Buku panduan kate kesasi kristen pdf

BUKU PEGANGAN KATEKISASI BAPTISAN

GII HOK IM TONG

1 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

PENTINGNYA KATEKISASI

A lkitab sebenarnya tidak memberi peraturan bahwa seseorang yang hendak memberi dirinya
dibaptis harus/perlu mengikuti katekisasi. Berdasarkan fakta-fakta dalam sejarah, terbukti bahwa
banyak orang yang telah menyatakan diri bertobat dan dibaptis, namun kemudian
mengingkari/meninggalkan imannya. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan mereka untuk dibaptis tidak
didasarkan pada kesungguhan hati dan pikiran; tidak didasarkan pada motivasi yang murni; atau tidak
didasarkan pada pertobatan yang sungguh-sungguh. Hal inilah yang harus dihindari oleh gereja.

Karena baptisan merupakan sakramen yang kudus dan yang mulia, maka sakramen tidak boleh
sembarangan diberikan [bdk Mat 7:6]. Gereja yang menyelenggarakan baptisan dan seorang hamba Allah
[pendeta] yang melakukan pembaptisan bertanggung jawab atas baptisan yang dilakukan. Sebab itu,
gereja perlu memberikan pengajaran, yaitu katekisasi, kepada mereka yang hendak memberi diri untuk
dibaptis. Tujuan utama dari pengajaran ini adalah agar mereka mempunyai pemahaman yang cukup
tentang ajaran-ajaran dasar Kristen, dalam rangka mempersiapkan hati, pikiran, motivasi dan kesadaran
mereka sebelum dibaptis. Dengan demikian diharapkan, menjelang baptisan mereka telah memiliki
pemahaman yang cukup tentang ajaran-ajaran Kristen, serta memiliki tekad, ketetapan hati, pikiran yang
sungguh-sungguh dan motivasi yang murni.

A. Pengertian Tentang Katekisasi
Kata “katekisasi” atau “katekese” berasal dari kata dalam bahasa Yunani Κατεχειν, “katekhein,” yang
artinya mengajar, memberi pengajaran [Luk 1:4; Kis 18:25; 21:21, 24; Rm 2:17,18; 1 Kor 14:19; Gal 6:6]. Katekisasi
berarti pengajaran tentang Kekristenan yang diberikan kepada seseorang agar mengerti dan menghayati
perkataan-perkataaan dan perbuatan-perbuatan Allah yang tertulis dalam Alkitab. Hal ini penting karena
untuk menjadi anggota gereja/jemaat Tuhan dengan pertolongan Roh Kudus, maka setiap calon anggota
harus diperlengkapi dalam rangka kemudian memenuhi tanggunggungjawabnya untuk berpartisipasi bagi
tugas kesaksian dan pelayanan di dunia ini.

B. Tujuan Katekisasi
o Memberikan pengajaran tentang Kekristenan.
Pengajaran di sini bukan hanya menyentuh aspek intelektualnya secara konseptual saja melainkan juga
secara praktis. Pengajaran katekisasi diarahkan pada tujuan untuk mengajar dan membimbing peserta
katekisasi agar mengetahui, mengerti dan melakukan apa yang telah diajarkan.

o Mengajarkan pokok-pokok tentang Kekristenan yang terarah kepada keseluruhan pribadi peserta
katekisasi.

Peserta katekisasi disebut katekisan atau katekumen. Dalam Alkitab dijelaskan bahwa pengajaran harus
menekankan pada segi pemahaman dan penghayatan akan Allah dan karya-Nya.

o Mengajarkan tentang Allah Tritunggal dalam Alkitab.

2 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Pengetahuan tentang Allah Tritunggal perlu dipahami sebagai tindakan mengenal Dia dan kehendakNya
melalui pengalaman hidup yang bergaul intim dengan Dia dalam wujud ketaatan kepadaNya.

o Membimbing seseorang untuk menjadi anggota gereja Yesus Kristus.
Pengajaran katekisasi berlangsung dalam suatu persekutuan yang tetap dengan murid-murid Tuhan Yesus
yang lain dalam konteks jemaat Tuhan sebagai komunitas orang beriman.

o Mengajarkan dasar-dasar kepercayaan iman Kristiani untuk memperlengkapi.
Dasar-dasar kepercayaan iman Kristiani ini penting dipahami oleh setiap orang percaya untuk mengerti
apa artinya menjadi orang Kristen dan menjadi anggota GII Hok Im Tong. Dengan demikian dipersiapkan
untuk diperlengkapi agar dapat berpartisipasi dan bersaksi bagi pelayanan Tuhan.

C. Katekisasi Dalam Program Pembinaan Jemaat
Kelas katekisasi ditempatkan pada tahap awal atau dasar dari proses pemuridan. Menurut tingkatannya,
kelas katekisasi disebut pula sebagai pembinaan dasar. Istilah pembinaan dasar dipakai karena pengajaran
katekisasi benar-benar merupakan fondasi untuk membangun iman seseorang ke arah pertumbuhan
iman selanjutnya sebagai murid Kristus.

D. Syarat Mengikuti Kelas Katekisasi
• Siapa saja yang telah berusia 16 tahun ke atas dan telah mengikuti kebaktian di GII Hok Im Tong
secara rutin minimal 1 tahun.
• Bersedia memenuhi peraturan katekisasi.

E. Penjelasan Setiap Bagian Materi
Materi yang disusun terdiri dari empat bagian besar dengan rincian dan penjelasan sebagai berikut:

HOOK Bagian ini merupakan pengantar dan sekaligus berfungsi sebagai “ice breaker” sebelum masuk ke menu inti
BOOK materi pengajaran.

Bagian ini merupakan isi atau bagian utama dari materi yang akan disampaikan. Bahan yang ada
merupakan poin-poin ajar yang dijabarkan secara deskriptif dan ringkas

LOOK Bagian ini bertujuan untuk mereview apa yang telah disampaikan oleh pengajar dengan tujuan untuk
mengukur sejauhmana peserta telah menerima dan menangkap materi yang telah disampaikan tersebut.

PERTANYAAN DISKUSI Pertanyaan-pertanyaan ini di susun sebagai bahan diskusi dalam kelompok.

TOOK Bentuk penerapan setiap materi yang telah disampaikan dalam ranah kehidupan sehari-hari yang bersifat
aplikatif.

Catatan:

• Kelengkapan bagian yang tersedia, yaitu Hook, Look dan Took sifatnya hanyalah membantu bagi pengajar untuk menciptakan kelas yang dinamis dan

partisipatori, serta bagaimana menerapkan materi dalam ranah kehidupan praktis.

• Setiap pengajar dapat menggunakan setiap bagian (Hook, Look dan Took) yang telah tersedia atau mempersiapkan sendiri sesuai dengan kreatifitas dan

inovasi masing-masing.

• Pertanyaan diskusi dapat digunakan jika setelah kelas berlangsung akan diadakan kelompok kecil atau CG.

• Durasi kelas berlangsung 1 – 11/2 jam sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

3 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

PERATURAN KATEKISASI

 Wajib mengikuti pelajaran katekisasi secara lengkap (mengisi daftar absensi). Jika tidak dapat hadir
harus ada pemberitahuan terlebih dahulu, tidak lebih dari 3 kali, dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

 Hadirlah lima menit sebelum kelas dimulai. Jangan sampai datang terlambat!
 Bawalah Alkitab, alat tulis dan Buku Pedoman Katekisasi setiap tatap muka.
 Pilihlah seorang Ketua Kelas untuk setiap angkatan kelas demi kelancaran berlangsungnya kelas

katekisasi. Tugas Ketua Kelas antara lain: membagikan bahan dari pengajar (bila ada), menyediakan
spidol dan penghapus, serta persiapan lainnya.
 Wajib mengikuti kelompok kecil segera setelah kelas katekisasi, yang akan berlangsung selama
kurang lebih 20 menit.
 Wajib mengisi Biodata Peserta Katekisasi dilengkapi dengan kelengkapan lainnya sebagaimana yang
telah ditentukan, kemudian langsung diserahkan kepada Pengajar.
 Wajib mengisi Formulir Kesaksian untuk Percakapan Iman. Formulir yang telah diisi harus diserahkan
kepada Pengajar.
 Calon wajib segera membuat janji untuk melakukan percakapan iman dengan hamba Tuhan di
lokasi.
 Wajib menandatangani Surat Janji (rangkap dua) pada saat percakapan iman. Rangkap pertama
dipegang oleh Calon yang bersangkutan.
 Wajib mengikuti program retreat katekisasi yang akan diselenggarakan sebelum baptisan.
 Wajib mengikuti latihan jalan yang diselenggarakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan di
lokasi masing-masing

4 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 1

ALKITAB ADALAH FIRMAN ALLAH

Menjelaskan tentang Alkitab yang adalah Firman dan wahyu Allah serta menjelaskan tentang
sifat-sifatnya agar dimengerti dan ditaati oleh setiap orang Kristen.

HOOK

Wajibkan masing-masing peserta sebelum hadir di kelas untuk membawa foto kakek nenek dan
ayah ibunya (foto keluarga besar antar generasi juga boleh). Bagikan hand out gambar teori evolusi
bahwa manusia berasal dari _________________. Meminta Anda menempelkan foto foto kakek-
nenek, ayah ibu atau keluarga besar di bagian kanan gambar seolah-olah mereka dan Anda juga
berasal dari _____________. Bagaimana pendapat dan perasaan Anda? Alkitab mengatakan
bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Percayakahkah Anda akan hal itu?
Jelaskan!

BOOK

A. ARTI PERJANJIAN
Alkitab di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kata

“perjanjian” [Inggris: covenant] adalah terjemahan dari kata ‫[ ְבּ ִרית‬berith, bahasa Ibrani] atau

διαθήκη [diatheke, bahasa Yunani]. Kata berith dan diatheke menyatakan perjanjian yang
dilakukan antara dua pihak. Dalam konteks PL, kata ini berarti perjanjian yang dilakukan antara
Allah sebagai inisiator, dengan umat Israel. Perjanjian ini dilakukan oleh Allah melalui Musa [Kel
24:8; UI 26:18]. Inti perjanjian ini adalah bahwa Allah mengambil Israel sebagai umat-Nya yang
khusus untuk menjalankan misi-Nya. Dalam ikatan perjanjian ini, Allah menjadi Allah atas umat
Israel, yang kepada-Nya umat Israel harus taat dan menyembah [Kel 19:5-6; Ul 4:20, 7:6, 14:2].
Perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Lama [PL] atau Perjanjian Pertama.
Akan tetapi perjanjian tersebut telah dilanggar oleh umat Israel melalui ketidaktaatan dan
kemurtadan mereka. Akibatnya Allah mengadakan lagi sebuah perjanjian yang baru di dalam
Pribadi Yesus Kristus, Anak-Nya yang Tunggal. Perjanjian ini telah dinubuatkan oleh Yeremia [Yer
3.1:31-34; bdk Yeh 36:26-27]. Perjanjian baru ini bukan didasarkan oleh darah korban, melainkan
disahkan oleh darah Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus dan berdasarkan pengorbanan-Nya di
Kalvari, Allah menebus orang-orang yang percaya menjadi umat-Nya yang khusus untuk
menunaikan dan menggenapkan misi Allah di muka bumi. Umat tebusan Allah dalam Yesus Kristus
ini adalah Gereja [Mat 26:28; 1 Kor 11:23-25; Ibr 8:6-8]. Perjanjian Allah dengan umat-Nya melalui Yesus
Kristus ini disebut Perjanjian Baru [PB] atau Perjanjian Kedua.
Jadi, bagian Alkitab Perjanjian Lama terdiri dari kitab-kitab yang ditulis sebelum terjadinya
Perjanjian Baru, sedangkan bagian Alkitab Perjanjian Baru terdiri dari kitab-kitab yang ditulis

5 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

sesudah terjadinya Perjanjian Lama. Kedua bagian Alkitab ini merupakan satu kesatuan yang utuh
dan tidak dapat dipisahkan. Kita tidak dapat memahami PB tanpa PL dan sebaliknya kita juga tidak
dapat memahami PL tanpa PB. Inti berita yang terkandung dalam PB merupakan penggenapan inti
rencana dan misi Allah dalam PL. Keduanya, PL dan PB, adalah firman Allah dan wahyu Allah yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan. Apakah maksudnya?

B. ALKITAB SEBAGAI FIRMAN DAN WAHYU ALLAH
1. Arti Firman Allah

a. Firman Allah sebagai pribadi Yesus Kristus
Dalam Alkitab istilah Firman Allah dipakai sebagai sebutan bagi pribadi Yesus Kristus, Anak Allah.
Sebutan ini juga sering disingkat dengan Firman saja [Yoh 1: 1; 1 Yoh 1:1; Why 19:13].

b. Firman Allah sebagai perkataan Allah
Pengertian ini dapat dibedakan lagi dalam beberapa pengertian:

• Sebagai ketetapan Allah. Misalnya dalam Kejadian 1:3, Berfirmanlah Allah: "Jadilah
terang." Lalu terang itu jadi. Firman Allah dalam pengertian ini adalah perkataan Allah yang
penuh kuasa dan penuh daya cipta [Mzm 33:6].

• Sebagai perkataan Allah secara langsung kepada manusia, yang berupa perintah atau
pernyataan [Kej 2:16-17; Kel 20:1-3].

• Sebagai perkataan Allah secara tidak langsung kepada manusia. Dalam Alkitab banyak
ditulis tentang Allah berkata atau Allah berfirman melalui para nabi atau hamba-Nya [Kel

4:12; Bil 22:38; Ul 18:18-20; l Sam 15:3, 18, 23; l Raj 20:36; 2 Taw 20:20; 25:15-16; Yes 30:12-14; Yer 1:7, 9;
6:10-12; 36:29-31].

c. Firman Allah dalam bentuk tertulis [Alkitab]
Allah tidak hanya menyatakan firman-Nya dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam bentuk tertulis.
Contohnya adalah Sepuluh Hukum yang diberikan Allah kepada bangsa Israel [Kel 31:18; 32:16; 34:1,
28]. Para hamba Allah menuliskan perintah atau firman yang mereka terima [Ul 31:9-13; Yos 24:26].
Bahkan Allah sendiri memerintahkan hamba-Nya untuk menulis apa yang Ia firmankan [Yes 30:8; Yer
30:2]. Tuhan Yesus pernah berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa Roh Kudus akan memampukan
mereka untuk mengingat apa yang telah diajarkan-Nya [Yoh 14:26]. Alkitab adalah firman Allah dan
wahyu Allah, yang ditulis sesuai dengan kehendak dan pimpinan Roh Kudus melalui para hamba-
Nya.

2. Arti Wahyu Allah
Secara umum wahyu berarti penyingkapan atau penyataan sesuatu yang tidak diketahui
sebelumnya. Dalam konteks teologis, wahyu diartikan sebagai komunikasi atau penyataan Allah
kepada manusia tentang kebenaran, kehendak, rencana, kasih dan diri-Nya [misalnya, sifat-sifat, kasih
dan kehendak-Nya]. Tanpa wahyu Allah, manusia tidak mungkin mengenal Allah dan kebenaran-Nya
dan tidak mungkin pula untuk mengetahui bahwa Allah ada. Manusia mutlak memerlukan wahyu
Allah.

6 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Berdasarkan media yang dipakai Allah untuk mengkomunikasikan diri-Nya, wahyu dibedakan atas
wahyu umum dan wahyu khusus.

a. Wahyu umum
Wahyu umum adalah wahyu Allah yang dinyatakan melalui media yang umum dan yang dapat
diterima oleh manusia secara universal, yaitu melalui alam semesta [ciptaan Allah] dan hati nurani

[Mzm 19:1-5; Rm 1:18-20, 2: 14-16]

b. Wahyu khusus
Wahyu khusus adalah wahyu Allah yang dinyatakan melalui media yang khusus dan yang tidak
diterima oleh setiap orang. Wujud dari wahyu khusus ini berbentuk tulisan, yaitu Alkitab. Dari
Alkitab kita dapat mengerti bagaimana Allah menyatakan diri dalam sejarah umat Israel,
menyatakan firman-Nya melalui para hamba-Nya [nabi-nabi dan rasul-rasul], dan puncaknya
menyatakan diri-Nya melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus [Ibr 1:1-4].

C. KANON ALKITAB
Gereja Protestan selaku umat percaya mengakui 66 kitab sebagai pengajaran yang berotoritas dari
segi teologi dan moral Kristiani. Ke-66 kitab ini disebut juga sebagai kanon [artinya: tongkat pengukur,
standar, patokan, atau tolok ukur]. Enam puluh enam kitab ini dibagi ke dalam dua bagian, yaitu
Perjanjian Lama yang terdiri 39 kitab dan Perjanjian Baru yang terdiri 27 kitab.

1. Kanon Perjanjian Lama
Gereja Protestan hanya mengakui 39 kitab kanon PL. Tiga puluh sembilan kitab ini dapat
dikelompokkan menjadi:

5 Kitab Taurat Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan.
12 Kitab Sejarah Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1&2 Samuel,
1&2 Raja-Raja, 1&2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester.
5 Kitab Puisi/Syair Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung.
5 Kitab Nabi-Nabi Besar Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel.
2 belas Kitab Nabi-Nabi Kecil Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum,
Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi.

Gereja Protestan hanya mengakui dan menerima 39 kitab PL dan menolak 10 kitab
Deuterokanonika [arti: Kanonika kedua]. Deuterokanonika merupakan 10 kitab yang ditulis pada masa
sebelum Masehi, yang oleh Gereja Protestan disebut sebagai kitab-kitab Apokrifa [artinya: hal-hal
yang tersembunyi]. Gereja Protestan mengakui bahwa kitab kanon PL yang terakhir ditulis adalah
kitab Maleakhi [kira-kira tahun 435 SM]. Setelah kitab Maleakhi, tidak ada lagi kitab kanon PL yang
ditulis sebab tidak ada lagi nabi yang berbicara atas nama Tuhan atau yang menyampaikan firman
dari Tuhan.

2. Kanon Perjanjian Baru
Gereja Protestan mengakui 27 kitab kanon PB. Dua puluh tujuh kitab ini dikelompokkan menjadi:

4 Kitab Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes

7 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

1 Kitab Sejarah Kisah Para Rasul
13 Surat Penggembalaan
Roma, 1&2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose,
8 Surat Umum 1 & 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon.
1 Kitab Nubuat
Ibrani. Yakobus, 1 & 2 Petrus, 1, 2 & 3 Yohanes, Yudas

Wahyu

Selain kitab-kitab PB yang kanonikal ini, dikenal juga kitab-kitab pseudepigrafa [artinya: tulisan palsu],
yaitu tulisan-tulisan yang bertujuan untuk penyamaran maupun pemalsuan. Penulis-penulis kitab-
kitab pseudepigrafa ini biasanya memakai nama-nama yang berotoritas, misalnya nama-nama
rasul, dengan tujuan agar tulisan mereka dianggap sebagai tulisan para rasul yang sesungguhnya.
Semua kitab ini ditulis setelah abad pertama, yaitu setelah semua rasul wafat. Contoh kitab
pseudepigrafa adalah Injil Thomas, Injil Petrus, Injil Filipus [semuanya ditulis pada abad ke-2] dan Injil
Barnabas [abad ke-7].

D. PROSES TERBENTUKNYA ALKITAB
Alkitab bukan Kitab Suci yang diturunkan secara seketika dari surga. Alkitab juga tidak terwujud
seketika. Alkitab terbentuk melalui proses penulisan dan pengumpulan yang panjang dan di dalam
prosesnya memperlihatkan pemeliharaan dan pimpinan Allah. Seluruh isi Alkitab ditulis oleh 40
orang lebih dari berbagai latar belakang, budaya dan daerah yang beragam: ada yang berprofesi
sebagai petani, negarawan, pemungut pajak, penyair, raja, cendikiawan, nelayan, tabib dan
sebagainya, yang ditulis di tiga benua, yaitu Asia, Afrika dan Eropa, dalam kurun waktu 1.500
tahun, dari kitab pertama hingga yang terakhir [Kejadian, 1400 SM – Wahyu, 90 M].

Proses terbentuknya Alkitab berkaitan dengan dua hal utama.

1. Penginspirasian
Seluruh isi Alkitab ditulis oleh manusia sebagai hamba-hamba Allah. Melalui mereka Allah
menghadirkan Alkitab. Penulisan setiap kitab didasarkan pada penginspirasian dari Roh Kudus.
“Segala tulisan yang diilhamkan [= diinspirasikan] Allah ....” [2 Tim 3:16].

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam ayat ini:

a. Istilah "semua tulisan" [all Scriptures] yang menunjukkan bahwa semua kitab PL pada waktu itu
sudah ada dan sudah dikenal oleh Timotius.

b. Kata "inspirasi" [LAI: diilhamkan] berasal dari kata Latin inspirare yang berarti menafaskan atas
atau ke dalam sesuatu [to breathe upon or into something]. Kata ini sesuai dengan kata aslinya
θεόπνευστος, [Yun. Theopneustos = theós, "God" dan pnéō, "breathe out] yang berarti God-
breathed. Inspirasi dalam penulisan Alkitab dapat didefinisikan sebagai proses yang misterius dan
supranatural dalam penulisan Alkitab, yang dengannya pimpinan dan kuasa Allah bekerja melalui
manusia sebagai penulis, tanpa merusak dan menghilangkan kepribadian, karakteristik, gaya dan
kebebasan mereka, sehingga proses penulisan tersebut menghasilkan tulisan yang berotoritas
ilahi dan tanpa salah.

8 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

2. Kanonisasi
Alkitab tidak langsung ada dengan jumlah baku 39 kitab PL dan 27 kitab PB. Sebagaimana kitab-
kitab itu ditulis melalui proses yang panjang, demikian juga dengan kanonisasi Alkitab. Kanonisasi
adalah proses penerimaan kitab-kitab dalam Alkitab sebagai kitab yang berotoritas ilahi. Kanon PL
dan Kanon PB masing-masing terbentuk melalui proses kanonisasi yang berbeda.

a. Kanonisasi PL
Antara abad ke-2 SM – 4 SM, ke-39 kitab PL sudah ada. Di masa Tuhan Yesus dan para rasul masih
hidup, kitab-kitab itu juga sudah dikenal dan dipakai [Luk 24:44] tetapi belum dibakukan secara
konsensus-formal sebagai satu kesatuan kanon PL. Hal ini baru terjadi melalui Konsili Jamnia di
tahun 90 M [Konsili ini sebenarnya adalah semacam akademi yang didirikan oleh Rabi Jochanan bin Zakkai setelah

keruntuhan Yerusalem tahun 70 M].

b. Kanonisasi PB
Semua kitab PB sudah selesai ditulis di abad ke-1 M. Sama halnya dengan kanon PL yang tidak
langsung terbentuk, demikian juga dengan kanon PB. Setelah para rasul dan penulis PB
menyelesaikan kitab mereka masing-masing [berupa Injil dan Surat-surat], tulisan-tulisan tersebut
digunakan dan dikumpulkan oleh gereja-gereja pada abad mula-mula.

Ada beberapa faktor pendorong pemakaian dan pengumpulan kitab-kitab PB:
(1) Kitab yang ditulis oleh para rasul dan penulis PB merupakan tulisan yang bernilai dan

berotoritas [2 Pet 3:15-16; Kol 4:16].
(2) Adanya kebutuhan pembakuan [kristalisasi] gereja mula-mula akan sumber pengajaran setelah

semua rasul tidak ada lagi.
(3) Adanya kebutuhan akan tolok ukur pengajaran yang benar, karena munculnya bidat-bidat.
(4) Adanya kebutuhan akan penerjemahan kitab-kitab ke dalam bahasa non-Yunani, karena

gereja sudah berkembang ke berbagai tempat.
(5) Adanya penganiayaan, sehingga membuat orang-orang Kristen semakin bertekun dan

bersatu dalam iman.

Dalam proses kanonisasi, ke-27 kitab PB tidak serempak diterima dan diakui sebagai kitab yang
kanonikal. Terhadap beberapa kitab, ada gereja-gereja dan tokoh-tokoh gereja yang menerima,
ada pula yang meragukan atau menolak, misalnya kitab Ibrani, Yakobus, 1dan 2 Petrus, 2 dan 3
Yohanes serta Yudas. Namun di kemudian hari keraguan terhadap kitab-kitab tersebut hilang.
Melalui Sinode Hippo atau Konsili Hippo, tahun 393, gereja-gereja secara konsensus-formal
meratifikasi 27 kitab PB, yang sekarang dipakai, sebagai kanon PB. Konsensus-formal ini ditegaskan
kembali dalam Konsili Kartago, tahun 397. Selain itu, kedua sinode gereja tersebut juga
memasukkan daftar kanon PL.

Dengan demikian, apakah terbentuknya Alkitab sebagai Kitab Suci ditentukan oleh lembaga
manusia? Tidak demikian karena sebagaimana Allah bekerja dalam proses penulisan setiap kitab
[penginspirasian], demikian juga Allah bekerja dalam proses terbentuknya kanon PL [39 kitab] dan
kanon PB [27 kitab].

9 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Providensia Allah bekerja dalam seluruh proses terbentuknya Alkitab. Sebagaimana Allah memakai
manusia sebagai agen untuk menulis setiap kitab, demikian juga Allah memakai manusia dan
lembaga manusia untuk membentuk kanon Alkitab. Penentuan kanon PL dan PB tidak mungkin
ditentukan oleh satu individu, karena satu individu tidak memiliki otoritas yang memadai (ingat:
pada masa proses penetapan kanon PL dan PB tidak ada lagi jabatan nabi dan rasul) untuk
menentukan kanon Alkitab. Allah memakai konsili-konsili, karena inilah lembaga yang memiliki
otoritas tertinggi, yang melaluinya dapat tercapai konsensus-formal bagi penentuan dan
pembentukan kanon Alkitab.

E. SIFAT-SIFAT ALKITAB
Alkitab sebagai Kitab Suci dan dasar pengajaran Gereja mempunyai sifat atau karakteristik yang
sangat fundamental dan tidak dapat dipisahkan dari Alkitab itu sendiri:

• Berotoritas
Alkitab dikatakan berotoritas karena seluruh isi Alkitab merupakan firman Allah yang harus ditaati.
Alkitab merupakan dasar, tolok ukur dan sumber pengajaran Gereja, baik dalam masalah teologis
maupun moral. Gereja dan setiap orang Kristen tidak boleh mengajar dan menganut ajaran atau
prinsip yang bertentangan dengan isi Alkitab.

• Mutlak diperlukan
Gereja tidak dapat dipisahkan dari Alkitab. Alkitab mutlak diperlukan sebagai sumber pengajaran
dan untuk memelihara Gereja. Allah mewujudkan Gereja dalam dunia sedemikian rupa sehingga
Gereja tidak dapat hidup tanpa Alkitab. Keyakinan injili berpandangan bahwa Gereja hidup dan
bersaksi berdasarkan firman Allah, sehingga secara fundamental Gereja memerlukan Alkitab.
Tugas Gereja sebagai saksi dan pemberita firman tidak mungkin dapat terpisah dari Alkitab.

• Kecukupan
Alkitab yang terdiri 39 kitab PL dan 27 kitab PB, bersifat cukup bagi pengenalan jalan keselamatan
dan pengetahuan yang benar tentang Allah, cukup bagi pengajaran teologis dan pengajaran moral
Gereja Tuhan sepanjang zaman. Sola Scriptura sebagai salah satu moto Reformasi merupakan
pernyataan penolakan terhadap berbagai otoritas di luar Alkitab, termasuk otoritas tradisi. Hampir
semua bidat menempatkan otoritas lain selain Alkitab sebagai sumber pengajaran. Mereka
menganggap Alkitab tidak cukup, sehingga perlu ditambah dengan kitab atau sumber pengajaran
yang lain.

• Jelas dan Sulit Dimengerti
Alkitab terbuka bagi setiap orang yang ingin membaca dan memahaminya. Setiap orang Kristen
dapat membaca dan mempelajari Alkitab tanpa harus bergantung pada penafsiran atau tuntunan
gereja. Alkitab ditulis sedemikian rupa sehingga maksud dari pemberitaan dan pengajaran Tuhan
di dalamnya dapat dipahami oleh setiap orang yang sungguh-sungguh membaca dan mencari
pertolongan Tuhan. Ini tidak berarti seluruh bagian Alkitab mudah dimengerti. Kadang-kadang kita
sulit memahami isi Alkitab karena ada jurang budaya, konteks sejarah dan alam pikiran yang
memisahkan kita dengan dunia ketika Alkitab ditulis. Iman injili juga menegaskan bahwa Alkitab
dapat dipahami bukan dalam pengertian semua bagian Alkitab dipahami secara penuh tetapi

10 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

hanya secara terbatas. Demikian pula Alkitab dapat dimengerti secara benar bukan hanya dengan
cara dibaca biasa tetapi perlu menggunakan metode penafsiran yang tepat.

• Apa artinya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan wahyu Allah? Jelaskan!
• Disebutkan bahwa salah satu sifat dari Alkitab ialah dapat dimengerti dan sulit dimengerti. Apakah sifat ini dialami

oleh Saudara saat membaca Alkitab? Jika ya, apakah yang akan Saudara lakukan untuk dapat mengerti Alkitab yang
sulit dimengerti ini?
• Hafalkanlah urutan kitab-kitab PL dan PB. Untuk mempermudah hal ini, bentuklah kelompok berpasangan!

LOOK

Bagikan 1 set flash cards kepada setiap peserta dalam posisi acak. Lalu mintalah mereka
mengurutkannya mulai dari awal PL sampai akhir PB! Insight apa yang Anda pelajari hari ini tentang
Alkitab? Tuliskan di atas kertas lalu sharingkanlah kepada teman sebelah Anda!

TOOK

Coba bayangkan jika Allah tidak pernah menyatakan Diri-Nya dalam Alkitab, apa yang akan terjadi
dengan manusia? Seberapa kuat Anda akan memegang Alkitab sebagai pegangan hidup? Jelaskan!

11 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 2

PENGAKUAN IMAN RASULI

Mengajarkan tentang fungsi suatu pengakuan iman secara individual sebagai pernyataan
imannya dan secara korporat/gereja sebagai prinsip, standard atau pedoman ajaran bagi
jemaatnya

HOOK

Ceritakanlah satu kisah [bisa berupa cuplikan tayangan] orang yang mati syahid atau martir karena tidak
bersedia menyangkal imannya kepada Yesus Kristus! Lontarkan pertanyaan, mengapa mereka rela
mati daripada tidak lagi mengaku imannya? Diskusikanlah secara berpasangan!

BOOK

A. PENTINGNYA SUATU PENGAKUAN IMAN
Kekristenan bukan hanya persoalan praktis menyangkut pengalaman spiritual bagaimana
seseorang mengalami kasih, keselamatan, pengampunan dosa dan damai sejahtera di dalam Yesus
Kristus. Demikian pula, kekeristenan tidak hanya terdiri dari ajaran-ajaran tentang moralitas saja,
bagaimana hidup berkenan di hadapan Allah. Namun, juga terdiri dari ajaran-ajaran teologis atau
doktrin-doktrin yang perlu dipahami dan imani dengan segenap hati. Baik, ajaran-ajaran doktrinal,
maupun ajaran-ajaran tentang moralitas serta pengalaman hidup dalam anugerah Allah harus
menjadi satu kesatuan yang terintegrasi, bak mata uang logam dengan kedua sisinya.
Adanya bahaya penyimpangan dari ajaran sesat, gereja dan semua umat Kristiani perlu memiliki
iman atau dasar-dasar ajaran yang menjadi keyakinannya. Pengakuan iman merupakan
pernyataan iman yang minimal, sehingga dengan adanya pengakuan iman [credo] suatu gereja
memiliki prinsip-prinsip ajaran dan keyakinannnya. Gereja juga harus memiliki standard dan
pedoman ajaran bagi jemaatnya dari generasi ke generasi. Dengan demikian, ajaran-ajaran
doktrinal yang prinsipil dapat terpelihara kemurnian dan keorthodoksannya.
Mengingat pentingnya pengakuan iman, hingga sekarang telah banyak dibuat pengakuan-
pengakuan atau pernyataan-pernyataan iman yang mendasar, baik oleh perorangan [bapak-bapak
gereja] maupun oleh kelompok [denominasi suatu gereja]. Sejak abad ketiga hingga sekarang sudah
banyak pengakuan-pengakuan iman yang telah dibuat secara sederhana dan singkat, misalnya:
Pengakuan Iman Rasuli [abad 4], Pengakuan Iman Nicea [325/381], Pengakuan Iman Athanasius [akhir
abad 4-awal abad 5], Pengakuan Iman Chalcedon [451], atau secara panjang lebar, misalnya: Tiga Puluh
Sembilan Dalil [1517], Pengakuan Iman Westminster [1643-1646], Pengakuan Iman Augsburg [1530],
Formula Concord [1576].

12 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

B. KEISTIMEWAAN PENGAKUAN IMAN RASULI
Pengakuan Iman Rasuli tidak diketahui dengan tepat kapan mulai adanya dan juga tidak diketahui
siapa yang merumuskannya. Namun yang pasti, Pengakuan Iman Rasuli sudah dipakai sejak abad
keempat. Teks Pengakuan Iman Rasuli yang lama yang diperkenalkan oleh Rufinus [390] dalam
bahasa Latin dengan yang diperkenalkan oleh Marcellus [336-341] dalam bahasa Yunani, sedikit
berbeda dengan yang dipakai gereja-gereja sekarang. Dalam teks Pengakuan Iman Rasuli yang kita
pakai sekarang terdapat sedikit penambahan atau revisi dari teks yang lama. Penambahan ini
sudah terjadi sejak tahun 700 M. Teks baru [direvisi] Pengakuan Iman Rasuli, yang kita pakai
sekarang [terjemahan yang hurufiah] adalah:

Aku percaya kepada Allah Bapa, yang maha kuasa, Pencipta langit dan bumi.
Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal, Tuhan kita;

Yang dikandung oleh Roh Kudus, dilahirkan dari anak dara Maria;
Yang menderita sengsara di bawah [pemerintahan] Pontius Pilatus,

disalibkan mati dan dikuburkan;
Ia turun ke dalam alam orang mati [kerajaan maut (hades)].

Pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari antara orang mati.
Ia naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah yang mahakuasa.
Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

Aku percaya kepada Roh Kudus;
Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang-orang kudus;

Pengampunan dosa;
Kebangkitan tubuh (daging);
Dan kehidupan yang kekal
Meskipun dinamai Pengakuan Iman Rasuli, tidak berarti pengakuan iman ini dirumuskan dan ditulis
oleh para rasul. Sebutan rasuli dipakai karena seluruh isi dari pengakuan iman ini merupakan
intisari atau kesimpulan dari pengajaran para rasul. Dibandingkan dengan pengakuan-pengakuan
iman lainnya, Pengakuan Iman Rasuli memiliki beberapa keistimewaan:
a. Sangat alkitabiah
Semua butir-butir Pengakuan Iman Rasuli tidak ada yang bertentangan dengan Firman / Wahyu
Allah, Alkitab. Semua isinya sesuai dengan ajaran Alkitab, khususnya PB.
b. Diakui, diterima dan dipakai oleh banyak gereja
Pengakuan Iman Rasuli merupakan pengakuan iman yang paling banyak diterima dan dipakai oleh
gereja-gereja seluruh dunia baik oleh denominasi gereja yang besar, seperti Gereja Lutheran,
maupun oleh denominasi gereja yang kecil. Ada gereja yang mengakui dan menerima pengakuan
iman ini, sekalipun tidak memasukkannya dalam liturgi gereja.
c. Dipakai dari abad ke abad
Pengakuan Iman Rasuli sudah sangat teruji dalam perjalanan sejarah karena pengakuan iman ini
bersifat akurat, esensial, fundamental dan alkitabiah.

13 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

d. Singkat, lugas dan padat
Dibandingkan dengan pengakuan iman-pengakuan iman yang sejenis, Pengakuan Iman Rasuli
dirumuskan dengan tidak panjang lebar, namun lugas/jelas; dan keseluruhannya mengandung isi
yang sangat padat akan iman Kristiani yang sangat esensial dan fundamental.

e. Praktis
Karena kepraktisannya, Pengakuan Iman Rasuli mudah diingat dan di hafal, sehingga lebih dapat
digunakan dalam liturgi gereja daripada pengakuan-pengakuan iman lainnya.

C. ISI DAN MAKNA PENGAKUAN IMAN RASULI
Pengakuan Iman Rasuli diawali dengan perkataan aku percaya [Latin: credo]. Ini berarti Pengakuan
Iman Rasuli sangat menekankan iman pribadi dari orang yang mengucapkannya. Oleh sebab itu,
sekalipun diucapkan secara bersama-sama pada saat ibadah, tetapi yang ditekankan adalah
pengakuan secara pribadi dari masing-masing anggota jemaat, yang diucapkan dengan penuh
keyakinan dan penghayatan.

Dalam teks asli Pengakuan Iman Rasuli sebenarnya tidak diuraikan menjadi dua belas butir, tetapi
merupakan satu kesatuan pernyataan yang berkesinambungan. Namun untuk mempermudah
mempelajari, mengucapkan dan menghafalkannya, Pengakuan Iman Rasuli diuraikan menjadi dua
belas butir pengakuan:

1. Aku percaya kepada Allah Bapa, yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi.
Pernyataan ini secara tersurat menyatakan pengakuan Ketritunggalan Allah [bdk butir 2 dan 8], yang
diawali dengan pengakuan terhadap oknum pertama dalam Tritunggal, yaitu Allah Bapa. Ia adalah
Allah yang mahakuasa, tidak ada oknum ciptaan yang melampaui kuasa-Nya. Ia adalah Penguasa
tertinggi atas segala ciptaanNya baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Allah Bapa,
bersama dengan Anak dan Roh Kudus adalah Pencipta alam semesta ini [Kej 1:1, 2; Yoh 1:3; Kol 1:16-
17]. Jadi, alam semesta ini termasuk kehidupan di dalamnya diciptakan oleh Allah, bukan terjadi
secara kebetulan [Ibr 11:3].

2. Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita;
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang satu-satunya
[only-begotten, Yoh 1:14, 18; 3:16, 18]. Selain hal ini menegaskan kepemilikian status dan hubungan yang
unik dan kekal dengan Bapa, juga mengkonfirmasi bahwa Ia memiliki natur yang sama dengan
Bapa sebagai Pribadi Ilahi. Demikian pula, bagi kita Yesus Kristus adalah Tuhan, yaitu Tuan dan
Penguasa tertinggi atas hidup kita [Yoh 20:28-29; Flp 2:9-11].

3. Yang dikandung oleh Roh Kudus, dilahirkan dari anak dara Maria;
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berinkarnasi
menjadi manusia, melalui proses kelahiran dari rahim seorang anak dara yang bernama Maria [Luk
1:34-35]. Ia dikandung bukan secara natural oleh benih seorang laki-laki, melainkan secara
supranatural oleh Roh Kudus [Luk 1:35]. Dengan cara demikianlah, maka seorang perawan Maria

14 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

dapat mengandung dan melahirkan bayi Yesus, Anak Allah. Fakta ini sangatlah penting untuk
menegaskan keilahian Yesus dan juga kemanusiaan-Nya sebagai adam yang baru, atau yang kedua,
yang berbeda dari adam pertama, oleh karena ketidakberdosaan-Nya [Ibr 4:15; 7:26, 27].
4. Yang menderita sengsara di bawah [pemerintahan] Pontius Pilatus, disalibkan mati dan

dikuburkan; Ia turun ke dalam alam orang mati [kerajaan maut (hades)].
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa penderitaan dan kematian Yesus Kristus di atas kayu
salib adalah peristiwa dan fakta sejarah, yang mengacu pada suatu masa ketika Pontius Pilatus
menjadi pejabat pemerintahan Romawi, yang berkedudukan sebagai wali negeri. Di bawah
pemerintahan atau kekuasaan Pontius Pilatus inilah, Yesus Kristus diadili secara tidak adil. Ia
menderita dan dihukum mati dengan cara disalibkan [Mat 15:15; Luk 23:24; Yoh 19:15-16; Kis 3:13; 13:28].
Dengan demikian, iman kekeristenan di bangun berdasarkan fakta sejarah, bukan mitos ataupun
imajinasi.
Yesus mati di kayu salib kemudian dikuburkan [1 Kor 15:3-4]. Ini menyatakan bahwa Yesus Kristus
sungguh-sungguh mengalami kematian; dan kematian yang dialami-Nya dengan cara yang sangat
hina dan penuh kengerian. Pengorbanan, penderitaan dan perendahan diri [pengosongan diri]
dilakukan Kristus sampai titik yang paling rendah dan hina, yaitu Ia turun ke dalam alam orang mati
atau alam maut [hades, Ef 4:8-10; 1 Ptr 3:18-20; Ibr 11:39-40]. Ini berarti bahwa Yesus Kristus bukan hanya
mengalami kematian fisik, melainkan juga mengalami totalitas dari kematian dari satu pribadi yang
harus menanggung dosa umat manusia. Dengan turun ke dalam alam orang mati, Kristus
mengalami keterpisahan total dengan Allah Bapa.
5. Pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari antara orang mati.
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah peristiwa yang
pernah terjadi dalam sejarah. Menurut cara perhitungan hari bangsa Yahudi [bukan satu hari sama
dengan dua puluh empat jam], Yesus Kristus bangkit pada hari yang ketiga [Mat 16:21, Mrk 9:31, Luk 9:22,
Yoh 2:191 Kor 15:4]. Kebangkitan Kristus membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah [Rm 1:4]. Ia adalah
Pribadi yang melampaui segala kuasa. Ia melampaui kuasa maut/kematian dan melampaui hukum
alam [Kis 2:24]. Ia juga melampaui kuasa pemerintahan manusia [yang menyalibkan Dia dan yang menjaga
kubur-Nya]. Kebangkitan-Nya memberikan jaminan akan pengampunan dan pembenaran orang
percaya [1 Kor 15:17; Rm 4:25]. Tidak hanya itu, kebangkitan-Nya dari antara orang mati juga
mengandung sebuah janji yang pasti bahwa kita yang menaruh iman kepada-Nya akan
dibangkitkan dari kematian sama seperti Dia di akhir zaman [Rm 6:4-5; 1 Kor 15:20, 35-44; 1 Tes 4:16].
6. Ia naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang maha kuasa.
Pernyataan ini menyatakan pengakuan akan kemuliaan dan otoritas Yesus Kristus. Setelah
mengalami kerendahan yang amat sangat, Kristus ditinggikan melalui kebangkitan-Nya, bahkan
mencapai kemuliaan-Nya saat naik ke sorga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa [Mrk 16:19; Rm

8:34; Ef 1:20; Ibr 1:3].

15 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Ungkapan “naik ke sorga” bukan menunjukkan bahwa sorga berada di atas bumi. Sesungguhnya
kita tidak tahu dimana letaknya sorga itu, tetapi Alkitab menyatakan bahwa sorga itu ada dan
nyata. Sorga adalah tempat dimana Allah bertakhta. Yesus Kristus dikatakan naik ke sorga.
Maksudnya, Ia kembali ke sorga, dimana Ia bertakhta dan memerintah dalam kemuliaan.
Ungkapan “duduk di sebelah kanan Allah Bapa” [muncul 12 kali dalam Perjanjian Baru; Ibr 10:12; Kis 7:56] tidak
boleh diartikan secara hurufiah, tetapi perlu dipahami sebagai ungkapan figuratif, yang berarti
berada dalam kemuliaan ilahi yang Kristus miliki setelah menggenapi karya penebusan dosa secara
tuntas dan sempurna. Pernyataan ini juga menyatakan kesetaraanNya dengan Allah Bapa, karena
Ia memiliki kuasa dan kedaulatan yang mahatinggi.

7. Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa Yesus Kristus pasti akan datang untuk kedua kalinya
sebagai Hakim [Yoh 5:22]. Kedatangan-Nya yang kedua ini bertujuan untuk menyatakan pengadilan
dan penghakiman Kristus atas semua manusia tanpa terkecuali, baik yang masih hidup maupun
yang sudah mati [dibangkitkan] [Why 20:11-15; bdk Mat 25:31-46; Kis 17:31]. Kristus akan datang dengan
kemuliaan dan kuasa/otoritas ilahi yang mahatinggi. Kedatangan Kristus yang kedua kali, bukan
hanya sebagai Hakim yang agung—yang akan menghakimi semua manusia, melainkan juga sebagai
Penguasa alam semesta—yang akan mengakhiri sejarah dunia dan kehidupan dunia yang penuh
dosa ini.

8. Aku percaya kepada Roh Kudus;
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa Roh Kudus bukanlah kekuatan aktif yang tidak
berpribadi [impersonal], tetapi merupakan Oknum ketiga dari Allah Tritunggal. yang setara
dengan Allah Bapa dan Allah Anak baik dalam kekekalan dan kemuliaan maupun dalam kuasaNya.

9. Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang-orang kudus.
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa dalam kehidupan dunia yang penuh dosa ini Allah
mempunyai suatu umat kepunyaan-Nya, yang Allah ciptakan berdasarkan penebusan dan
pengudusan dalam darah Yesus Kristus, yaitu Gereja [Kol 1:13; 1 Ptr 2:9-10]. Gereja atau umat Allah
bersifat kudus, karena gereja telah dikuduskan dalam darah Yesus Kristus, sehingga semua individu
yang percaya dan ditebus dalam Yesus Kristus termasuk ke dalam persekutuan/komunitas orang-
orang kudus. Gereja juga bersifat am [katolik], yang artinya umat Allah mencakup semua orang
percaya yang telah ditebus oleh Yesus Kristus dari semua abad dan tempat. Jadi, gereja tidak
dibatasi oleh waktu, tempat, budaya, bahasa, suku-bangsa/etnis, status sosial, dsb [Ef 2:19-22].

10. Pengampunan dosa;
Pernyataan ini secara tersirat menyatakan pengakuan adanya dosa. Dosa merupakan kenyataan
yang ada dalam dunia, yang merusak kehidupan manusia dan yang menyebabkan keterpisahan
manusia dengan Allah, Sang Penciptanya [Yes 59:2; Rm 3:23]. Di sisi lain, pernyataan ini secara juga
menyatakan pengakuan tentang anugerah Allah dalam Yesus Kristus. Karena pengampunan dosa

16 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

terjadi berdasarkan karya penebusan Yesus Kristus, maka ada perdamaian dengan Allah dan
keselamatan kita [Ef 1:7]. Tanpa adanya pengampunan dosa, maka tidak ada seorang pun yang
dapat terlepas dari murka dan hukuman Allah.

11. Kebangkitan tubuh [daging];
Pernyataan ini menegaskan bahwa semua orang yang mati akan dibangkitkan pada waktu
kedatangan Yesus Kristus yang kedua [Yoh 6:39-40, 44; 1 Kor 6:14; 2 Kor 4:14]. Berdasarkan iman Kristen,
diajarkan bahwa dalam Kristus orang-orang percaya memiliki pengharapan yang besar dan mulia,
yaitu kebangkitan dari kematian. Dikatakan besar karena pengharapan ini melampaui pengalaman
kita atas realitas duniawi, bahkan melampaui kekuatan kematian. Dikatakan mulia karena kita yang
ada dalam Kristus akan dibangkitkan sama seperti Kristus yang telah bangkit dengan tubuh yang
telah diubah, yaitu tubuh kemuliaan, yang tidak dapat rusak/mati dan yang bersifat kekal [Flp 3:20-

21; 1 Yoh 3:2].

12. Dan kehidupan yang kekal.
Pernyataan ini menyatakan pengakuan bahwa ada kehidupan yang tidak fana, yang sangat
berbeda dengan kehidupan yang kita alami di dunia sekarang ini. Dengan pengakuan ini kita
percaya bahwa hidup di dunia ini bukanlah segala-galanya, dan kematian pun bukanlah akhir dari
segala sesuatu. Berdasarkan iman Kristen, diajarkan bahwa dalam Kristus kita memiliki
pengharapan yang mulia, yaitu kehidupan yang kekal, yang tanpa dosa, tanpa penderitaan, tanpa
kerusakan dan tanpa sakit penyakit [1 Yoh 5:11-12; Why 21:4]. Inti dari hidup kekal adalah berada
bersama dengan Kristus dalam relasi yang sempurna [Yoh 12:26; 14:3; 17:24; Flp 1:23; 1 Tes 4:17].

• Sebutkan tiga hal yang mendasari pentingnya suatu pengakuan iman!
• Sebutkan pula beberapa hal yang menunjukkan keistimewaan dari Pengakuan Iman Rasuli, sehingga rumusan

Pengakuan Iman Rasuli dimasukkan ke dalam liturgi Kebaktian Minggu GII!
• Hafalkan teks baru dari Pengakuan Iman Rasuli dalam kelompok secara berpasangan!

LOOK

Bagikanlah lembar berisi ke-12 asas Pengakuan Iman Rasuli. Berilkanlah tanda √ di kolom yang
kedua jika Anda mengakuinya. Kolom ketiga dapat diisi bila ada asas yang masih diragukan dan
bahaslah lebih lanjut.

Asas Pengakuan Iman Rasuli Setuju Tidak Setuju/Ragu

Aku percaya kepada Allah Bapa, yang
mahakuasa, Pencipta langit dan bumi
Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya
yang tunggal, Tuhan kita

Yang dikandung oleh Roh Kudus,
dilahirkan dari anak dara Maria
Yang menderita sengsara di bawah
(pemerintahan) Pontius Pilatus,
disalibkan mati dan dikuburkan; Ia turun

17 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

ke dalam alam orang mati [kerajaan
maut (hades)].
Pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari
antara orang mati
Ia naik ke sorga dan duduk di sebelah
kanan Allah Bapa yang maha kuasa
Dari sana Ia akan datang untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang
mati
Aku percaya kepada Roh Kudus
Gereja yang kudus dan am, persekutuan
orang-orang kudus
Pengampunan dosa
Kebangkitan tubuh (daging)
Dan hidup yang kekal

TOOK

Tugaskan setiap peserta untuk menghafalkannya untuk di tes pada pertemuan selanjutnya.

18 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 3

MENGENAL ALLAH TRITUNGGAL

Mengajarkan tentang pentingnya dan uniknya doktrin Tritunggal dalam Kekristenan yang harus
dipahami oleh setiap orang Kristen

HOOK

Kalo misal Anda di tanya orang lain, “Allah seperti apa yang Anda percayai selama ini?” Apa jawab
Anda? Silahkan Anda gambarkan di atas selembar kertas yang tersedia (juga disiapkan pensil warna
atau crayon), lalu minta mereka menjelaskannya apakah langsung di forum atau di kelompok kecil.
Aturlah sesuai kondisi.

BOOK

A. PENGENALAN YANG TAK SEMPURNA
Keselamatan yang kita terima dalam Yesus Kristus, tidak dapat dipisahkan dari pengenalan akan
Allah yang benar [Yoh 17:3]. Karena panggilan keselamatan dari Allah atas kita bukan hanya untuk
menikmati anugerah dan kebaikanNya, melainkan juga untuk mengasihiNya dan
memperkenankan hatiNya [Mat 22:34-40]. Bagaimana kita dapat mengasihiNya tanpa kita
mengenalNya? Pengenalan akan Allah bukanlah pengenalan yang dangkal, melainkan merupakan
pengenalan yang bertumbuh makin mendalam [Kol 1:10].
Pembicaraan tentang Allah merupakan hal yang abstrak. Karena Allah bukanlah obyek yang dapat
dianalisa, diraba, dilihat dan diobservasi. Namun ini tidak berarti kita tidak dapat memahami hal-
hal tentang diri Allah. Kita dapat mengenal Allah bukan berdasarkan upaya rasio dan pengamatan
kita, melainkan berdasarkan penyataan Allah sendiri kepada kita melalui wahyu dan FirmanNya,
yaitu Alkitab. Sejauhmana Allah menyatakan Diri-nya, sejauh itulah kita dapat mengenal-Nya.
Martin Luther menegaskan bahwa ada dua aspek dalam Diri Allah, yaitu yang tersembunyi dan
yang dinyatakan. Kita dapat mengenal Allah bergantung pada aspek yang Allah nyatakan kepada
kita. Selebihnya, tetap dan akan selalu tersembunyi dari kita.
Siapakah Allah? Kita tidak dapat dapat menjawab pertanyaan ini dengan sempurna. Musa pernah
bertanya kepada Allah tentang namaNya. Tetapi Allah menjawab: Aku adalah Aku [Kel 3:14]. Jawaban
Tuhan ini mengandung makna bahwa Allah adalah Pribadi yang tidak dapat dibatasi dengan
penjelasan kata-kata. Namun demikian bukan berarti kita tidak dapat memahami dan mengenal
Pribadi Allah. Kita dapat memahami dan mengenal Allah. Tetapi kita tidak dapat sepenuhnya atau
dengan sempurna memahami hal-hal tentang Allah [Ul 29:29]. Oleh sebab itu, tidak ada seorangpun
yang bisa berkata bahwa ia telah mengenal atau memahami hal-hal tentang Allah dengan
sempurna. Bahkan jikalau kita tanpa dosa sama sekalipun atau dalam hidup yang kekal kelak, kita
tidak dapat mengenal dan memahami Allah dengan sempurna.

19 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Ketidakmampuan manusia untuk memahami Allah dengan sempurna, bukan karena keberdosaan
kita, melainkan karena ketidakterbatasan Allah dan keterbatasan kita. Ciptaan yang terbatas tidak
mungkin dapat memahami sepenuhnya Pencipta yang tidak terbatas. Meskipun kita tidak dapat
mengenal Allah secara sempurna, tetapi kita dapat mengenal hal-hal yang benar tentang diri Allah.
B. KEUNIKAN ALLAH TRITUNGGAL
Kekeristenan dengan doktrin Tritunggal memiliki kaitan erat yang tidak terpisahkan. Doktrin Allah
Tritunggal merupakan pengajaran yang paling fundamental atau ”jantung” dari iman Kristen dan
sekaligus ”jati diri” iman Kristen yang memberikan keunikan di tengah-tengah keragaman
keyakinan mengenai Allah. Pendek kata, tidak ada kekeristenan sejati tanpa doktrin Allah
Tritunggal.

Kata “tritunggal” sebenarnya berasal dari kata bahasa Inggris trinity, yang jika dimodifikasikan ke
dalam bahasa Indonesia, kata ini menjadi “trinitas.” Kata trinity [berasal dari kata bahasa Latin trinitas]
merupakan gabungan dari kata tri [berarti tiga] dan unity [berarti kesatuan]. Jadi, kata tritunggal dan
trinitas secara hurufiah berarti tiga, tetapi satu kesatuan/tunggal

Kata “Tritunggal” dan “Trinitas” itu sendiri memang tidak terdapat dalam Alkitab. Namun, tidak
berarti bahwa pengajaran tentang Tritunggal tidak terdapat dalam Alkitab. Kata ini dipakai
sebenarnya untuk menyimpulkan atau mengintisarikan kebenaran akan jati diri Allah yang secara
tersirat disingkapkan di dalam seluruh bagian Alkitab secara konsisten, yaitu bahwa Allah adalah
Allah yang bertiga-pribadi, tetapi tetap satu Allah.
C. INTI DOKTRIN TRITUNGGAL
Doktrin Tritunggal adalah doktrin yang sulit tetapi bukan doktrin yang spekulatif, melainkan
doktrin yang berdasarkan penyataan/wahyu Allah yaitu Alkitab. Penyataan Allah ini bersifat
progresif atau dengan kata lain bahwa Allah menyatakan diriNya secara progresif. Maksudnya,
Allah menyatakan jati diriNya tidak sekaligus tetapi bertahap; dimana dari waktu ke waktu
penyataan Allah tentang diri-Nya semakin jelas.

Penyataan diri Allah ini mencapai puncaknya pada saat kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia
[Ibr 1:1-4]. Oleh sebab itu, konsep Allah Tritunggal tidak begitu jelas dalam PL, tetapi menjadi sangat
jelas dalam PB. Inti dari doktrin Tritunggal secara ringkas mengajarkan tentang tiga hal utama,
yaitu: Allah adalah Allah yang bertiga-pribadi [God is three persons]; Setiap pribadi adalah Allah; Ketiga
pribadi adalah satu Allah.

• Allah adalah Allah yang bertiga-pribadi
Alkitab menyatakan kepada kita bahwa ada tiga pribadi atau oknum yang memiliki atribut dan
otoritas sebagai Allah: Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Ketiganya bukan hanya sekedar
tiga nama yang dapat ditukar untuk satu pribadi, melainkan benar-benar merujuk pada
keberadaan tiga pribadi yang berbeda satu dengan yang lain. Allah Bapa bukan Allah Anak. Allah
Bapa bukan Allah Roh Kudus. Allah Anak bukan Allah Roh Kudus.
Penyataan tiga pribadi yang berbeda ini sangat jelas dalam peristiwa pembaptisan Yesus Kristus
oleh Yohanes Pembaptis [Mat 3:13-17; Mrk 1:9-11; Luk 3:21-22; Yoh 1:32-34]. Dalam peristiwa

20 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

pembaptisan ini terlihat dengan jelas peranan ketiga pribadi: Yesus Kristus yang dibaptis; Allah
Bapa yang berkata dari sorga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Dan
Allah Roh Kudus yang menyatakan diri seperti burung merpati yang turun ke atas diri Yesus Kristus.

Rasul Yohanes menyatakan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah” [Yoh 1:1-2].
Pernyataan ini dengan jelas mengungkapkan bahwa Firman [pribadi Yesus Kristus] berbeda dengan
Allah Bapa [baca juga Yoh 17: 24; 1 Yoh 2:1]. Selanjutnya Rasul Yohanes memberikan pernyataan bahwa
Roh Kudus bukan Allah Bapa. Dalam ayat Yoh 14:26, Yohanes menuliskan demikian, “…Penghibur,
yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu…” [baca juga Rm 8:27]. Yesus Kristus
[sebagai Allah Anak] juga bukan Roh Kudus. Yesus pernah berkata, “Adalah lebih berguna bagi kamu,
jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi
jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” [Yoh 16: 7].

Dalam PL kita akan menjumpai suatu pernyataan diri Allah yang bersifat jamak. Misalnya, dalam
Kej 1: 26; 3: 22; 11: 7 dikatakan, “Baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
Kita.” Dalam terjemahan hurufiah dari ayat Yes 6: 8, Allah mengatakan demikian, “Siapakah yang
akan Kuutus, dan siapakan yang mau pergi untuk Kami?”

• Setiap Pribadi adalah Allah
Masing-masing pribadi, Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah Allah. Masing-masing pribadi memiliki
atribut dan status keallahan. Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.
Tentang keallahan Bapa, Alkitab menyatakan dengan jelas [1 Kor 8:4,6; 1 Tim 2:5-6].

Tentang keallahan Yesus Kristus, Fil 2:5-11 dan Yoh 1:1-2 dengan jelas menyatakan hal ini,
sekalipun Yesus Kristus memang tidak pernah menyatakan secara langsung bahwa Ia adalah Allah.
Namun berdasarkan perkataan-perkataan yang dikatakanNya dengan sadar dan otoritasNya, hal
itu membuktikan dengan pasti bahwa Ia adalah Allah.

TABEL KEILAHIAN YESUS

Kekal Yoh 1:1; 8:58; 17:5

Atribut Ilahi Mahahadir Mat 28:20; Ef 1:23
Gelar Ilahi
Hak-Hak Prerogatif (Istimewa) Mahatahu Yoh 16:30; 21:17

Memiliki Nama-Nama Ilahi Mahakuasa Yoh 5:19; Mat 8:32; 28:18-19

Tidak berubah Ibr 1:12; 13:8

Pencipta segala sesuatu Yoh 1:13; Kol 1:16

Penopang segala Kol 1:17
sesuatu

Mengampuni dosa Mat 9:2; Luk 7:47; Kis 13:38-39

Membangkitkan orang Yoh 5:25; 11:25

mati

Melaksanakan Yoh 5:22
penghakiman

Alfa dan Omega Why 22:13

Imannuel Mat 1:22

21 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

I AM Yoh 8:58

Anak Allah Yoh 10:36; Mat 14:33

Allah 1 Yoh 5:20; Yoh 1:1; 20:28; 2 Ptr 1:1;

Tit 2:13; Ibr 1:8; Flp 2:5-8

Anak Manusia Mat 9:6; 12:8; 26:64; bdk. Dan 7:13-

14

Menerima Penyembahan Mat 14:33; 20:20; 28:9; Mrk 5:6; Yoh 28:20-29 (bdk.

Memiliki Relasi-Relasi Ilahi penyembahan layak ditujukan hanya kepada Allah Kel 20:1-4; Ul.

Mengklaim dan Mensejajarkan 5:6-9)
Dirinya dengan Tuhan
Karya Dan Keberadaannya Sudah Merupakan gambar Kol 1:15; Ibr 1:3
Dinubuatkan Dalam Pl
Ketidakberdosaannya Allah dan cahaya

kemuliaan Allah

Satu dengan Bapa Yoh 10:31

Yoh 8:58; 10:30; 17:5

Kej 3:15 (Gal 4:4); Yes 7:14 (Mat 1:21); Mik 5:2 (Luk 2:4-7); Yes
53:12 (Luk 23:43) dsb.
Yoh 8:12; Kis 2:27; 3:14; 4:30; 7:52; 13:35; Rm 8:3; 2 Kor 5:21;
Ibr 4:15; 1 Ptr 3:18

Tentang keallahan Roh Kudus, Alkitab menyatakan bahwa Ia mempunyai atribut dan otoritas ilahi
berdasarkan hal-hal berikut:

Kekal Ibr 9:14

Maha tahu 1 Kor 2:10-11
(secara tidak langsung) disebut Allah Kis 5:1-11; 1 Kor 6:19-20
Memiliki kuasa Allah Yang Maha Tinggi Luk 1:35
Memiliki kuasa melakukan mujizat Rm 15:19
Melakukan pekerjaan yang hanya dilakukan Allah Yoh 3:5-8; 16:8-11

Berdasarkan semua atribut di atas, dapat disimpulkan bahwa Roh Kudus adalah Pribadi ilahi, yang
memiliki kuasa ilahi sebagai Allah.

Jadi, Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Bapa adalah Allah, Anak [Yesus Kristus] adalah Allah
dan Roh Kudus adalah Allah. Ketiga pribadi Allah Tritunggal tidak berbeda dalam semua atribut
keallahan, baik dalam kuasa, otoritas, kemuliaan, kekekalan, dan kesucianNya.

Urutan penyebutan yang lazim terhadap pribadi-pribadi Allah Tritunggal biasanya mulai dari Allah
Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus, tetapi hal ini tidak menunjukkan adanya subordinasi
[perbedaan derajat / kedudukan], dimana Bapa lebih tinggi dari Anak dan Roh Kudus, dan Anak lebih
tinggi dari Roh Kudus. Masing-masing pribadi hanya berbeda dalam peranan, namun ketiganya
setara dalam keallahan.

Misalnya, dalam karya keselamatan. Allah Bapa mengutus Allah Anak ke dalam dunia [Gal 4:4; Ef 1:9-
10] dan Allah Anak menggenapkan kehendak Bapa dengan mati di kayu salib untuk menebus dosa
manusia. Setelah Yesus naik ke Sorga, Allah Roh Kudus diutus oleh Allah Bapa dan Allah Anak [Yoh

22 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

14:26; 16:7; 15:26] untuk membawa manusia bertobat, menerima karya penebusan Yesus Kristus,
membuat manusia mengalami kelahiran baru [Yoh 3:5-8], serta memperbaharui/menguduskan
orang-orang percaya [Rm 8:13; 15:16; 1 Pet 1:2].
• Ketiga Pribadi adalah satu Allah
Bagian dari doktrin Tritunggal yang paling sulit adalah bagaimana memahami tiga Pribadi yang
berbeda sebagai satu Allah. Allah Bapa adalah Allah, Allah Anak adalah Allah dan Allah Roh Kudus
adalah Allah, tetapi bukan tiga Allah, melainkan tetap satu Allah [Allah yang Esa].

Apakah dengan demikian dapat dikatakan bahwa doktrin Tritunggal tidak masuk akal? Doktrin ini
bukan tidak masuk akal atau kontradiktif dengan akal, sebab doktrin ini tidak mengajarkan
demikian:

a. Ada satu Allah dan ada bukan satu Allah.
b. Allah merupakan tiga Pribadi dan Allah merupakan bukan tiga Pribadi.
c. Allah merupakan tiga Pribadi dan Allah merupakan satu Pribadi.

Semua pernyataan di atas bersifat kontradiktif dan tidak masuk akal. Doktrin Tritunggal
mengajarkan bahwa Allah merupakan tiga Pribadi dan Allah adalah esa. Pernyataan ini bukan
kontradiktif, melainkan paradoks.

Pada diri Allah ada satu natur dan tiga Pribadi. Dalam satu natur ini, ketiga Pribadi tersebut adalah
satu [koesensial/kosubstansial], berada dalam dan melalui satu sama lain, yaitu relasi yang
diungkapkan dengan istilah coherence atau intercomprehension [satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan].

Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah, namun ketiganya bukan tiga Allah,
melainkan satu Allah. Kekristenan yang berdasarkan Alkitab tidak mengajarkan politeisme. Karena
dalam Alkitab Allah menyatakan diri dengan jelas bahwa Allah adalah Allah yang esa [Kel 20:3; Ul 6:4-
9; Mrk 12:29,30; Yak 2:19; 1 Kor 8:4,6; 1 Tim 2:5-6]. Baik PL maupun PB mengajarkan konsep Allah yang
monoteisme—Allah yang esa.
D. PENTINGNYA DOKTRIN TRITUNGGAL
Sekalipun doktrin Tritunggal sulit untuk dipahami, tetapi doktrin ini merupakan dasar bagi kita
untuk memahami doktrin-doktrin lainnya dengan benar. Tanpa pemahaman yang benar tentang
doktrin Tritunggal, kita tidak mungkin dapat memahami doktrin-doktrin lain, yang berkaitan
dengan doktrin Tritunggal dengan benar. Doktrin Tritunggal penting karena beberapa hal berikut:

• Berkaitan dengan doktrin penebusan Kristus
Jikalau Yesus Kristus hanya ciptaan, bagaimana Kristus dapat menebus dosa banyak manusia?
Karena Kristus adalah Allah, maka Ia dapat menebus dosa dari umat manusia. Jika Yesus Kristus
hanya ciptaan, maka itu berarti bahwa dalam karya penebusan/keselamatan Kristus, ciptaan
menyelamatkan ciptaan. Ini menunjukkan bahwa ada ciptaan yang sangat berjasa dalam
keselamatan bagi umat manusia.

23 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

• Berkaitan dengan penyembahan kita
Jika Yesus Kristus bukan Allah, maka penyembahan dan doa kita kepadaNya adalah salah. Salah
karena hal itu menunjukkan bahwa kita menyembah berhala.

• Berkaitan dengan obyek kasih Allah
Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Dalam kekekalan [sebelum Allah melakukan penciptaan]
Allah adalah kasih. Jika demikian, siapakah yang Allah kasihi dalam kekekalan? Dalam konsep Allah
Tritunggal, kita dapat memahami kasih Allah yang kekal ini. Dalam hal ini, obyek kasih Allah ada di
antara Pribadi-Pribadi Tritunggal. Bapa mengasihi Anak dan Roh Kudus, Anak mengasihi Bapa dan
Roh Kudus, Roh Kudus mengasihi Anak dan Bapa.

Jika pemahaman tentang obyek kasih Allah tidak dikaitkan dengan konsep Allah Tritnggal, maka
tindakan Allah mencipta dapat berarti bahwa Allah memerlukan ciptaan sebagai obyek kasih dan
relasiNya. Dengan demikan, tindakan Allah menciptakan merupakan keharusan dan kebutuhan
Allah. Allah Tritunggal tidak harus menciptakan atau memerlukan ciptaan sebagai obyek kasih dan
relasiNya, sebab pada diri Allah Tritunggal sudah terjalin kasih dan relasi, sehingga Allah tidak
mutlak memerlukan ciptaan.

• Berkaitan dengan pelayanan
Teamwork yang solid menjadi gambaran pola Allah Tritunggal di dalam mengerjakan karya
keselamatan. Ketiga Pribadi berpartisipasi di dalam peran yang berbeda dan sangat vital
membentuk pola kerja bak simfoni yang indah untuk menghasilkan karya keselamatan yang
sempurna. Ketiga peran tersebut saling terkait satu dengan yang lain dan tidak bisa dipisahkan
sehingga menjadi berdiri sendiri. Allah memainkan simfoni keselamatan kita di dalam tiga gerakan.
Tiap-tiap gerakan diasosiasikan dengan dan difasilitasi oleh tiap pribadi Tritunggal. Bapa sebagai
perencana keselamatan [Ef 1:3-6], Anak sebagai pelaksana keselamatan [Ef 1:7-12] dan Roh Kudus
sebagai penerap keselamatan [Ef 1:13-14]. Pola teamwork yang diperlihatkan oleh Tritunggal
menjadi teladan dalam pola melayani dalam membangun tubuh Kristus.

• Di manakah letak keunikan doktrin Tritunggal dalam Kekristenan? Apa yang membedakan Kekeristenan dengan
kepercayaan lain?

• Sebutkan hal-hal apakah yang menyebabkan doktrin Tritunggal ini penting untuk dipahami oleh setiap orang Kristen!
Apa bentuk implikasi praktis dari mempelajari doktrin Tritunggal?

• Doktrin Allah Tritunggal tidak hanya menekankan kesatuan (unity) namun juga kesetaraan (equality) dan
keharmonisan. Yangmana didalamnya mengandung nilai-nilai ketaatan (Yoh 17:4), kesetiaan, dan ketidak
mementingkan diri sendiri (Yoh 16:14). Sejauhmana keharmonisan yang telah diteladani oleh Allah itu ada di dalam
kehidupan Anda? Dan sejauhmana pula kasih telah menjadi landasan Anda dalam berhubungan dan berkomunitas?

LOOK

Pemahaman tentang Allah sebelum Pemahaman tentang Allah setelah
mengikuti kelas katekisasi mengikuti kelas katekisasi

24 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

TOOK

Mintalah setiap peserta katekisasi menuliskan pemahaman yang salah yang selama ini mereka
yakini! Tugaskan untuk menghafal 3 ayat utama yang menyatakan tentang Allah Tritunggal!

25 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 4

MANUSIA DAN DOSA

Mengajarkan bahwa dosa merupakan masalah yang sangat serius yang telah merusak tatanan
kehidupan setiap manusia secara utuh dan radikal

HOOK

Berikan satu set flash cards berisi gambar-gambar para penjahat kelas berat: pembunuh bayaran,
teroris, pemerkosa, koruptor, perampok, penipu, pembunuh berantai, pemalsu uang, penculik dan
penadah barang curian. Kelompokan peserta sesuai jumlah total peserta di kelas. Tiap kelompok
3-5 orang. Minta mereka urutkan gambar-gambar penjahat mulai dari yang dianggap paling jahat.
Lalu minta masing-masing menjelaskannya! Masuklah ke forum dengan melontarkan sebuah
pertanyaan, “Mengapa ada orang sampai sejahat itu?” Dengarlah pendapat beberapa orang.

BOOK

A. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Manusia ada bukan hasil produk dari sebuah kebetulan tetapi karena penciptaan Allah yang
direncanakan. Alkitab menyaksikan bagaimana Allah menciptakan manusia secara langsung dan
menjadi puncak dari seluruh karya Allah dalam penciptaan alam semesta. Manusia merupakan
ciptaan yang mulia dengan harkat dan martabat serta status istimewa dibandingkan dengan
ciptaan lainnya [Kej 1:28; Mzm 8:4-9]. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah [Kej 1:27].
Artinya manusia sebagai representasi dan refleksi dari Allah itu sendiri. Tujuan dari Allah
menciptakan segala sesuatu termasuk manusia adalah untuk kemuliaan-Nya [Yes 43:7; Ef 1:11-12].
Namun, penciptaan manusia tidaklah menambahkan kemuliaan-Nya atau tanpa manusia
kemuliaan Allah tidak pernah berkurang. Dengan ada dan tidak adanya manusia, Allah tetap adalah
Allah yang mulia. Jika Allah berkehendak menciptakan manusia dan itu untuk kemuliaan-Nya,
berarti manusia yang diciptakan itu begitu berharga di mata-Nya. Maka dengan demikian, tujuan
hidup manusia harus selaras dengan tujuan Allah menciptakannya, yaitu untuk memuliakan Allah

[1 Kor 10:31; Rm 11:36; 12:1-2; Why 4:11].

B. KEJATUHAN MANUSIA KE DALAM DOSA
Pada mulanya manusia [Adam dan Hawa] hidup dalam kondisi dan status yang baik, murni, suci, dan
benar di hadapan Allah [Kej 1:31]. Lalu Iblis sebagai seteru Allah menggoda manusia agar manusia
tidak taat kepada Allah. Akhirnya, karena godaan Iblis, manusia jatuh ke dalam dosa dengan
melanggar ketetapan Allah [Kej 3]. Pelanggaran atau dosa yang dilakukan manusia telah
mengakibatkan hal-hal berikut:

• Kondisi dan status manusia tercemar oleh dosa

26 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Karena manusia telah jatuh ke dalam dosa, kondisi dan status manusia menjadi tercemar secara
radikal oleh dosa. Bukan hanya di lapisan luar kehidupan saja, yaitu berupa pelbagai tindakan
kejahatan, namun dosa telah berakar pada kedalaman keberadaan manusia. Sehingga setiap
manusia adalah pendosa yang hidupnya menjadi pabrik yang selalu memproduksi buah-buah dosa
[Kej 6:5; Rm 7:23; Ef 2:1]. Di sisi lain, Allah adalah Allah yang maha kudus, yang tidak membenarkan
adanya dosa sekecil apapun di hadapan-Nya. Akibatnya, dengan kondisi yang demikian manusia
tidak lagi berstatus benar di hadapan Allah. Melainkan sebagai seteru dan musuh Allah yang
selayaknya dibinasakan [Ef 2:3].

• Hubungan manusia dengan Allah menjadi terputus
Karena manusia telah berbuat dosa, hubungan dan persekutuannya dengan Allah yang merupakan
sumber hidup dan berkat menjadi terputus [Rm 6:23]. Akibatnya adalah manusia mengalami
kematian rohani [Ef 2:1,5,12; 4:18]. Bukan hanya kematian rohani tetapi juga kematian jasmani. Dari
suatu keadaan dapat tidak mati [posse non mori] menjadi tidak dapat tidak mati [non posse non mori, Rm
6:23]. Dan pada akhirnya akan mengalami kematian kekal. Dosa bukan hanya memutuskan
hubungan dengan Allah, juga merusak hubungan manusia dengan sesamanya dan dengan alam

[Kej 3:8-19].

• Status manusia yang berdosa telah mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Allah,
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” [Rm 3:23].

• Gambar dan rupa Allah pada diri manusia menjadi rusak.
Kejatuhan manusia dalam dosa telah mengakibatkan kerusakan gambar dan rupa Allah dalam diri
manusia, tetapi kerusakan ini tidak menjadikan gambar dan rupa Allah itu hilang dari diri manusia.
Manusia tetap memiliki gambar dan rupa Allah [Kej 6:5], sehingga masih memiliki kemampuan
berpikir rasional, kemampuan melakukan pertimbangan moral/etis, sifat spiritualitas/keagamaan.
Sekalipun masih memiliki semua itu, kemampuan dan kondisinya tidak lagi sama seperti sebelum
manusia jatuh dalam dosa.

Kerusakan gambar dan rupa Allah ini disebabkan oleh dosa yang telah mencemari seluruh aspek
diri manusia secara total [Rm 7:18]. Rasio sebagai mekanisme berpikir manusia telah tercemar oleh
dosa; sehingga rasio tidak dapat berpikir sesuai dengan kebenaran Allah, bahkan rasio cenderung
menolak dan menentang kebenaran Allah [Rm 1:19-21; Tit 1:15]. Demikian pula, kehendak manusia
telah terbelenggu oleh dosa, sehingga kehendaknya tidak lagi murni dan netral, melainkan
kecenderungannya memuaskan dosa dan tidak mungkin tidak melakukan dosa [Kej 6:5; Gal 5:19-21].
Manusia yang sudah jatuh dalam dosa bukan lagi hamba Allah, hamba kebenaran, melainkan
hamba dosa. Manusia tidak mampu menundukkan kehendaknya pada kehendak dan kebenaran
Allah [Yoh 8:34; Rm 6:20; 8:7; Ef 2:1-2]. Sehingga manusia tidak sanggup melakukan hal yang benar dan
berkenan di hadapan Allah [Mzm 14:3; Rm 3:10; 8:8]. Meskipun dari sudut pandang manusia, kita
mampu melakukan apa yang baik dan benar, tetapi bagi Allah segala kesalehan dan kebaikan itu
seperti kain kotor [Yes 64:6].

C. HAKIKAT DAN UNIVERSALITAS DOSA

27 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Dosa merupakan satu kenyataan yang telah menjadi bagian dalam kehidupan/sejarah manusia.
Alkitab mengajarkan, dosa merupakan hal yang sangat serius bagi Allah. Berdasarkan keadilan dan
kebenaran Allah, dosa pasti mengakibatkan penghukuman. Allah sangat membenci dosa dan tidak
bersikap kompromi terhadapnya, karena dosa mutlak bertentangan dengan karakter kebajikan
dan kekudusan Allah.

a. Pengertian Dosa
Secara sederhana dosa dapat didefinisikan sebagai ketidaktaatan atau pelanggaran dan
pemberontakan terhadap hukum moral Allah, baik dalam tindakan nyata maupun dalam sikap hati
atau pikiran. Jadi, dosa berkaitan dengan hukum moral Allah; tanpa pengakuan adanya hukum
Allah dalam kehidupan manusia, maka kita tidak dapat berbicara tentang dosa. Rasul Yohanes
mengatakan: “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah
pelanggaran hukum Allah” [1 Yoh 3:4].

Untuk memahami tentang dosa secara mendalam, kita harus memperhatikan beberapa istilah. Hal
ini penting karena dengan memahami beberapa istilah ini, kita memiliki gambaran yang
sebenarnya tentang apa yang disebut dengan dosa. Selain itu, pemahaman ini juga dapat
membantu kita untuk mengerti benar mengapa Allah sangat membenci dosa, sehingga dosa harus
dijauhi bahkan ditinggalkan.

• Dosa digambarkan sebagai anak panah yang dilepaskan dari busurnya, tetapi “meleset dari
sasaran.” Gambaran ini berasal dari kata hamartia. Dosa berarti “meleset dari sasaran”
atau “meninggalkan jalan kebenaran.” Ini berarti bahwa pada saat manusia tidak mencapai
sasaran/standar yang telah ditentukan dalam hukum Allah dan terus gagal untuk mencapai
sasaran/standar itu, maka dikatakan bahwa manusia telah berdosa. Berdosa juga identik
dengan ketidakmauan seseorang untuk menaati Allah. Hal ini menunjukkan adanya unsur
pemberontakan kepada Allah [bdk Kis 2: 38; Rm 5: 21; 6:1, 1 Kor 15: 3; Yak 1: 15].

• Dosa dipahami sebagai kesalahan atau kedurjanaan, yaitu sesuatu yang bengkok atau
diputarbalikkan. Istilah ini dinamakan dengan adikia. Kejahatan timbul karena hati dan
pikiran seseorang sudah dibengkokkan atau diputarbalikkan. Hati dan pikiran yang tidak
lagi berpaut kepada Allah sebagai sumber kebenaran, dengan sendirinya akan berpaut
kepada Iblis yang adalah sumber kejahatan [Rm 6: 13; 2 Tes 2: 10; Yak 3: 6].

• Dosa diterjemahkan sebagai kedurhakaan, yang menunjukkan adanya usaha yang
disengaja untuk melawan kebenaran, dalam hal ini adalah Allah sendiri. Istilah yang dipakai
ialah anomos. Istilah ini juga berarti pelanggaran terhadap hukum dalam arti luas [Rm 2:23;
5:14; Gal 3:19]. Secara eskatologis, kata ini juga menunjuk pada anti Kristus, yaitu si
pendurhaka [bdk Mat 13: 41; 24: 12; 1 Tim 1: 9; 2 Tes 2: 8].

• Dosa berarti menyimpang atau tersesat, yaitu suatu kondisi yang tidak berada pada jalur
yang tepat atau yang dikehendaki. Dalam hal ini, dosa juga disebut sebagai suatu
perbuatan yang patut dicela. Istilah yang dipakai ialah planao. Kata ini menunjukkan
adanya penyesatan yang dilakukan terhadap orang lain atau diri sendiri. Istilah ini juga

28 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

menunjuk pada tindakan Iblis yang menyesatkan seluruh dunia [bdk Mat 24: 6; 6: 1; 1 Pet 2: 25;

1 Yoh 1: 8; Why 12: 9; 20: 3, 8].

b. Asal usul Dosa
Dari manakah asal dosa? Siapakah atau apakah yang menyebabkan adanya dosa? Kalau Allah
adalah Pencipta segala sesuatu, apakah dengan demikian Ia juga sebagai penyebab adanya dosa?
Jawabnya adalah tidak! Adanya dosa tidak mungkin disebabkan oleh Allah, karena dosa
sepenuhnya bertentangan dengan natur dan pribadi Allah yang mahakudus. Tidak mungkin Allah
menyebabkan atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Justru di
hadapan Allah, dosa itu begitu buruk dan menjijikan.

Alkitab tidak berbicara dengan jelas tentang asal mula dosa. Pada umumnya golongan Injili percaya
bahwa dosa berasal dari kejatuhan malaikat dalam dosa, yaitu Iblis dan pengikut-pengikutnya.
Alkitab hanya mengungkapkan dengan jelas tentang masuknya dosa dalam dunia ini, yaitu bermula
dari ketidaktaatan Adam dan Hawa. Mereka memilih untuk melanggar perintah Allah dengan
memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat [Kej 3:1-9]. Dalam hal ini
Iblis, melalui seekor ular, berhasil membujuk dan membuat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa.

Dosa asal tidak hanya menunjuk pada dosa yang pertama kali diperbuat oleh Adam dan Hawa,
tetapi juga menunjuk pada akibat dosa yang pertama terhadap seluruh umat manusia, yaitu
kecemaran dan kerusakan. Jadi, dapat dikatakan bahwa dosa asal menunjuk pada kondisi manusia
yang sudah jatuh ke dalam dosa sejak manusia itu dilahirkan ke dalam dunia. Tentu saja dosa asal
dibedakan dari dosa aktual, yaitu dosa-dosa yang berasal dari tindakan, perkataan atau pikiran
yang manusia lakukan. Namun keduanya memiliki hubungan erat, dimana dosa asal menjadi
sumber dari dosa-dosa aktual. Meskipun demikian, bukan berarti meniadakan tanggung jawab
manusia atas dosa-dosa yang diperbuatnya.
c. Dosa Turunan/warisan
Alkitab mengajarkan bahwa pelanggaran Adam dan Hawa bukan saja berakibat pada diri mereka
sendiri, tetapi juga berakibat pada semua garis keturunannya. Karena Adam merupakan kepala
dan wakil manusia, maka siapapun yang berada di dalam Adam sebagai keturunannya secara
inklusif akan mewarisi kesalahan Adam dan menanggung natur kehidupan yang telah rusak
tercemar oleh dosa [sinful nature; Mzm 51:7]. Oleh karena kesalahan dan penghukuman Adam
diperhitungkan atau diimputasikan kepada seluruh keturunannya. Rm 5:18-19 berbunyi demikian:
“Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian
pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama
seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula
oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar”. Dengan demikian, dosa telah
menjadi universal, dimana tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang bebas dari dosa
[terkecuali Yesus Kristus] “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah” [Rm 3:23; bdk. Mzm 143:2; 1 Raj 8:46; Ayb 14:4; Ams 20:9; Pkh 7:20; Yak 3:2; 1 Yoh 1:8-10].

• Apa yang membuat hidup manusia menjadi berharga?

29 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

• Mengapa sekadar mengetahui konsekuensi dari dosa tidak pernah cukup mencegah kita berbuat dosa?
Jelaskanlah!

• Langkah apa yang dapat Anda lakukan agar tidak kembali jatuh pada dosa yang sama?

LOOK

Hafalkan Roma 3:23! Tanyakan, “Setujukah Anda akan bunyi ayat ini? Berarti Anda mengakui juga
sebagai salah seorang yang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah?”

TOOK

Bagikan selembar kertas kepada masing-masing peserta dan mintalah mereka menuliskan dosa-
dosa apa saja yang telah dilakukan, bahkan sering dilakukan sebagai dosa favorit. Sesudah itu,
mintalah mereka untuk merobek-robek kertas tersebut dan masukkan ke dalam kantong yang
telah disediakan. Lalu ambil waktu doa hening atau sambil diiringi musik instrumental untuk
pengakuan dosa pribadi. Tutuplah dalam doa oleh pengajar.

30 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 5

KESELAMATAN DI DALAM YESUS KRISTUS

Mengajarkan bahwa keselamatan sejatinya merupakan karya Allah melalui pengorbanan Tuhan
Yesus di Kalvari yang dikerjakan secara sempurna dalam anugerah-Nya yang diterima melalui
iman di dalam Tuhan Yesus.

HOOK

Bahaslah jawaban dari pertanyaan yang tertera dalam kisah studi kasus “The Dancer.” Apakah yang
Anda pelajari dari kisah ini? Berikan waktu masing-masing untuk menuliskannya.

BOOK

A. KETIDAKMAMPUAN MANUSIA MENYELAMATKAN DIRI SENDIRI
Alkitab dengan gamblang mengajarkan bahwa manusia di dalam keberdosaannya tidak mungkin
dapat menyucikan dan membenarkan dirinya dengan segala perbuatan amal-ibadahnya. Di
hadapan Allah, semua kesalehan dan kebaikan manusia sama seperti kain yang kotor [Yes 64:6].
Sehingga segala usaha dan inisiatif manusia untuk mendapatkan keselamatan adalah sebuah kesia-
siaan. Oleh karena dosa yang sedemikian mengerikan telah menjerat hidupnya, membuat manusia
tidak mungkin memenuhi standar Allah. Kenyataan ini dapat digambarkan melalui ilustrasi seorang
yang tenggelam di dalam lumpur hisap yang terus menghisap dirinya semakin dalam. Ia berada
dalam keadaan kritis dan tidak berdaya. Segala upaya untuk menyelamatkan diri adalah upaya
yang tidak pernah mendatangkan hasil, selain membawa dirinya semakin tenggelam dalam
keberdosaan.
B. YESUS KRISTUS SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN
Semua agama mengajarkan bahwa manusia mencari jalan keselamatan dan mencari Allah. Alkitab
mengajarkan sebaliknya bahwa sesungguhnya Allah-lah yang mencari manusia berdosa dan Allah
memberikan jalan keselamatan. Inilah yang membedakan antara apa yang diajarkan Alkitab
dengan apa yang diajarkan oleh semua agama pada umumnya. Pada prinsipnya, semua agama
mengajarkan tentang autosoterisme, yaitu keselamatan berdasarkan usaha manusia sendiri.
Namun berbeda dengan kekristenan yang mengajarkan bahwa di dalam keberdosaannya, manusia
tidak berdaya dan tidak mampu mencari solusi untuk menyelamatkan dirinya. Dosa telah
membuat manusia mengalami kematian rohani [Ef 2:1]. Sehingga ia tidak mampu mencari Allah
selain sepenuhnya bergantung kepada inisiatif Allah yang mencari dan menemukan dirinya yang
telah terhilang di dalam kegelapan dosa [Mzm 14:2; Rm 3:11; Luk 19:10; Kej 3:8-9]. Hal ini menegaskan
bahwa keselamatan bergantung sepenuhnya kepada kehendak dan karya Allah sendiri. Dan Allah
menetapkan jalan keselamatan satu-satunya hanya di dalam Yesus Kristus—Solus Christus [Yoh 14:6;

Kis 4:12].

31 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Tidak ada jalan lain bagaimana seseorang bisa mencapai kehidupan kekal selain melalui Yesus.
Perbuatan baik sebagaimana yang ditekankan di dalam pengajaran setiap agama, tidak dapat
memenuhi standar pemenuhan keselamatan. Alkitab mengatakan dengan sangat jelas bahwa
jalan keselamatan dan penebusan/pengampunan dosa hanya ada dalam Yesus Kristus. Dengan
kematian-Nya, Kristus telah menggenapkan tuntutan keadilan Allah [Bapa] atas dosa manusia. Kita
yang seharusnya menerima hukuman karena dosa kita, semua hukuman itu telah ditanggung
sepenuhnya oleh Kristus di atas Kalvari. Jadi, kematian Kristus bertujuan sebagai penebusan dosa
[Mat 20:28; Ef 1:7]. Ia yang tidak berdosa, menanggung semua dosa setiap orang yang menaruh iman
kepada-Nya [Rm 3:24]. Dan di sisi lain, kebenaran Kristus diperhitungkan [imputasi] kepadanya,
sehingga ia diterima sebagai orang benar di hadapan Allah [2 Kor 5:21].

C. DISELAMATKAN OLEH ANUGERAH MELALUI IMAN
Keselamatan yang Alkitab ajarkan adalah keselamatan yang semata-mata berdasarkan karya Allah.
Tidak ada andil kita sedikit pun yang membuat kita dapat diampuni, berkenan kepada Allah dan
terlepas dari penghukuman Allah. Pengampunan dan keselamatan yang kita dapatkan hanya

berdasarkan anugerah Allah (sola gratia)—tidak ada cara lain. Keselamatan tidak didasarkan pada
akumulasi kebaikan dan legalisme melakuan ritus keagamaan, tetapi didasarkan pada iman kepada
Yesus Kristus [Rm 3:23-28; 5:1-2; 2 Tim 3:15; Gal 2:16]. Melalui imanlah, karya keselamatan yang
dikerjakan secara sempurna oleh Kristus di Kalvari
diperhitungkan kepada kita [Rm 4:23-25]. Dengan demikian, “Iman sebagai sebuah instrument yang
orang berdosa diselamatkan bukan karena imannya, tetapi pantas…untuk menerima karunia kebenaran
oleh iman yang membuat dirinya terhubung dengan dan
Allah di dalam Kristus”

J.I Packer

menerima karya keselamatan di dalam Kristus. Dan iman
yang menyelamatkan itu sendiri tidak tumbuh secara alamiah sebagai buah dari tekad manusia,
tetapi karunia Allah, yang Roh Kudus tanamkan dalam hati kita [Ef 2:8; 1 Kor 12:9; Flp 1:29]. Dengan
demikian, keselamatan sepenuhnya mutlak karena pekerjaan Allah yang didasarkan anugerah-
Nya.

D. PERBUATAN BAIK ADALAH BUAH KESELAMATAN
Meskipun perbuatan baik tidak memberi andil bagi keselamatan kita [Ef 2:8], tidak berarti kita tidak

perlu melakukan kebaikan. Perbuatan baik harus ada dalam kehidupan setiap orang Kristen bukan
sebagai dasar keselamatan melainkan sebagai buah atau
konsekuensi logis dari keselamatan [Rm 12:1-2; Yak 2:14-26; Ef 2:10].
“Perbuatan baik kita bukan dasar dari Perbuatan baik seharusnya menjadi kesaksian yang ampuh untuk
keselamatan kita, tetapi bukti dari

keselamatan kita. Perbuatan baik bukan menunjukkan bahwa keselamatan telah menjadi bagian dalam
fondasi tetapi demonstrasi.” hidupnya dan menjadi magnet untuk menarik orang datang
memuliakan Allah [Mat 5:16; Yoh 15:8; 1 Kor 10:31].
John Piper

E. LAHIR BARU DAN PERTOBATAN
Permulaan pengalaman seseorang menjadi anak Allah atau murid Yesus Kristus selalu dan harus
dimulai dengan lahir baru dan pertobatan. Berdasarkan pengalaman, keduanya terjadi secara
bersamaan/simultan, dan keduanya tidak dapat dipisahkan.

32 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

• Lahir-baru
Lahir baru merupakan bagian penting dalam konsepsi keselamatan seperti yang diajarkan dalam
Alkitab. Yesus Kristus berkata: “. . .sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali (lahir-baru),
ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah [Yoh 3:3]. Artinya ialah bahwa keselamatan tidak dapat
dipisahkan dari lahir baru. Tentu saja, yang dimaksud lahir baru disini bukan sekedar perubahan
tekad moral seseorang yang didasarkan atas kemauannya sendiri. Tetapi lebih daripada itu. Alkitab
mengajarkan dengan jelas bahwa manusia telah mengalami kerusakan total. Akibatnya, tanpa
inisiatif dan tindakan Roh Kudus manusia tidak mungkin dapat dan mau menanggapi kebenaran
dan anugerah Allah, atau menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang berdosa dan patut
menerima hukuman [Yer 17:9; Yoh 3:19; Rom 8:8; 1 Kor 2:14; Ef 2:1]. Karena itu, agar seseorang dapat
mengerti tentang kebenaran Allah dan mau menanggapi anugerah Allah, ia perlu dicelikkan oleh
pekerjaan Roh Kudus. Dengan demikian, ia akan mengerti kebenaran Allah, menginsafi akan
keberdosaannya dan hukuman Allah, serta rindu untuk hidup yang berkenan kepada Allah. Inilah
yang dimaksud dengan lahir baru.

Dalam percakapannya dengan Nikodemus, Yesus mengajarkan soal lahir baru dengan gamblang.
Ia mengatakan “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat
Kerajaan Allah” [ay.3]. Ungkapan “dilahirkan kembali”atau “dilahirkan baru,”dalam teks Yunaninya
menggunakan istilahgenethe anothen, yang secara hurufiah diterjemahkan “dilahirkan atau
diperanakkan dari atas.” Namun, menurut konteksnya, dan berdasarkan tanggapan Nikodemus
dalam ayat 4: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia
masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan kembali (lagi)?” Kata anothen lebih tepat
diterjemahkan “baru”atau “kembali.” Baik diterjemahkan dilahirkan-baruataudilahirkan-kembali,
hal ini tidak menjadi masalah. Keduanya mempunyai pengertian yang saling melengkapi. Keduanya
berarti kelahiran dari atas, yang didasarkan pada inisiatif dan tindakan Allah sebagai subjek yang
melahirbarukan. Dan peristiwa lahir baru terjadi hanya satu kali dan berlaku untuk selamanya.

Seseorang tidak dapat melahirbarukan dirinya sendiri agar Dalam ayat 5, Yesus Kristus berkata: “Aku berkata
dapat masuk Kerajaan Allah, melainkan harus dilahirbarukan kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan

oleh Roh Kudus oleh karena kasih karunia-Nya dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan

Allah.” Kata “mu”dalam teks Yunani bukan berbentuk
tunggal (yaitu: engkau), melainkan berbentuk jamak.
Jadi, perkataan Kristus ini tidak hanya ditujukan secara ekslusif kepada Nikodemus saja, tetapi juga
kepada orang lain.

Apakah pengertian dari kata “air” di sini? Berdasarkan penyelidikan terhadap literatur
rabinik/Yahudi, kata “air” di sini dapat berarti “prokreasi.”Dalam hal ini kata “air”dimengerti
sebagai “benih.” Maka ada kemungkinan, pengertian airdi sini adalah benih atau kelahiran yang
supranatural. Pengertian ini sesuai dengan pernyataan dalam 1 Yoh 3:9 bahwa seorang yang
mengalami kelahiran dari Allah [lahir baru], pada dirinya terdapat “benih ilahi.” Air juga dapat
bermakna sebagai simbol penyucian batiniah [bdk Yeh 36:25]. Kata Roh di sini menunjukkan subyek
Roh Kudus sebagai pelaku kelahiran baru. Dapat disimpulkan, pengertian dilahirkan dari air dan
Roh di sini adalah dilahirkan dari benih ilahi [kelahiran yang supranatural] yang dikerjakan oleh Roh
Kudus.

33 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Dalam ayat 6, Yesus Kristus berkata: “Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging, dan apa yang
dilahirkan dari Roh adalah Roh.” Kata “daging” dalam PB, khususnya dalam surat-surat Rasul
Paulus, umumnya dimengerti sebagai natur manusia yang diperbudak/dibelenggu oleh dosa.
Dalam surat-surat Rasul Yohanes, kata “daging” pada umumnya dimengerti sebagai kelemahan
atau ketidakberdayaan diri manusia.
Apa yang dimaksud Yesus dari perkataan-Nya adalah bahwa apa yang dilahirkan secara jasmaniah
adalah tetap sebagai natur manusia yang diperbudak/dibelenggu oleh dosa. Namun apa yang
dilahirkan oleh tindakan Roh Kudus adalah manusia baru yang lahir dari benih ilahi/supranatural.
Ajaran tentang lahir baru ini tidak hanya terdapat dalam Injil Yohanes, tetapi juga di seluruh PB,
sekalipun istilah yang dipakai berbeda-beda [bdk. Gal 6:14-15; 2 Kor 5:17; Tit 3:5; Yak 1:18; 1 Pet 1:3-5; 2:2-
3; 1 Yoh 2:29; 3:9; 4:7]. Berdasarkan penyelidikan Alkitab tentang lahir baru, dapat disimpulkan bahwa
lahir baru adalah suatu perubahan yang radikal dari kematian rohani pada hidup secara rohani.
Semua ini sepenuhnya dilakukan oleh Roh Kudus, sedangkan manusia bertindak pasif. Lahir baru
bukan merupakan hasil kerjasama antara kehendak/kemampuan manusia dengan
kehendak/kemampuan Allah, melainkan seluruhnya merupakan kehendak dan pekerjaan Allah.
• Pertobatan
Pertobatan merupakan pengalaman rohani yang terjadi bersamaan dengan lahir baru. Untuk
memahami tentang pertobatan, kita perlu membedakan dua pengertian tentang pertobatan.
Dalam bahasa Inggris dikenal dua kata yaitu conversion dan repentance. Keduanya berarti
pertobatan.
Pertobatan dalam pengertian konversi adalah respon terhadap berita Injil dan tindakan yang sadar
dari seseorang yang telah mengalami lahir baru terhadap panggilan Allah. Orang tersebut
sungguh-sungguh menyadari keberdosaannya, sehingga menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat bagi pengampunan dosanya dengan beriman kepada-Nya. Ia meninggalkan
kehidupan dosanya dan hidup memperkenankan hati Tuhan [Kis 11:18; 15:3, 19; 1 Tes 1:9]. Pertobatan
dalam pengertian konversi ini terjadi seumur hidup hanya satu kali.
Pertobatan dalam pengertian repentance adalah perubahan dalam sikap hidup, tingkah laku,
karakter atau kebiasaan yang buruk/dosa, hidup yang tidak berkenan atau tidak memuliakan Allah
[2 Kor 7:10]. Seseorang yang sudah bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat
[conversion], bukanlah manusia yang sempurna tanpa kekurangan dan kelemahan. Ia masih memiliki
kekurangan atau kebiasaan buruk yang harus ia tinggalkan. Ia masih memiliki kelemahan, sehingga
ia bisa hidup jauh dari Tuhan, jatuh dalam dosa atau membuat dirinya mempertahankan kebiasaan
buruknya. Untuk itu, ia perlu bertobat [repentance] dengan meninggalkan dan membuang segala
sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah. Pertobatan semacam ini harus terus berlangsung dalam
kehidupan setiap orang Kristen.

34 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

CONVERSION REPENTANCE

• Sudahkah Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadi dalam hidup Anda?
• Lagu Amazing Grace (Sangat Besar AnugerahNya) menyaksikan bagaimana anugerah keselamatan di dalam

Kristus sanggup mengubah kehidupan yang kelam dan tak berpengharapan oleh karena dosa menjadi indah dan
bermakna. Disinilah letak keindahan dan kedahsyatan dari anugerah Allah seperti yang dialami oleh John
Newton, sang penggubah lagu tersebut! Sejauh mana anugerah keselamatan di dalam Tuhan Yesus itu dialami
dan berdampak dalam kehidupan Anda secara nyata?

• Permulaan pengalaman seseorang menjadi anak Allah atau murid Kristus selalu dan harus dimulai dengan lahir
baru dan pertobatan. Bagaimanakah pengalaman Anda mengenai kedua hal ini? (Ceritakan secara singkat).

LOOK Yakin Tidak Yakin
Yakin Tidak Yakin
A. Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri Yakin Tidak Yakin
Yakin Tidak Yakin
B. Yesus Kristus satu-satunya jalan keselamatan

C. Seseorang diselamatkan oleh anugerah melalui iman

D. Perbuatan baik adalah buah keselamatan

*Lingkarilah yang Anda yakini!

TOOK

Tuliskanlah pengalaman lahir baru dan pertobatannya dalam selembar kertas. Lalu lembar yang
telah terisi harus diserahkan kepada pengajar untuk dibaca apakah peserta benar-benar telah
mengalami lahir baru dan bertobat. Jika ada yang diragukan, harus difollow up secara pribadi.

35 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 6

ROH KUDUS DAN PERANANNYA

Mengajarkan tentang jati diri Roh Kudus dan perananNya yang penting dalam pelbagai
konteks.

HOOK

Tayangkan video tentang peristiwa Pentakosta [Kis 2:1-21]. Mintalah peserta untuk membayangkan,
jika Anda di situ, reaksi seperti apa yang akan Anda tunjukkan? Bingung/Kaget/Kagum/ dsbnya?
Bayangkan jika Petrus tidak menjelaskan [Kis 2:14-21], apakah Anda akan memahami bahwa
peristiwa tersebut adalah peristiwa pencurahan Roh Kudus atas semua orang [ay. 17]?

BOOK

A. ROH KUDUS SEBAGAI PRIBADI
Roh Kudus adalah Oknum dari Allah Tritunggal. Karena adanya kesulitan dalam memahami Allah
Tritunggal, Roh Kudus seringkali dipahami hanya sebagai kuasa atau kekuatan Allah, bukan sebagai
satu pribadi. Kata “roh” dalam bahasa Ibrani ruakh dan bahasa Yunani pneuma memang dapat
berarti: “nafas,” “angin,” “kekuatan,” “daya hidup,” atau “roh.” Tetapi apabila kata ini dikenakan
pada Roh Kudus, Roh Allah, Roh Tuhan, kata ini tidak mengacu pada suatu kekuatan, kuasa atau
daya hidup yang dipersonifikasikan, tetapi mengacu pada suatu pribadi atau oknum [Kej 1:2; Yes

63:10; 11:2-3].

Dalam PB terdapat banyak petunjuk yang sangat jelas yang menyatakan Roh Kudus sebagai satu
pribadi:
a. Roh Kudus disebut Penolong [Yoh 14:16; 15:26].
b. Roh Kudus mengajar dan memimpin pada kebenaran [Yoh 14:26; 16:13].
c. Roh Kudus menyaksikan [Yoh 15:26].
d. Roh Kudus berkata [Kis 13:2; Why 2:7].
e. Roh Kudus mempunyai inisiatif, kehendak dan mengerjakan [Kis 13:2; 16:6-7; 1 Kor 12:11].
f. Roh Kudus membantu dan sebagai perantara doa [Rm 8:26-27].
g. Roh Kudus bisa dihujat, didustai, atau didukakan [Luk 12:10; Kis 5:1-6; Ef 4:30,31].
PB juga mengungkapkan dengan jelas bahwa Roh Kudus juga adalah Allah, karena hal-hal berikut:
a. Roh Kudus mempunyai atribut kekekalan [Ibr 9:14].
b. Roh Kudus mempunyai atribut maha tahu [1 Kor 2:10-11].
c. Roh Kudus setara dan identik dengan Allah [Mat 28:19; Kis 5:1-6; 1 Kor 12:4-6; 2 Kor 13:13].

36 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

C. PERANAN ROH KUDUS
Setelah Yesus Kristus menggenapkan karya keselamatan-Nya dan naik ke surga, umat percaya
tidak ditinggalkan sendiri. Allah Bapa dan Allah Anak mengutus Allah Roh Kudus ke dalam dunia
untuk menopang, memimpin, menolong dan senantiasa hadir dalam kehidupan umat percaya,
baik secara komunal maupun secara individual. Apakah peranan Roh Kudus dalam kehidupan umat
percaya? Peranan-Nya dapat dikategorikan sebagai berikut:

•Dalam proses terbentuknya Alkitab.
Roh Kudus menginspirasikan penulisan Alkitab [2 Tim 1:21]. Ia juga memimpin para rasul pada
kebenaran [Yoh 16:13]. Dalam pemeliharaan-Nya, Ia memimpin dalam proses penyalinan kitab-kitab
Suci hingga proses pengumpulan [kanonisasi] Alkitab.

•Dalam karya keselamatan
Roh Kudus bersaksi tentang Kristus [Yoh 15:26; 1 Kor 12:3]; menginsafkan/menyadarkan manusia akan
dosa [Yoh 16:8-11; Kis 7:51] dan mengakibatkan kelahiran baru/pertobatan [Yoh 3:5-6; Tit 3:5]. Roh Kudus
juga menguduskan/memperbaharui hidup orang percaya [1 Kor 6:11; 2 Tes 2:13; 1 Pet 1:2].

•Dalam kehidupan orang-orang percaya
Setelah seseorang lahir baru/bertobat, kehidupannya selalu disertai Roh Kudus. Karena Roh Kudus
diam di dalam setiap diri orang percaya secara permanen [Rm 8:9; 1 Kor 3:16]. Dikaruniakannya Roh
Kudus dalam diri orang yang percaya dan menerima Yesus seringkali disebut dengan “dibaptis
dengan Roh Kudus” [1 Kor 12:13; Kis 1:5; 11:17]. Dan Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita itu akan
terus memperbaharui kita hari demi hari [Tit 3:5], supaya kita semakin bertumbuh secara rohani
dan menghasilkan buah Roh Kudus.

Salah satu tanda dari orang yang telah lahir baru adalah menghasilkan buah Roh Kudus. Adapun
sifat-sifat yang terkandung dalam buah Roh Kudus adalah kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri [Gal 5:22-23].
Adalah keliru bila ada yang menganggap bahwa buah Roh itu berjumlah sembilan. Yang benar
adalah buah Roh Kudus itu satu, tetapi memiliki sembilan sifat. Buah Roh Kudus tidak seperti
karunia-karunia Roh Kudus yang berjumlah banyak dan beragam. Dalam kenyataannya, memang
ada orang Kristen yang lebih bertumbuh dalam sifat-sifat tertentu, namun kurang dalam hal sifat-
sifat lainnya. Tugas orang Kristen adalah mewujudkan sifat-sifat dari buah Roh Kudus itu dalam
kehidupannya. Buah Roh yang dihasilkan sekaligus merupakan tanda kesejatian orang Kristen [Mat

7: 16, 20].

Roh Kudus juga memimpin kehidupan kita. Pimpinan Roh Kudus di sini jangan diartikan sepertinya
kita adalah robot. Roh Kudus senantiasa memimpin kita dalam kebebasan kita [untuk taat atau tidak
taat pada pimpinan-Nya]. Pimpinan Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang percaya juga tidak harus
diartikan secara dramatis atau luar biasa, seperti pimpinan Roh Kudus atas diri Filipus [Kis 8:29] atau
atas diri Petrus [Kis 10:19-20; 11:12]. Roh Kudus lebih banyak menyatakan pimpinan-Nya dalam
kehidupan kita sehari-hari agar kita hidup dalam kebenaran, kesucian, berkenan kepada Allah, dan
hidup selaras dengan firman-Nya [Rm 8:14; Gal 5:18; Ef 5:17, 18]. Alkitab menyebut pula hidup dipimpin
oleh Roh dengan istilah “hidup dipenuhi” atau “penuh dengan” Roh Kudus [Ef 5:18; bdk Luk 4:1; Kis

37 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

6:1-7; 7:55; 11:24]. Orang Kristen harus senantiasa di penuhi oleh Roh Kudus, supaya ia dapat hidup
berkenan kepada Tuhan. Bertolak belakang dengan sikap mendukakan atau memadamkan Roh
Kudus, [Ef 4:30,31; 1 Tes 5:19]. Hidupnya ada dalam ketidaktaatan terhadap pimpinan Roh Kudus yang
membuahkan kehidupan yang tidak berkenan kepada Tuhan. Kepenuhan Roh adalah untuk
kemuliaan Allah, yang diwujukan melalui ketaatan terhadap firman Allah, keberanian
memberitakan Injil, senantiasa mengucap syukur, antusias dalam melayani, menghasilkan
keteladanan hidup secara moral.

Bagaimana kita dapat mengetahui pimpinan Roh Kudus atas hidup kita? Roh Kudus selalu memberi
pimpinan yang sesuai dengan firman Tuhan, yang tidak pernah bertentangan dengan firman Allah.
Ia akan selalu memimpin kita pada kebenaran. Roh Kudus juga dapat memimpin orang percaya
melalui hati nurani, teguran, khotbah atau nasihat dari rohaniwan atau teman.

•Dalam pelayanan dan pembangunan jemaat.
Karunia Roh Kudus adalah kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus atas orang percaya. Di
dalam pengertian ini terkandung tujuan dari pemberian karunia Roh Kudus ialah untuk pelayanan
dan pembangunan tubuh Kristus sampai Kristus datang kembali kedua kalinya [1 Kor 1: 7; Ef 4: 12].

Ada enam bagian Alkitab yang mendaftarkan karunia-karunia Roh Kudus [1 Kor 12: 28; 12: 8-10; Ef 4:
11; Rm 12: 6-8; 1 Pet 4: 11]. Daftar-daftar ini mencantumkan karunia-karunia yang berbeda-beda,
meskipun ada yang serupa. Ada kemungkinan Paulus dan Petrus tidak bermaksud membuat daftar
tentang karunia yang lengkap, namun ingin menunjukkan bahwa Allah memberikan rupa-rupa
karunia dengan berbagai tujuan pula. Gereja yang sehat ditandai dengan keberagaman karunia.

Dalam hal karunia Roh Kudus, tidak boleh ada anggapan bahwa karunia tertentu lebih baik atau
lebih unggul daripada yang lainnya. Orang percaya harus menghargai karunia yang diterimanya
dan sekaligus menghargai karunia orang lain juga. Jadi, adalah keliru bila ada yang mengatakan
bahwa setiap orang percaya harus memiliki karunia-karunia tertentu, misalnya karunia berbahasa
lidah. Apakah karunia Roh Kudus bersifat temporer atau permanen? Perumpamaan Paulus
tentang anggota tubuh memberikan kesan yang kuat bahwa karunia itu bersifat permanen [1 Kor
12: 12-26]. Selain itu, Paulus juga menyebut karunia dengan sebutan jabatan, yang menggambarkan
fungsi yang kontinu, seperti nabi, pengajar [1 Kor 12:29], dan pemberita Injil [Ef 4:11]. Namun
demikian, ada pengecualian bahwa karunia tertentu mungkin saja bersifat temporer, misalnya
karunia menyembuhkan. Karunia ini bersifat temporer karena memang hanya pada saat-saat
tertentu dibutuhkan, misalnya dalam kasus Stefanus [Kis 7:55]. Sifat temporer ini juga dapat terjadi
bila orang percaya mengabaikan karunia yang telah diberikan oleh Roh Kudus [1 Tim 4:14].
Pemahaman ini selaras dengan sifat dasar dari karunia itu sendiri, yaitu pemberian Roh Kudus. Roh
Kudus akan memberikan karunia-Nya sesuai dengan kehendak-Nya [1 Kor 12:11].

Perlu dipahami pula bahwa karunia adalah alat pelayanan, tapi tidak berhubungan dengan
kedewasaan rohani. Roh Kudus memberikan karunia kepada setiap orang percaya pada tingkat
kerohanian apapun, termasuk mereka yang kerohaniannya masih kanak-kanak [1 Kor 3:1]. Jadi,
jelaslah bahwa karunia tidak menandakan kedewasaan rohani seseorang. Dengan demikian, kita

38 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

tidak dapat mengukur kedewasaan rohani seseorang berdasarkan manifestasi karunia yang
dimilikinya.
Dalam hal ini kita perlu berhati-hati, karena kita perlu menyadari bahwa karunia-karunia yang
supranatural adalah karunia-karunia yang sangat khusus dan tidak semua orang diberi oleh Roh
Kudus karunia-karunia yang demikian.
•Dalam karya penciptaan
Dalam karya penciptaan, Alkitab menyatakan peranan Roh Kudus sebagai yang melengkapi dan
menopang apa yang Allah Bapa dan Allah Anak telah kerjakan [Kej 1:2]. Roh Kudus memberi
kehidupan atas ciptaan [Mzm 104:30].

• Siapakah Roh Kudus yang Anda ketahui atau kenal selama ini?
• Sebutkan peranan Roh Kudus yang mana yang secara langsung Anda rasakan atau alami!
• Apa perbedaan dan fungsi antara buah Roh dengan Karunia Roh dalam kehidupan orang percaya?

LOOK

Temukanlah keunikan peran Roh Kudus dalam diskusi kelompok

BAPA

KEUNIKANNYA:

______________________________________________________________

ANAK ROH KUDUS

TOOK

Salah satu peran Roh Kudus yang penting adalah memberikan karunia-karunia rohani kepada
setiap orang percaya untuk dijadikan alat agar dapat melayani dengan efektif. Apakah Anda
memiliki kerinduan untuk melayani sesuai karunia? Ceritakanlah kepada peserta yang duduk di
sebelah Anda! Sebelum bubar, bagikanlah file yang berisi tentang langkah-langkah konkret untuk
mengenali karunia rohani untuk dicoba diterapkan, sbb:
[1] Mengenal karunia-karunia rohani dengan mempelajari bagian firman Tuhan yang berbicara

mengenai karunia-karunia rohani, seperti Roma 12:3-8, 1 Korintus 12:8-11; Efesus 4:10-12, 1
Petrus 4:11.
[2] Mengikuti tes deteksi karunia rohani.

39 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

[3] Meminta konfirmasi dari orang-orang terdekat atau rohaniawan.
[4] Menjalin hubungan dengan Tuhan lebih intim. Sebab Dia-lah yg paling tahu, karunia rohani

apa yg ada pada kita.
[5] Pekalah dengan kemampuan kita sendiri. Pikirkanlah tentang cara-cara Tuhan memakai kita

sekarang. Manakah di antara hal-hal itu yang paling menonjol.
[6] Terlibat dalam banyak pelayanan. Tidaklah mungkin mengenali karunia rohaninya dgn hanya

berdiam diri saja dan merenung. Tidak ada salahnya kita mencoba berbagai pelayanan.
Dapatkan sebanyak mungkin pengalaman di berbagai bidang pelayanan yang bisa kita
lakukan, setidaknya hal itu akan membuat semakin jelas di dalam memperoleh gambaran
karunia apa yang ada pada kita melalui hasil dari pelayanan yang kita lakukan.

40 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 7

HAKIKAT GEREJA

Menjelaskan tentang hakekat gereja berdasarkan kiasan dan karakterisitiknya dalam rangka
memenuhi tugas dan panggilannya dalam diri orang Kristen.

HOOK
Siapkanlah sebuah boardgame berupa slide yang ditayangkan dalam bentuk powerpoint. Selama
ini Anda memahami gereja sebagai:
Gereja Pompa Bensin

Gereja Bioskop

Gereja Toko Obat

Gereja Sekolah

Gereja Agen Produk Murah

Gereja Mode

Gereja _____________________

Gereja yang ditunjuk ditandai dengan inisial nama pesertanya. Setelah semua nama inisial peserta
tercantum di layar powerpoint mintalah setiap peserta menceritakan, mengapa pemahamannya
seperti itu!

BOOK

A. PENGERTIAN GEREJA
Banyak orang salah mengerti dalam memaknai hakikat Gereja yang sesungguhnya. Mereka
memahami gereja sebagai bangunan atau denominasi [aliran atau organisasi gereja]. Pengertian yang
demikian adalah salah. Gereja bukanlah bangunan fisik atau gedung; juga bukan suatu denominasi
atau organisasi. Sebenarnya gereja adalah komunitas umat Allah [semua orang percaya yang telah
ditebus oleh darah Yesus Kristus] dari seluruh abad dan tempat. Gereja pada hakikatnya adalah
manusianya, bukan gedung atau organisasinya. Pengertian ini selaras dengan kata Yunani
κυριακός, kuriakos [arti: kepunyaan Tuhan], dan kata inilah yang menjadi asal-usul dari kata Church
(Inggris), Kirche (Jerman), atau Kerk (Belanda).

Kata “gereja” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Portugis igreja, yang artinya sama
dengan kata-kata di atas. Dalam PB kata yang dipakai untuk “gereja” adalah ἐκκλησία, ekklesia
[berasal dari ek = keluar dan kaleo = memanggil]. Padanan kata untuk ekklesia dalam PL adalah qahal, yang
mengandung makna umat Allah [Ul 4:10 bdk. Kis 7:38; Mzm 22:22 bdk. Ibr 2:12].

41 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

B. UNGKAPAN DAN KIASAN UNTUK GEREJA.
Dalam Alkitab terdapat banyak ungkapan dan kiasan yang dipakai untuk menggambarkan Gereja:

•Tubuh Kristus |Ef 1:22-23|
Kiasan ini dipakai untuk menggambarkan bahwa gereja, baik secara universal maupun lokal,
merupakan komunitas orang-orang percaya yang tidak terpisahkan dengan Kristus sebagai Kepala
Gereja [Ef 1:10; Kol 1:18]. Jadi, sekalipun ada banyak orang percaya, yang berasal dari berbagai suku,
bangsa dan denominasi, semuanya merupakan satu kesatuan, yaitu tubuh Kristus [1 Kor 12:12-13].
Gereja sebagai tubuh memperlihatkan kesatuan dan keberagaman.

• Umat Allah |2 Kor 6:16; 1 Pet 2:9|
Ungkapan ini menekankan bahwa gereja merupakan umat kepunyaan Allah yang didasarkan atas
pemilihan dan inisiatif Allah. Gereja merupakan umat atau komunitas yang ditebus dalam Yesus
Kristus sehingga menjadi umat kepunyaan Allah.

• Bait Roh Kudus |1 Kor 3:16-17; Ef 2:21; 1 Pet 2:5|
Kiasan ini menunjukkan bahwa gereja, baik dalam diri setiap pribadi maupun dalam keseluruhan
komunitas didiami oleh Roh Kudus. Gereja digambarkan sebagai bait Roh Kudus karena Roh Kudus
memberi kehidupan dalam gereja itu sendiri. Roh Kudus memberi kuasa dan kekuatan kepada
gereja, sehingga gereja dapat bertahan, berbuah dan memberi dampak bagi pertumbuhan
individu-individu dan komunitas gereja itu sendiri.

•Mempelai perempuan Kristus |Ef 5:22-33|
Kiasan ini menggambarkan betapa eratnya hubungan antara Kristus dan umat-Nya. Kiasan ini juga
menekankan keharusan adanya kesucian dan kesetiaan gereja kepada Tuhannya hingga
kedatangan Kristus kedua kali dan penggenapan keselamatannya.

•Yerusalem baru atau Yerusalem sorgawi |Why 20|
Dalam kitab Wahyu, gereja digambarkan sebagai pengganti Yerusalem lama, yaitu Israel yang telah
menolak Tuhan. Gereja digambarkan sebagai Yerusalem karena sebagaimana dalam PL Yerusalem
sebagai pusat penyembahan dan ibadah kepada Allah, demikian juga gereja. Namun julukan untuk
gereja adalah Yerusalem baru atau Yerusalem surgawi, karena Yerusalem lama telah menolak
Tuhan.

Pengertian yang demikian sama dengan pengertian Israel lama dan Israel baru. Israel lama [umat
Israel yang lama] telah gagal dalam menaati perjanjian dengan Allah. Kini Allah telah mengadakan
perjanjian baru dan mewujudkan umat-Nya yang baru juga—Israel baru, yaitu Gereja [Yer 31:31-34].

•Keluarga Allah |Ef 2:19; 1 Tim 3:15|
Kiasan ini menggambarkan bahwa gereja bukan sekadar komunitas organisatoris, melainkan
komunitas yang organis. Komunitas persaudaraannya diikat oleh kasih Kristus. Setiap pribadi di
dalamnya adalah anak-anak Allah, di mana satu pribadi dengan yang lainnya merupakan saudara-
saudara seiman. Karena itu kasih, kepedulian, saling menolong, kesehatian harus ada dalam
kehidupan komunitas umat Tuhan.

42 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

•Tiang penopang dan dasar keselamatan |1 Tim 3:15|
Dengan ungkapan ini Rasul Paulus menekankan bahwa gereja mempunyai peranan sebagai
penegak, pengajar dan pembela kebenaran Firman Allah dan berita Injil.

C. KARAKTERISTIK GEREJA YANG FUNDAMENTAL
Sebagai komunitas dan umat Allah yang Allah wujudkan di muka bumi ini, gereja pada dirinya
[secara natur atau intrinsik] mempunyai karakteristik yang fundamental, yang tidak dapat dipisahkan
dan harus ada dalam kehidupan Gereja:

• Keesaan |Ef 4:1-6|
Sekalipun komunitas orang-orang percaya terdiri dari berbagai bangsa, etnis dan budaya, tetapi
pada dasarnya merupakan satu kesatuan komunitas, yaitu umat Allah. Dan sekalipun secara
organisatoris gereja terdiri dari berbagai denominasi, tetapi secara teologis (di hadapan Allah)
gereja merupakan satu tubuh Kristus, yaitu satu kesatuan umat Allah. Gereja memiliki karakteristik
ini karena seluruh komunitas orang percaya memiliki satu Allah/Bapa, satu Tuhan/Juruselamat,
satu Roh Kudus, satu panggilan, satu pengharapan, satu iman dan satu baptisan.

• Kekudusan |1 Pet 1:15,16|
Sesuai dengan panggilan Allah dan penebusan Yesus Kristus, gereja dan setiap pribadi di dalamnya
harus memiliki karakteristik kekudusan. Kekudusan Gereja bukan kekudusan yang berdasarkan
legalisme [misalnya tentang makan dan minum], juga bukan berdasarkan pengisolasian diri atau cara
hidup yang eksklusif, melainkan berdasarkan kehidupan gereja yang tidak tercemar oleh dosa dan
kebobrokan dunia, di mana gereja hidup ditengah-tengahnya. Gereja dipanggil bukan untuk
mengisolir diri dari dunia [eskapisme] dan juga bersikap kompromi dengan dunia, sebab jika
demikian gereja tidak bisa memberi dampak dan kehilangan fungsi serta identitasnya. Gereja
dipanggil untuk menjadi umat yang kudus dan untuk berfungsi sebagai garam dan terang di
tengah-tengah dunia yang cemar ini.

•Am/katolik/universal |1 Kor 1:2|
Sebagai umat Allah, gereja tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Maksudnya, ia tidak dipisahkan
oleh tempat, letak geografis, perbedaan masa dan berlangsungnya waktu, bahkan ia tidak
dipisahkan dari budaya, suku dan bangsa. Karena semua manusia di muka bumi ini—yang pernah
hidup dulu, sekarang dan yang akan datang, yang percaya dan ditebus dalam Yesus Kristus
merupakan umat Allah. Oleh sebab itu, umat Allah bersifat am/katolik/ universal.

•Apostolik/rasuli |Ef 2:20|
Gereja berdiri di atas pengajaran para rasul, yang bersumber dari Yesus Kristus dan dari PL
[Pengakuan para rasul terhadap PL] serta berdasarkan pimpinan Roh Kudus dan otoritas dari Allah.
Pengajaran-pengajaran para rasul tersebut tertuang dalam Alkitab. Jelaslah bahwa gereja berdiri
di atas pengajaran Alkitab.

D. TUGAS DAN PANGGILAN GEREJA
Sebagai suatu umat yang Allah panggil dan Allah selamatkan dalam Yesus Kristus, Gereja
mempunyai tugas, panggilan atau tanggung jawabnya.

43 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

•Beribadah kepada Allah dan melayani Allah (lateria)
Gereja dipanggil untuk kembali pada hubungan yang semula dengan Allah, dimana Allah adalah
Pencipta dan satu-satunya Allah yang patut disembah oleh ciptaan-Nya. Ibadah atau kebaktian
yang kita lakukan setiap hari minggu merupakan ibadah formal, yang dilakukan secara kolektif
dengan orang-orang percaya. Dalam komunitas orang-orang percaya kita memuji dan melakukan
penyembahan kepada Allah [Ef 1:12; Kol 3:16]. Namun demikian, perlu dipahami bahwa ibadah yang
demikian hanya merupakan salah satu wujud atau bentuk ibadah yang harus ada dalam kehidupan
umat Allah. Sesungguhnya ibadah juga berarti melayani. Dalam pengertian yang luas ibadah
mencakup semua perbuatan dan aktivitas yang kita lakukan bagi kemuliaan Allah. Itu sebabnya
perwujudan iman atau kebajikan dalam kehidupan kita merupakan ibadah di hadapan Allah [Yak

1:26-27].

•Bersaksi kepada dunia (marturia)
Pemberitaan Injil atau bersaksi merupakan panggilan dan tanggung jawab gereja baik secara
keseluruhan maupun bagi setiap orang Kristen [Mat 28:19]. Gereja akan kehilangan fungsinya,
jikalau gereja tidak memberitakan Injil. Di samping itu, gereja juga mempunyai tugas untuk
memberitakan kebenaran Firman Allah [2 Tim 4:2].
•Kepedulian dan pelayanan sosial (diakonia)
Misi Yesus Kristus tidak hanya mencakup hal memberitakan Injil Firman Allah dan memberi
pengajaran, tetapi juga mencakup hal memberikan pertolongan kepada mereka yang
membutuhkan, memberi makan kepada mereka yang lapar, dan memberi penyembuhan kepada
mereka yang sakit [Mat 14:13-21; 15:29-31]. Semua ini berlaku juga bagi gereja. Itulah peran gereja
dalam dunia ini. Kepedulian dan pelayanan sosial harus ada dalam kehidupan gereja Tuhan, karena
dengan cara demikianlah kita menyatakan kasih Allah dan kasih kita kepada sesama manusia [2 Kor

8: 4-15].

•Pembinaan bagi umat Allah (didaskalia)
Tugas gereja bukan hanya menginjili, sehingga mereka yang belum percaya menjadi percaya. Lebih
daripada itu, gereja bertanggung jawab atas mereka yang sudah percaya. Gereja bertanggung
jawab untuk mengajar, memberikan bimbingan, penggembalaan dan pembinaan, agar iman dan
kehidupan rohani mereka semakin bertumbuh [1 Tim 4:6; 2 Tim 1:13; Ef 4:11].
•Persekutuan bersama warga Tubuh Kristus (koinonia)
Gereja memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan persekutuan bagi setiap anggota
keluarga Allah [Kis 5:12; Ef 2:19]. Persekutuan mencakup hubungan yang didasarkan pada
pengenalan timbal balik yang saling menyapa, saling membangun, saling mengampuni, saling
melayani, saling mendoakan, sampai semua orang hidup saling mengasihi [1 Ptr 1:22; Ibr 10:24; Ef 4:2].
Persekutuan adalah suatu pertemuan yang mencerahkan, menyegarkan, meneguhkan panggilan
Tuhan, sehingga menimbulkan sikap saling berbagi dalam memelihara kesatuan iman-kasih-
pengharapan menghadapi segala tantangan hidup.

44 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

• Mengapa dikatakan salah apabila gereja dipahami sebagai gedung atau denominasi? Apakah arti gereja yang
sebenarnya?

• Jelaskan tentang bagaimana kekudusan gereja dan setiap pribadi di dalamnya dapat berdampak di tengah-
tengah dunia yang cemar ini!

• Dalam hal tugas dan panggilan gereja, diskusikanlah perbedaan ibadah yang formal dan ibadah yang sejati!

LOOK

Bagikan satu seri kata yang terdiri dari tujuh gambar tentang ungkapan dan kiasan gereja. Mintalah
tiap peserta menunjukkan sebuah kartu berisi gambar, ungkapan dan kiasan gereja yang paling
diingat setelah penjelasan BOOK dan minta peserta untuk menjelaskannya secara ringkas dengan
kata-kata sendiri!

TOOK

Jika seseorang mau bertumbuh, mau tidak mau ia harus terus rajin mengevaluasi diri. Evaluasi
diperuntukkan agar kita tahu kondisi yang sesungguhnya saat ini, pergumulan, dan langkah apa
yang bisa diambil supaya bisa menjadi lebih baik lagi. Melihat tugas panggilan kita sebagai gereja,
apakah kita sudah menjalankan panggilan kita selama ini dan juga telah bertumbuh di dalamnya?

Jadikanlah tabel di bawah berikut panduan untuk kita refleksi dan membuat komitmen:

TUGAS DAN PANGGILAN GEREJA RENCANA ANDA KE DEPAN

Lateria
[Beribadah]

Marturia
[Bersaksi]

Diakonia
[Kepedulian dan Pelayanan social]

Didaskalia
[Pembinaan]

Koinonia
[Persekutuan]

45 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Setelah selesai, akhiri refleksi dengan doa ucapan syukur atas anugerah-Nya yang telah memimpin
kita sebagai gereja dan memohon hikmat serta penyertaan Tuhan di dalam mengatasi kesulitan
kita di dalam tugas dan panggilan serta di dalam kita menghidupi komitmen yang telah kita buat.

46 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

BAB 8

SAKRAMEN KRISTIANI

Mengajarkan bahwa Baptisan dan Perjamuan Kudus adalah dua sakramen yang diperintahkan
Kristus untuk dilakukan orang percaya sepanjang zaman sebagai tanda dan meterai dari
perjanjian Allah dengan umat-Nya

HOOK

Tugaskan peserta pada pertemuan sebelumnya untuk membawa sebuah barang yang
mengingatkan kepada seseorang. Di kelas sharingkan—tunjukkan barangnya dan sebutkan barang
itu mengingatkan siapa. Tanyakan, sepenting apakah ingatan akan orang tersebut?

BOOK

A. PENGERTIAN SAKRAMEN
Ketika Yesus Kristus masih hidup di dunia, Dia pernah memberi perintah kepada murid-murid-Nya
untuk melakukan dua hal di sepanjang zaman sebagai peringatan akan Dia dan kasih-Nya.
Pertama, perintah untuk membaptis. Tuhan Yesus memberikan perintah ini kepada murid-murid-
Nya sewaktu Dia akan naik ke surga dan berpisah dengan murid-murid-Nya [Mat 28:16-20]. Kedua,
perintah untuk mengadakan perjamuan kudus. Tuhan Yesus memberikan perintah ini kepada
murid-murid-Nya sewaktu Dia mengadakan perjamuan malam terakhir. Yesus menyelenggarakan
perjamuan malam untuk merayakan Paskah orang Yahudi dan untuk mengadakan perjamuan
perpisahan, sebelum Ia menggenapkan misi-Nya dengan kematian-Nya di kayu salib [Mat 26:26-29;

Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20; 1 Kor 11:23-25].

Kedua hal ini, yakni baptisan dan perjamuan kudus, disebut “sakramen.” Kata “sakramen” berasal
dari bahasa Latin sacramentum, yang berarti: (1) hal yang kudus, (2) sumpah kesetiaan. Gereja-
gereja reformasi hanya mengakui dua sakramen di atas karena di dalam Alkitab hanya keduanya
yang diperintahkan langsung oleh Tuhan Yesus. Keduanya harus dilakukan untuk mengingat karya
keselamatan-Nya dan meneruskan misi agung-Nya.
Sakramen adalah bentuk komunikasi yang berotoritas dari Tuhan kepada kita. Sakramen mengajar
kita bukan dengan perkataan, tetapi dengan gambaran melalui tindakan. Sakramen adalah firman
Tuhan yang kelihatan. Pengajaran sempurna dari Tuhan adalah melalui firman Tuhan dan
sakramen. Di dalam sakramen, benda material dipakai untuk menunjuk kepada sesuatu yang jauh
lebih besar dan bernilai dibandingkan harga materialnya, yakni berkat-berkat yang muncul dari
perjanjian Allah dengan umat-Nya. Di dalam baptisan, material itu adalah air dan di dalam
perjamuan kudus, materialnya adalah roti dan anggur.

47 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

a. Sakramen Baptisan
1. Apa Makna/Arti Baptisan?

Baptisan bukan sekadar sebuah ritual untuk mengesahkan seseorang menjadi Kristen atau anggota
gereja melainkan memiliki makna teologis dan spiritual mendalam:

•Baptisan adalah pernyataan iman seseorang.
Dengan dibaptis, seseorang secara eksplisit menyatakan di hadapan umum (jemaat) bahwa ia
telah mengalami lahir baru: bertobat dari dosanya, percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai
juruselamat pribadinya. Dengan demikian, baptisan adalah tindakan iman sekaligus kesaksian akan
anugerah keselamatan yang diterima oleh seseorang.

•Baptisan adalah tanda dan meterai perjanjian.
Di dalam Perjanjian Lama, Allah berjanji akan memberkati Abraham dan keturunannya (umat
Tuhan = Israel) dan akan menjadi Allah mereka. Tanda dan meterai dari perjanjian itu adalah sunat
[Kej. 17:10-13]. Gereja adalah umat Allah dalam Perjanjian Baru yang ada berdasarkan karya
penebusan Yesus Kristus dan setiap orang percaya diperhitungkan juga sebagai keturunan
Abraham secara rohani dan turut dalam perjanjian berkat Allah [Gal. 3:26, 29]. Tanda dan meterai
bagi orang percaya di Perjanjian Baru adalah baptisan [Kol 2:11-13, bdk Rm 6:3-4].

•Baptisan adalah ungkapan simbolis dari kematian dan kebangkitan dalam Kristus.
Proses pembaptisan seseorang, baik dengan cara selam maupun percik (dengan baptisan
percik/tuang seakan-akan air di kepala menggenangi dirinya), secara simbolis menunjukkan bahwa
manusia lamanya mati dalam Kristus tetapi manusia barunya dibangkitkan dan hidup oleh Kristus
[Rm 6:1-11]. Baptisan menjadi simbol bahwa orang tersebut telah berubah secara batiniah dan
menjadi ciptaan baru dalam Kristus [2 Kor 5:17].

• Baptisan adalah tanda lahiriah dan simbolis bersatunya seseorang ke dalam komunitas gereja
yang kelihatan. Gereja secara universal menjadikan baptisan sebagai bukti formal bahwa
seseorang telah mengalami lahir baru dan karenanya dipersatukan ke dalam gereja yang
kelihatan [Kis 2:41, 47].

2.Apakah baptisan menyelamatkan?
Bagi gereja-gereja reformasi, baptisan adalah kesaksian dan pernyataan iman seseorang bahwa ia
menerima anugerah Allah, yaitu keselamatan dan penebusan dosa dalam Yesus Kristus. Jadi,
sakramen baptisan itu sendiri tidak menyelamatkan atau memberi pengampunan dosa bagi yang
menerimanya. Allah memberi anugerah keselamatan dan pengampunan berdasarkan iman
seseorang yang sungguh-sungguh akan Yesus Kristus sebagai juruselamat pribadinya.

3.Apakah baptisan merupakan keharusan?
Kalau baptisan tidak menyelamatkan, apakah memang baptisan tetap perlu dilakukan? Tentu saja
perlu! Alasannya antara lain:

•Baptisan merupakan perintah Yesus Kristus [Mat 28:19].

48 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Karena ini merupakan perintah Tuhan, maka baptisan merupakan keharusan. Gereja harus taat
kepada perintah Tuhan, dan seseorang yang sungguh-sungguh sudah percaya kepada Yesus Kristus
harus menaati perintah ini.

•Baptisan merupakan tanda dan bukti dari gereja secara universal [Kis 2:38, 41, 47].
Karena baptisan merupakan tanda dari gereja secara universal, maka komunitas atau denominasi
suatu gereja hanya memiliki satu tanda keanggotaan, yaitu baptisan [Ef 4: 3-6]. Suatu gereja tidak
bisa menerima atau mengakui seseorang sebagai orang Kristen dan sebagai anggotanya, jikalau
orang tersebut belum memberi dirinya untuk dibaptis.

•Baptisan merupakan sakramen yang dengannya iman dinyatakan secara eksplisit dan formal.
Seseorang yang sungguh-sungguh menerima dan percaya kepada Yesus Kristus pasti memberi
dirinya dibaptis, sebagai bukti eksplisit dan formal akan kesungguhan hatinya. Tetapi sebaliknya,
seseorang yang telah dibaptis belum tentu sungguh-sungguh telah percaya dan menerima Yesus
Kristus.

4.Cara Baptisan
Gereja pada umumnya mengenal dua cara baptisan: baptisan selam dan baptisan percik atau
tuang. Masalah mengenai cara baptisan ini merupakan masalah yang sudah berlangsung berabad-
abad, yang sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat. Alkitab sebenarnya tidak memberi
pengajaran secara definitif tentang cara baptisan [bdk Ibr 6:2 LAI, NIV]. Baik baptisan selam maupun
baptisan percik, keduanya merupakan simbol lahiriah, yang melambangkan hal yang sama, yaitu
mati dan bangkit dalam Kristus.
Gereja Protestan/Reformasi berpandangan bahwa baptisan percik sah tetapi tetap menganggap
baptisan selam sebagai baptisan yang sah pula.
b. Sakramen Perjamuan Kudus
Gereja-gereja di sepanjang sejarahnya sependapat bahwa perjamuan kudus adalah ketetapan
Kristus yang harus dilakukan oleh umat Kristiani sepanjang zaman [Luk 22:19; 1 Kor 11:23-26]. Ada tiga
hal berbeda tetapi merupakan satu kesatuan yang perlu dipahami dan dihayati terkait perjamuan
kudus, yakni hakikat roti dan anggur, kehadiran Kristus serta tujuan dan makna perjamuan kudus
itu sendiri.
1. Hakikat roti dan anggur dalam perjamuan kudus.
Pada waktu perjamuan malam bersama murid-murid-Nya, Yesus Kristus mengambil roti,
memecah-mecahkannya dan mengambil cawan berisi anggur. Atas roti dan anggur dalam cawan
itu, Yesus Kristus berkata: “. . . inilah tubuh-Ku. . . inilah darah-Ku. . . “. [Mat 26:26-28].
Gereja-gereja reformasi menafsirkan perkataan Yesus Kristus secara simbolis, bukan hurufiah. Roti
melambangkan tubuh Yesus Kristus yang disalibkan dan anggur melambangkan darah Yesus
Kristus yang dicurahkan di atas kayu salib. Jadi, roti dan anggur dalam perjamuan kudus tetap
adalah roti dan anggur yang sesungguhnya, tidak berubah, tidak juga bertambah atau berkurang

49 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

hakikatnya. Roti dan anggur hanya sebagai simbol dari pengorbanan Kristus, yaitu kematian-Nya
bagi penebusan dosa orang-orang percaya.

Kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus
Bagi gereja-gereja reformasi, kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus adalah aspek yang sangat
ditekankan. Alasannya adalah: (1) Sebagaimana Kristus hadir dalam perjamuan malam dengan
murid-murid-Nya (perjamuan kudus pertama), Dia juga hadir dalam perjamuan kudus selanjutnya,
karena perjamuan kudus yang pertama merupakan contoh bagi perjamuan kudus selanjutnya dan
(2) perjamuan kudus yang pertama merupakan inisiatif Kristus dan diadakan oleh Kristus.

Perjamuan tersebut adalah milik Kristus, dan melalui itu Dia menghubungkan diri-Nya dengan
penuh kehangatan kepada murid-murid-Nya. Sebagaimana Dia pernah hadir dan makan bersama
murid- murid-Nya, demikian juga sekarang Dia mengundang kita sebagai murid-murid-Nya untuk
menikmati persekutuan dengan-Nya dalam perjamuan-Nya, sebuah persekutuan yang didasarkan
pada undangan Kristus yang telah bangkit dan ditinggikan/dimuliakan.

Bagaimana tepatnya kehadiran Kristus dalam perjamuan kudus? Mengikuti pandangan Zwingli, GII
mengimani bahwa kehadiran Kristus adalah kehadiran dalam iman ketika kita mengucap syukur
atas anugerah Allah dalam Kristus. Semua yang Kristus lakukan secara fisik dalam perjamuan
kudus pertama, seakan-akan hadir dalam perjamuan kudus yang dilakukan oleh orang-orang
percaya.

2. Tujuan dan makna perjamuan kudus
Apa tujuan dan makna perjamuan kudus bagi orang percaya? Jawabannya dapat dilihat melalui
tiga aspek perjamuan kudus. Pertama, aspek masa lalu, yakni mengenang pengorbanan dan
kesengsaraan Kristus di kayu salib dan bersyukur untuk keselamatan yang kita terima. Inilah tujuan
utama perjamuan kudus menurut pandangan Zwingli. Kedua, aspek masa kini, yakni persekutuan
bersama umat percaya dalam perjamuan kudus dan mengikrarkan kembali iman kita sebagai
bagian komunitas Kristen sekaligus bersaksi di dunia melalui kehidupan yang diubahkan. Ketiga,
aspek masa depan, yakni mengimani akan kedatangan Kristus yang kedua kalinya, saat di mana
kita akan merayakan perjamuan kawin Anak Domba Allah [Why 19:6-10].

3. Persiapan dan sikap mengikuti perjamuan kudus
Mengingat pentingnya perjamuan kudus, kita harus memiliki sikap yang benar dalam
mengikutinya. Hukuman Allah bisa saja terjadi atas seseorang yang mengikutinya dengan sikap
yang salah, seperti yang dialami oleh jemaat Korintus, sehingga di antara mereka ada yang lemah,
sakit bahkan meninggal [1 Kor 11:23-32]. Untuk menghindari sikap yang salah dalam mengikuti
perjamuan kudus, maka:

a. Kita perlu mempersiapkan kelayakan diri kita sebelum tiba hari perjamuan kudus diadakan.
Beberapa minggu sebelum perjamuan kudus diadakan, GII selalu mengumumkan tanggal
pelaksanaannya kepada jemaat. Tujuannya supaya jemaat dapat menyiapkan hati dan kelayakan
diri pada waktu mengikuti perjamuan kudus.

50 | Buku Pegangan Katekisasi Baptisan

Apa saja yg diajarkan dalam kelas katekisasi?

Mengenal Agama & Kepercayaan lain di Indonesia..
Etika pergaulan..
Perkawinan..
Rumah tangga..
Etos kerja..
Evaluasi..

Berapa lama belajar katekisasi sidi?

Kelas Katekisasi berlangsung selama : 3 ( tiga ) bulan untuk kelompok lanjut usia dan berpendidikan sederhana. 5 (lima) bulan untuk kelompok remaja/pemuda, karyawan, usahawan, kaum intelektual.

Katekisasi ada berapa?

Jeni-jenis katekisasi yaitu katekisasi keluarga, katekisasi sekolah, dan katekisasi gereja.

Apa itu katekisasi dalam Kristen?

Arti dari katekisasi adalah pengajaran iman, pembinaan iman, komunikasi iman, pengakaran iman dan pengembangan iman jemaat yang menyebut dirinya sebagai murid Kristus.4 Pada pendidikan katekisasi gereja wajib membentangkan di hadapan mereka kebenaran dan keindahan iman Kristen, serta menginsafkan mereka tentang ...