Berikut ini adalah tokoh koreografer yang menciptakan tari kreasi cendrawasih adalah

Berikut ini adalah tokoh koreografer yang menciptakan tari kreasi cendrawasih adalah

koreografer tari kreasi cendrawasih adalah N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem

Jenis tari yang berpola garapan tari tradisi adalah kreasi tarian yang mengambil sumber pengembangan sebuah tari kreasi dari tari tradisional daerah setempat. Susunan gerak atau koreografinya pun berdasarkan gaya tari daerahnya sendiri. Penggambaran tarian diambil dari latar belakang cerita, legenda, dongeng, dan mitos daerahnya. Isi tarian menunjukkan sifat dan karakter masyarakatnya.

Di Minang, Sumatra Barat, pada zaman dulu, koreografer Huriah Adam yang menampilkan tarian dengan gaya pencak silat Melayu menjadi sebuah tari kreasi yang diminati dan diberikan penghargaan sebagai bentuk sikap apresiatif insan seni kepadanya. Namun, kini orang tetap menyebutnya sebagai Tari Kreasi Baru. Tari karya Huriah Adam menjadi sebuah karya tari yang baru dalam tradisi karena kurun waktu tumbuh kembangnya yang lama.

Di Jawa Barat, insan tari mengenal tokoh tari kreasi R. Tjetje Somantri yang hingga kini tariannya masih diminati masyarakat, dan masih dipertahankan oleh muridnya yang paling menonjol, yaitu Indrawati Lukman dan Irawati Durban pada karya tari seperti Tari Merak, Tari Topeng Koncaran, dan Tari Kandagan. Tokoh tari kreasi lainadalah Enoch Atmadibrata yang menciptakan Tari Kreasi Cendrawasih. Nugraha Suradireja menciptakan Tari Topeng TumenggungPriangan dan Tari Kencana Wungu.

Demikian pula yang dilakukan para koreografer yang namanya dikenal di hampir seluruh wilayah Indonesia, seperti Gusmiati Suid (Tari Piring dan Tari Galombang dari Sumatra Barat), I Mario pada karya Kebyar Duduk (Bali), dan Bagong Kusudiarjo (dari Yogyakarta) yang terkenal dengan Tari Yapong tahun 80-an.

Pada masanya, mereka menciptakan tari-tarian kreasi dengan berpijak pada tari tradisional daerah mereka sendiri. Terobosan mereka pada saat itu adalah memadukan gerak dari akar sumber gerak tradisional dengan bentuk yang baru. Bahkan, hingga kini karya tarinya diminati banyak orang. Karyanya dianggap mewakili kebaruan tanpa melepaskan ciri khas daerahnya.

Dulu, media komunikasi sulit diperoleh. Transportasi pun kondisinya tak jauh berbeda. Kini, televisi dan internet menjadi jendela dunia bagi semua manusia di dunia sehingga kita bisa memperoleh informasi apa pun dan dari mana pun di seluruh belahan dunia. Hal ini memberi kemudahan kepada koreografer untuk membuka mata, pikiran, dan wawasan terhadap perkembangan seni tari dari daerah, bahkan dari negara lainnya.

Perbedaan berkembangnya tari yang bersumber dari tradisi dengan yang nontradisi sebenarnya juga tidak terlalu jauh karena seni tradisional pada beberapa daerah telah

mendapat tempat yang cukup baik. Buktinya, masyarakat berlomba-lomba menampilkan seni tradisional pada acara bergengsi. Seperti pada acara penghargaan untuk insan musik Indonesia, banyak yang memilih menyajikan Tari Saman dari Nanggroe Aceh Darussalam sebagai pembukaan. Hal itu menunjukkan apresiasi yang baik menuju perubahan sikap dan mental bangsa. Belum lagi pada event yang khusus disajikan bagi kalangan tertentu. Sebenarnya, kalangan negarawan sejak lama telah menempatkan tari tradisional sebagai sajian klasik eksklusif di kalangan istana. Namun, sayangnya hal itu tidak diikuti oleh peran serta generasi mudanya. Bagaimana pendapat Anda mengenai hal itu?


Page 2

Tari Cendrawasih adalah sebuah tari Bali yang ditampilkan oleh dua penari perempuan dan mengilustrasikan ritual-ritual perkawinan burung cendrawasih.

Gerakan tari Cendrawasih

Berikut ini adalah tokoh koreografer yang menciptakan tari kreasi cendrawasih adalah

Penari tunggal Cendrawasih, dengan selendang yang digantungkan

Berikut ini adalah tokoh koreografer yang menciptakan tari kreasi cendrawasih adalah

Penari tunggal Cendrawasih, sedang merentangkan "sayap" I

Berikut ini adalah tokoh koreografer yang menciptakan tari kreasi cendrawasih adalah

Dua penari Cendrawasih

Sebuah tarian yang dikenal sebagai cendrawasih tersebut berasal dari I Gede Manik dan pertama kali ditampilkan di subdistrik Sawan di Kabupaten Buleleng pada 1956, wilayah tersebut adalah tempat asal dari sejumlah tarian, meliputi Trunajaya, Wirangjaya, dan Palawakya. Namun, versi ini memiliki perbedaan yang signifikan dari tarian yang sekarang umumnya ditampilkan.[1]

Penampilan Tari Cendrawasih pada masa sekarang berasal dari koreografi oleh N. L. N. Swasthi Wijaya Bandem, yang diaransemenkan pada penampilan pertamanya pada 1988.[2] Tari Cendrawasih terinspirasi oleh burung cendrawasih, yang dikenal dalam bahasa Bali sebagai manuk dewata.[3][4] Jenis burung tersebut dikenal suka menari dan menyanyi ketika berupaya untuk melakukan perkawinan. Tari Cendrawasih adalah salah satu dari beberapa tari Bali yang terinspirasi oleh burung; tarian lainnya meliputi tari Manuk Rawa dan tari Belibis.[5]

Koreografer dari penampilan individual diizinkan untuk menginterpretasikan karya mereka sendiri.[2] Tari cendrawasih sering ditampilkan di luar Indonesia ketika mempromosikan budaya Indonesia, seperti di Peru pada 2002,[6] di Galeri Seni Freer di Washington, D.C., pada 2008,[4] Jepang pada 2008,[7] dan Belanda pada 2008.[8]

Sebuah studi pada 2014 menemukan bahwa penampilan tunggal tari cendrawasih dapat membakar 40 kalori, atau 5 kalori per menit ketika menari, dengan detak denyut nadi penari sekitar 157 kali per menit.[9]

Tarian tersebut ditampilkan oleh dua wanita,[3] satu memerankan burung cendrawasih jantan dan satu memerankan betina; tarian tersebut mengambil bentuk dari ritual perkawinan.[10] Para penari dipakaikan dengan hiasan kepala bergaya Pandji.[5]

Beberapa gerakan tidak ditampilkan dalam bentuk tarian Bali lainnya.

  1. ^ Bali Post 2012.
  2. ^ a b Ayu 2013, hlm. 3.
  3. ^ a b Pikiran Rakyat 2014.
  4. ^ a b Smithsonian Institution.
  5. ^ a b Dibia & Ballinger 2004, n.p.
  6. ^ The Jakarta Post 2002.
  7. ^ Wardany 2008.
  8. ^ The Jakarta Post 2008.
  9. ^ Adiartha Griadhi & Dwi Primayanti 2014, hlm. 2, 5.
  10. ^ Kompas.

  • Adiartha Griadhi, I Putu; Dwi Primayanti, Dewa Ayu Inten (July 2014). "Karakteristik Denyut Nadi Kerja dan Jumlah Pemakaian Energy pada Tarian Tradisional Bali Memenuhi Kriteria Aktivitas Fisik Erobik Intensitas Ringan – Sedang yang Bermanfaat untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana". Sport and Fitness Journal (dalam bahasa Indonesia). Denpasar: Universitas Udayana. 2 (2): 1–8. ISSN 2302-688X.  line feed character di |title= pada posisi 130 (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Ayu, Eka Savitri Sastrawan Dewa (2013). "Gerak Tari Cendrawasih sebagai Sumber Inspirasi Karya Seni Lukis" (dalam bahasa Indonesian). Denpasar: ISI Denpasar. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Dibia, I; Ballinger, Rucina (2004). Balinese Dance, Drama & Music: A Guide to the Performing Arts of Bali. Tuttle. ISBN 978-962-593-195-1. 
  • "Balinese Music and Dance: Gamelan Mitra Kusuma". Smithsonian Institution. 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014. 
  • "Dewi promotes RI culture abroad". The Jakarta Post. 2 June 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014. 
  • "Ni Made Darmi, former palace dancer, stays active". The Jakarta Post. 2 November 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014. 
  • "Para Penari Jepang Ramaikan PKB". Kompas (dalam bahasa Indonesian). 11 July 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-15. Diakses tanggal 15 November 2014. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • "Renovasi Tari Cendrawasih". Bali Post (dalam bahasa Indonesian). 10 September 2012. Diakses tanggal 7 November 2014. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link) (perlu mendaftar)
  • "RI, Peru in cultural diplomacy". The Jakarta Post. 5 September 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014. 
  • "Tari Cendrawasih Keelokan Gerak dan Busana". Pikiran Rakyat (dalam bahasa Indonesian). 12 February 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Wardany, Irawaty (14 July 2008). "Japanese perform Balinese dances". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-07. Diakses tanggal 7 November 2014. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Cendrawasih&oldid=18098201"