juga terdapat makam keluarga di samping rumah yang bertujuan untuk mengingatkan pemilik rumah akan kematian kelak. Selain itu, posisi dari pemakaman itu supaya lebih dekat ketika berziarah. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, budaya ini sudah mulai ditinggalkan.

Demikianlah penjelasan mengenai rumah adat Betawi. Mengenal dan memahami bangunan tradisional atau adat yang ada di Indonesia sangat penting. Sebab, kebudayaan tersebut merupakan warisan leluhur yang adiluhung.

Sampoerna Academy menerapkan filosofi pengajaran yang memotivasi siswa untuk bertanya, mengeksplorasi, berinovasi, komunikasi, dan mengasah keterampilan penting yang dibutuhkan terutama tentang ilmu pengetahuan.

Pelajari lebih lanjut tentang metode pengajaran di Sampoerna Academy silakan klik link ini.

Source:
Kompas.com – Rumah adat betawi