Carilah teori tentang kohesi kelompok keagamaan

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kohesi Sosial

Membahas mengenai hubungan sosial terdapat berbagai macam konsep kohesi sosial yang sangat beragam tergantung kepada waktu, budaya, dll.  Dalam kohesi sosial kontemporer dapat didefinisasikan sebagai kemampuan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anggotanya termasuk dengan pemenuhan kebutuhan hidup didalamnya. Definisi ini mengacu terhadap penjelasan dari Council of Europe’s Strategy for Social Cohesion yang menekankan komitmen sosial untuk mengurangi perselisihan dan mencegah pengelompokan.

Secara etimologi kohesi merupakan kemampuan suatu kelompok untuk menyatu, dan kohesi sosial merupakan hasil dari hubungan undividu dan lembaga. Pengertian mengenai konsep kohesi sosial yang asli sendiri berasal dari tesis Emile Durkheim. Menurutnya terdapat solidaritas mekanik yang diindikasikan dengan adanya aktor yang kuat dalam masyarakat, lalu terdapat solidaritas organik yang diindikasikan dengan saling bergantungnya individu maka akan terbentuk suatu kohesi sosial dengan sendirinya. Definisi lainnya didasarkan kepada keterikatan masyarakat yang terbentuk dengan sendirinya dan bukan hasil dari pemahaman untuk mencapai kohesi sosial. Lalu terdapat definisi yang didasari oleh persamaan nilai dan rasa memiliki, menjelaskan bahwa kohesi sosial tercipta karena persamaan nilai, persamaan tantangan dan kesempatan yang setara didasari oleh harapan dan kepercayaan. Pengertian atau definisi yang terakhir didasari oleh kemampuan untuk bekerja bersama dalam suatu entitas yang akan menghasilkan kohesi sosial.

Kohesi sosial bukanlah konsep yang tercipta secara teknis, melainkan suatu interpretasi yang didasarkan pada pengalaman empirik yang dialami oleh pelaku di lembaga yang termotivasi karena rasa tanggung jawab untuk mencari solusi dari konflik yang terjadi di masyarakat. Kohesi sosial juga memfokuskan kepada tujuan politik. Tujuan politik yang ingin dicapai pada masa kini menekankan mengenai upaya pemenuhan hak individual berupa hak sipil dan politik serta ekonomi dan sosial. Sementara itu, kohesi sosial dianggap bukan merupakan suatu proses natural yang terjadi begitu saja, namun merupakan hasil dari hubungan dari individu dengan lembaga atau institusi dalam suatu aturan yang diakui dalam suatu komunitas. Maka dari itu aturan main yang berlaku berasal dari komunitas tertentu untuk lingkungan didalamnya.

Terdapat empat elemen yang secara mutlak tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keadaan dimana masyarakat  sejahtera dan lingkungan terbebas dari konflik sosial. Keempat elemen ini secara garis besar merupakan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berupa kesetaraan tanpa adanya diskriminasi, harkat dan martabat dijunjung tinggi, komitmen untuk berpartisipasi serta kebebasan individu dengan adanya pengembangan diri.

Keempat hal ini merupakan bagian yang terikat dan saling bergantung satu sama lain, sehingga untuk mewujudkan kohesi sosial yang didasari oleh kesejahteraan masyarakat diperlukan keseimbangan akan empat instrumen ini. Sedangkan dalam menjawab tantangan tentang bagaimana menciptakan kohesi sosial dalam masyarakat kontemporer, jawabannya kembali kepada mewujudkan lingkungan yang berdasar pada solidaritas organic, karena masyarakat kontemporer sangatlah  tergantung akan pemenuhan hak bagi setiap individu yang menyebabkan ketergantungan antar individu yang ada.

Kohesi sosial dapat terbentuk dan diidentifikasi melalui suatu pendekatan, akan tetapi terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memahaminya. Sedangkan hubungan masyarakat kontemporer tidak lagi tercipta melalui kebiasaan dan pengetahuan yang melegitimasi tindakannya, melainkan lingkungan dari hubungan masyarakat ini yang meligitimasi tindakannya didasari dengan rasa hormat kepada sesama.

Pendekatan yang pertama ialah negative approach (pendekatan negatif). Pendekatan ini memandang kohesi sosial di masyarakat tidak terjadi karena adanya hal/faktor negatif yang menyebabkan tidak terciptanya hubungan masyarakat yang baik. Seperti kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktrr penyebabnya.

Pendekatan yang kedua adalah positive approach (pendekatan positif). Pendekatan ini menekankan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki kemampuan untuk mendapatkan kualitas hidup yang bagus bagi dirinya atau dalam arti kata lain untuk membentuk keadaan dimana kohesi sosial dapat tercipta berdasar kualitas hidup.

Pendekatan postitif ini dibagi menjadi empat penedekatan. Pertama, Territorial cohesion approach yang berdasar kepada prinsip solidaritas teritorial yang terjadi antara aggota uni eropa dengan wilayahnya. Solidaritas teritorial ini dianggap akan menciptakan kohesi sosial karena keadaan ini akan mengurangi adanya perbedaan di wilayah tersebut. Kedua, Social  capital approach yang melihat adanya persamaan nilai, standar hidup dan kepercayaan bersama akan menciptakan masyarakat yang berupaya untuk menyelesaikan masalahnya secara bersamaan. Dalam hubungan ini terdapat badan untuk mengkoordinasi hubungan mereka sehingga hubungan ini menciptakan kohesi sosial yang efektif.

Ketiga, Quality of life approach, pendekatan ini dikenalkan oleh European Foundation for Improvement of Living and Working Conditions. Pendekatan ini melihat bahwa kualitas sosial dalam masyarakat dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas ekonomi dan hubungan sosial mereka. Kualitas sosial ini memiliki empat kakarakteristik, yaitu kestabilan ekonomi, keterbukaan hubungan sosial, perluasan kohesi sosial dan kebebasan individu. Keempat, Acces to right approach yang melihat bahwa dengan menganalisa kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak mereka maka dapat dilihat apakah kohesi soasial dapat tercipta. Contohnya dapat dilihat dari sistem  informasi dan komunikasi sera penanganan keuangan dan sumber daya manusia. Keempat pendekatan ini merupakan cabang dari pendekatan positif yang menekankan kepada kualitas hidup sebagai faktor tercipta kohesi sosial.

Sebagai kesimpulan maka proses terjadinya kohesi sosial merupakan suatu fenomena yang dapat dilihat dengan strategi pendekatan. Dalam melihatnya terdapat dua pendekatan, yaitu negatif yang menekankan kepada faktor tidak terjadinya kohesi sosial dan positif yang menekankan kepada kualitas sosial yang memberikan dampak terbentuknya kohesi sosial

S SUTRISNO, NIM. 12540004 (2020) POLA KOHESIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN ANTARA MASYARAKAT LOKAL DENGAN MASYARAKAT PENDATANG DI PEDUKUHAN SALAKAN TRIHANGGO GAMPING SLEMAN. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga.

Carilah teori tentang kohesi kelompok keagamaan

Carilah teori tentang kohesi kelompok keagamaan

Preview

Text
12540004_BAB-I_BAB-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (4MB) | Preview
Carilah teori tentang kohesi kelompok keagamaan
Text
12540004_BAB-II_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (3MB)

Abstract

Pedukuhan Salakan Trihanggo Sleman Yogyakarta merupakan salah satu desa yang mengalami aglomerasi perkotaan. Banyaknya bangunan perindustrian yang berdiri di pedukuhan ini membuat ketertarikan tersendiri pendatang bermukim di daerah tersebut. Adanya pendatang yang tinggal di Pedukuhan Salakan ini membuat pola interaksi antara masyarakat lokal dengan pendatang memiliki karakterisitk yang beragam. Hal ini dikarenakan masyarakat pendatang memiliki komunitasnya sendiri begitu juga dengan masyarakat lokal. Berbagai pandangan muncul dari masyarakat lokal terhadap masyarakat pendatang yang cenderung pasif dan individualis. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan persaingan untuk bertahan hidup yang lebih besar menyebabkan kesenjangan sosial di masyarakat perkotaan lebih terlihat jelas dibandingkan di daerah pedesaan. Kondisi yang stabil dan bebas konflik tidak menjadikan masyarakat Pedukuhan Salakan, terdapat kesenjangan sosial yang dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan terhadap pelaksanaan salawat dan zikir. Bagi masyarakat lokal, salawat dilaksanakan dengan cara berdiri dan pembacaannya menggunakan tembang Jawa, sedangkan masyarakat pendatang menggunakan irama yang sudah umum dilakukan. Lebih jauh, pelaksanaan zikir setelah salat berjemaah, bagi masyarakat lokal, dilaksanakan secara bersama-sama, sedangkan bagi masyarakat pendatang dilaksanakan secara mandiri. Secara sederhana, masyarakat lokal bersifat loyal terhadap kelompok dan mengidealkan kebersamaan, sedangkan masyarakat pendatang lebih bersifat individual. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kohevisitas sosial keagamaan dan pengaruhnya antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal agar dapat hidup saling berdampingan. Teori yang peneliti gunakan adalah teori interaksi sosial (timbal balik) dari George Simmel. Menurut pandangannya, masyarakat dapat terbentuk karena adanya interaksi bukan adanya kelompok orang yang hanya diam. Jadi, melalui interaksi timbal balik, antara individu dengan individu lainnya dapat saling berhubungan dan mempengaruhi sehingga akan memunculkan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam, observasi dan juga dokumentasi. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa; pertama, kohesivitas sosial keagamaan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal adalah interaksi timbal balik yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Walaupun ada sedikit kesenjangan sosial atau kecemburuan sosial keagamaan. Kegiatan keagamaan seperti pengajian, salat Jum’at berjemaah dan kegiatan sosial seperti kerja bakti, pertemuan RT dan kegiatan olahraga merupakan media interaksi yang baik antar masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal. Kedua, pengaruh dari interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Pedukuhan Salakan adalah adanya keikutsertaan masyarakat pendatang dalam kegiatan di pedukuhan begitu pula sebaliknya. Ketiga, terciptanya kohesivitas sosial yang harmonis antar masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal walaupun ada kesenjangan dalam keagamaan. Keyword: Kohesivitas, Masyatrakat Lokal dan Pendatang, Sosial Keagamaan.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

Carilah teori tentang kohesi kelompok keagamaan
View Item