Dalam cerita bawang merah dan bawang putih yang memiliki peran protagonis nya adalah

Bawang Merah Bawang Putih adalah dongeng populer di Indonesia yang berasal dari Riau.[1] Kisah ini bercerita mengenai dua orang gadis cantik kakak beradik yang memiliki sifat dan perangai sangat berbeda lagi bertolak belakang, serta mengenai seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Dongeng ini memiliki tema dan pesan moral yang hampir sama dengan dongeng Burung Gereja Berlidah Pendek dari Jepang, serta Cinderella dari Eropa.

Dalam cerita bawang merah dan bawang putih yang memiliki peran protagonis nya adalah

Ilustrasi Bawang Merah Bawang Putih

Dalam cerita bawang merah dan bawang putih yang memiliki peran protagonis nya adalah

Bawang putih dan bawang merah

Alkisah di sebuah kampung, hiduplah seorang janda yang memiliki dua orang anak gadis yang cantik, Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang Putih telah lama meninggal dunia. Bawang Merah dan Bawang Putih memiliki sifat dan perangai yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Bawang Putih adalah gadis sederhana yang rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati. Sementara Bawang Merah adalah seorang gadis yang malas, sombong, suka bermewah-mewah, tamak dan pendengki. Sifat buruk Bawang Merah kian menjadi-jadi akibat ibunya selalu memanjakannya. Sang janda selalu memenuhi semua permintaan dan tuntutan Bawang Merah. Selain itu semua pekerjaan di rumah selalu dilimpahkan kepada Bawang Putih. Mulai dari mencuci pakaian, memasak, membersihkan rumah, hampir semua pekerjaan rumah selalu dikerjakan oleh Bawang Putih seorang diri, sementara Bawang Merah dan Ibu Tiri selalu berdandan dan bermalas-malasan. Jika mereka memerlukan sesuatu, tinggal menyuruh-nyuruh Bawang Putih.

Bawang Putih tak pernah sekalipun mengeluhkan nasib buruknya. Ia selalu siap sedia melayani sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya dengan senang hati. Pada suatu hari Bawang Putih tengah mengerjakan pekerjaan rumah mencuci pakaian milik Ibu Tiri dan Saudari Tirinya. Akan tetapi Bawang Putih tak menyadari bahwa sehelai kain milik Ibu Tirinya telah hanyut terbawa arus sungai. Ketika Bawang Putih menyadarinya, ia sangat sedih dan takut bila diketahui hilangnya kain itu, maka ia akan dimarahi dan disalahkan oleh Ibu Tirinya. Bukan mustahil bahwa Bawang Putih akan dihukum bahkan diusir dari rumahnya.

Khawatir kehilangan kain tersebut, Bawang Putih dengan gigih dan tekun tetap mencarinya sambil berjalan menyusuri sepanjang sungai yang berarus deras itu. Tiap kali bertemu seseorang di sungai ia selalu menanyakan apakah mereka melihat kain tersebut. Sayang sekali tak seorangpun yang melihat di mana kain hanyut itu berada. Hingga pada akhirnya Bawang Putih tiba di bagian sungai yang mengalir ke dalam gua. Ia sangat terkejut ketika mengetahui ada seorang nenek tua yang tinggal di dalam gua tersebut. Bawang Putih menanyai nenek tua itu mengenai keberadaan kain Ibu Tirinya. Nenek tua itu mengetahui di mana kain itu berada, akan tetapi ia mengajukan syarat bahwa Bawang Putih harus membantu pekerjaan sang nenek tua. Karena telah terbiasa bekerja keras, dengan senang hati Bawang Putih menyanggupi untuk membantu sang nenek merapikan dan membersihkan gua tersebut. Nenek tua itu sangat puas dengan hasil pekerjaan Bawang Putih. Pada sore harinya Bawang Putih berpamitan kepada sang nenek. Sang nenek itu kemudian mengembalikan kain milik Ibu Tiri Bawang Putih yang hanyut di sungai, seraya menawarkan kepada Bawang Putih dua buah labu sebagai hadiah atas pekerjaannya. Dua buah labu itu berbeda ukuran, satu besar dan yang lainnya kecil. Karena Bawang Putih tidak serakah dan tamak, ia memilih labu yang lebih kecil.

Ketika kembali ke rumah, sang Ibu Tiri dan Saudari Tirinya amat marah karena Bawang Putih terlambat pulang. Bawang Putih pun menceritakan apa yang telah terjadi. Ibu Tiri yang tetap marah karena Bawang Putih hanya membawa sebutir labu kecil, ia kemudian merebutnya dan membanting buah itu ke tanah. "Prak..." pecahlah labu itu, akan tetapi terjadi suatu keajaiban, di dalam labu itu terdapat perhiasan emas, intan, dan permata. Mereka semua terkejut dibuatnya. Akan tetapi karena Ibu Tiri dan Bawang Merah adalah orang yang tamak, mereka tetap memarahi Bawang Putih karena membawa labu yang lebih kecil. Jika saja Bawang Putih memilih buah yang lebih besar, tentu akan lebih banyak lagi emas, intan, dan permata yang mereka dapatkan.

Karena sifat serakah dan tamak, Bawang Merah berusaha mengikuti apa yang dilakukan Bawang Putih. Dengan sengaja ia menghanyutkan kain milik ibunya, kemudian berjalan mengikuti arus sungai dan menanyai orang-orang yang ia temui. Akhirnya Bawang Merah tiba di gua tempat nenek itu tinggal. Tidak seperti Bawang Putih, Bawang Merah yang malas menolak membantu nenek itu. Ia bahkan dengan sombongnya memerintahkan nenek tua itu untuk menyerahkan labu besar itu. Maka nenek tua itu pun memberikan labu besar itu kepada Bawang Merah. Dengan riang dan gembira Bawang Merah membawa pulang labu besar pemberian nenek tua itu. Telah terbayang dalam benaknya betapa banyak perhiasan, intan, dan permata yang akan ia miliki. Sang Ibu Tiri pun dengan gembira menyambut kepulangan putri kesayangannya itu. Tak sabar lagi mereka berdua memecahkan labu besar itu. Akan tetapi apakah yang terjadi? Bukannya perhiasan yang didapat, dari dalam labu itu keluar berbagai macam ular (terutama ular sendok) dan hewan berbisa. Mereka berdua lari ketakutan. Baik Ibu Tiri maupun Bawang Merah akhirnya menyadari sifat buruk dan ketamakan mereka. Mereka menyesali bahwa selama ini telah berbuat buruk kepada Bawang Putih dan memohon maaf pada Bawang Putih. Bawang Putih yang baik hati pun memaafkan mereka berdua.

Tema kisah ini menjadi inspirasi bagi sinetron populer Indonesia bertajuk Bawang Merah Bawang Putih (drama televisi), kisah sinetron televisi ini juga digemari di Malaysia.[butuh rujukan]

  1. ^ http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/237-Bawang-Merah-dan-Bawang-Putih.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)

  • (Indonesia) Kumpulan Cerita Rakyat I[1]ndonesia
  • (Indonesia) Cerita Bawang Merah Bawang Putih
  1. ^ Rujukan kosong (bantuan) 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bawang_Merah_Bawang_Putih&oldid=19285390"

Contoh kalimat uang menggunakan kata cahaya

perubahan energi yang teejadi pada pembangkit listrik tenaga angin adalah​

suka memamerkan harta kekayaan itu termasuk orang?​

Apa saja manfaat adanya perbedaan​

sebutkan lagu ber tempo lambat​

berdasarkan info grafis tentang hari air sedunia, sebaiknya air bekas cucian beras/sayur/buah digunakan untuk......................................... … .........​

ka bisa kah jawab soalBesok di kumpul nih ini sambungannya kak:kami, apa pun dilakoni asal halal. Tetapi, di sisi lain, aku gembira sebab Bapak bisa m … erasakan ba nyak pengalaman di luar pulau Jawa. Jika dahulu Bapak hanya bermimpi merasakan naik pesawat, penugasan itu membuat naik pesawat bukan hal yang wab lagi baginya. Ketika masa cuti tiba, Bapak akan bercerita banyak hal tentang pulau-pulau yang dikunjunginya.Suatu hari, Bapak mengidap penyakit paru-paru. Bapak tidak bisa minum air dingin, apa lagi es. Jika kedinginan, dia akan sesak napas. Dia harus berobat rutin selama enam bulan. Kami pun terus berhemat karena keberadaan keuangan keluarga sangat minim. Pada saat itu, kantor di tempatnya bekerja para karyawannya diseleksi untuk dikirim tugas ke Papua, sebuah tempat yang bersuhu sangat dingin. Bapak bercerita bahwa ada teman kerja yang mengejeknya, mengatakan tak mungkinlah Bapak akan dipilih tugas ke Papua karena masalah fisiknya. Kuasa Allah, setelah masa pengobatan itu selesai, keadaan Bapak menjadi stabil. Bapak punakhirnya terpilih sebagai karyawan yang ditugaskan ke Papua. Kami sekeluarga merasa senang danhanya bisa berdoa semoga Bapak selalu sehat. Ketika Bapak bekerja jauh di Papua, kami selalu berkirim kabar. Bahkan, sering kali Bapak yang menghubungi terlebih dahulu. Lewat pesan singkat, Bapak sering menceritakan hal-hal yang terjadi di sana. Bapak menjelma seperti reporter yang sigap melaporkan setiap kejadian. Kadang aku tertawa geli bersama adik-adik ketika membaca pesan singkat yang dikirimnya. Akan tetapi, itulah yang mengobati kerinduan kami.1. Buatlah peta pikiran dari isi teks tersebut!Kamu dapat mengembangkan peta pikiran dari diagram di bawah ini!2. Kembangkan peta pikiran tersebut menjadi sebuah ringkasan isi buku!plisss ka ฅ^•ﻌ•^ฅ​

Quizzzz spesial B.Indonesia Professsor Sebutkan langkah - langkah membuat drama #nocopas #nongasal

47. "Sebaiknya aku beri tahu Kakang untuk memandikan gajahnya di sini. Di sini airnya lebih dalam, arusnya juga cukup deras. Aneh, kok selama ini Kanj … eng Sultan Agung tak tahu keberadaan sungai ini, ya?" Saat ia sibuk berbicara sendiri, tiba-tiba dari arah hulu datanglah banjir bandang yang sangat besar. Banjir itu datang dengan sangat cepat. Ki Kerti Pejok dan Kyai Dwipangga bahkan tak menyadarinya. Dalam sekejap, mereka terhempas dan terbawa arus "Tolong tolonggg,"teriak Ki Kerti Pejok Tapi tak ada yang mendengar Sungguh menyedihkan nasib Ki Kerti Pejok dan Kyai Dwipangga. Mereka terseret arus dan hanyut sampai ke Laut Selatan. apa pesan yang sesuai dengan cerita tersebut​

sebutkan arti dari tempo cepat​