Jakarta, CNBC Indonesia - Infeksi Covid-19 varian omicron masih tinggi di Indonesia. Per 19 Februari 2022, ada 520.910 kasus aktif Covid-19 (mereka yang dirawat di rumah sakit dan melakukan isolasi mandiri) di tanah air, di mana 98% dari total itu adalah kasus omicron. Show Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan gejala kasus omicron lebih ringan ketimbang varian Delta. Kemenkes juga menganjurkan mereka yang terinfeksi omicron tetapi tak bergejala atau gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) atau isolasi terpusat (isoter). Adapun rumah sakit diperuntukkan bagi yang bergejala sedang dan berat. Lantas bagaimana bisa sembuh dari omicron. Berikut beberapa cara yang harus dilakukan seperti dikutip dari CNNIndonesia, Minggu (20/2/2022): Pasien Omicron dapat mengonsumsi obat antivirus. Sedikitnya ada empat obat antivirus Covid yang disetujui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yakni Favipiravir, Molnupiravir, Paxlovid, dan Remdesivir. Beberapa di antaranya bisa didapat gratis di aplikasi telemedisin. "Itu sih [Omicron sebenarnya kalau virus akan sembuh dengan sendirinya. Namun untuk mempercepat bisa dikonsumsi obatantivirus," kata Ahli Paru dan Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Erlang Samoedro Kendati demikian, jangan sembarang mengonsumsi obat antivirus tanpa anjuran atau resep dari dokter. 2. Minum Multivitamin dan ZincSelain mengonsumsi antivirus, pasien Omivron juga disarankan untuk mengonsumsi multivitamin dan zinc. "Vitamin C, D, dan zinc," rinci Erlang. 3. Rajin mencuci mulut dan hidungErlang mengatakan, sering mencuci mulut dan hidung juga dapat menjadi cara cepat sembuh dari Omicron. Mencuci hidung atau nasal washing dapat menjaga kesehatan hidung dari paparan bakteri, debu dan virus. Nasal washing bisa menggunakan cairan yang mengandung senyawa NaCl atau garam. Biasa dilakukan 1 atau 2 kali dalam satu hari. Mencuci hidung bisa juga dilakukan dengan menggunakan nose sanitizer, cairan yang digunakan untuk membersihkan rongga hidung. Cairan ini umumnya berisi antiseptik seperti iodine atau yodium. Larutan ini bekerja dengan membilas saluran hidung. Ia juga dapat mengembalikan kelembapan dan meredakan radang. 4. BerjemurCara cepat sembuh dari Omicron lainnya yakni berjemur. Erlang menyebut aktivitas ini sangat penting untuk pasien Omicron. Pasalnya, sinar matahari dapat meningkatkan imunitas tubuh. "Kalau berjemur kan meningkatkan sistem imunitas kita. Jadi matahari itu membantu menyerap vitamin D lebih banyak," ujarnya lebih lanjut soal cara cepat sembuh dari Omicron. (roy/roy)
Suara.com - dr. Indra Yovi, SpP (K), Dokter Spesialis Paru & Pernapasan Eka Hospital Pekanbar mengatakan, tren kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat sejak akhir Mei 2020. Saat ini, Covid-19 disertai munculnya Virus Corona Varian Delta. Virus Corona Varian Delta memiliki nama kode B.1.617.2 dan pertama kali terdeteksi di India pada akhir 2020. Penelitian menunjukan bahwa Varian Delta dikaitkan dengan risiko penularan yang diperkirakan 60 persen lebih tinggi daripada Varian Alfa, yang sudah jauh lebih menular daripada versi asli virus. Jumlah kasus rawat inap pun meningkat akibat varian ini, tak terkecuali di Indonesia. Sebagian orang mungkin masih asing dengan Delta Covid-19. Apakah gejalanya sama dengan virus varian pertama? Baca Juga: Eka Hospital Hadirkan Layanan Terpadu Batu Ginjal Menurut dr. Indra, Varian Delta merupakan perkembangan lebih lanjut dari mutasi SARS CoV-2. Varian ini lebih banyak ditemukan pada dewasa muda. Varian Delta menghasilkan penyakit lebih berat. Efektivitas vaksin terhadap Varian Delta lebih rendah dalam mencegah Covid-19 bergejala. Satu dosis vaksin AZ atau Prizer hanya 33 efektif tehadap Delta (50 persen terhadap Alfa), sedangkan 2 dosis vaksin AZ 60 persen efektif terhadap delta. Bagaimana cara Virus Varian Delta menular?Virus bisa menular dengan beberapa cara, antara lain:• Transmisi droplet, sangat ditekankan dalam penggunaan masker.• Transmisi udara (aerosol), sangat disarankan untuk melakukan kegiatan seperti rapatdi dalam ruangan terbuka dan tetap menggunakan masker. • Transmisi fomit, sangat ditekankan untuk pentingnya melakukan cuci tangan. Apa saja gejalanya?Gejala Covid-19 Varian Delta sangat bervariasi mulai dari gejala yang ringan hingga yang kritis.1. Gejala ringan berupa demam, batuk, nyeri tenggorokan, anoreksia, dan sakit kepala.2. Gejala sedang, meliputi gejala pneumonia (demam, batuk, sesak nafas, nafas cepat).3. Gejala berat seperti demam ditambah salah satu dari frekuensi nafas >30x/menit, distres pernafasan, saturasi oksigen 93 persen tanpa bantuan oksigen. Kapan harus memeriksakan diri untuk PCR?Swab PCR menjadi cara untuk mengetahui kondisi kesehatan terkait Covid-19. Lalu kapan waktu yang tepat untuk melakukan tes Covid-19 ini?1. Setelah kontak erat dengan pasien Covid-19 Dikatakan kontak erat apabila bertatap muka dengan pasien Covid-19 atau gejala kemungkinan Covid-19 dalam radius 1 meter selama 15 menit atau lebih. Kemudian bersentuhan fisik dengan pasien Covid-19 atau gejala kemungkinan Covid-19, serta perawatan pasien atau gejala kemungkinan Covid-19 tanpa menggunakan APD standar. Baca Juga: Eka Hospital Gunakan Metode Tanos untuk Lawan Batu Ginjal 2. Saat timbul gejala
Jakarta, 4 Februari 2022 Konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan. Data per hari ini (3/2) menunjukkan konfirmasi positif di Indonesia menembus angka 27.197, tertinggi sejak diumumkannya konfirmasi Omicron pertama di Indonesia. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan, virus COVID-19 varian omicron memiliki karakteristik tingkat penularan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan varian Alpha, Betha, dan Delta. Namun jika dilihat dari gejala lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi. Sehingga Pasien positif Omicron tanpa gejala atau gejala ringan diimbau isolasi mandiri (Isoman) di rumah. “pasien yang masuk rumah sakit, 85% sudah sembuh, sedangkan yang kasusnya berat, kritis hingga membutuhkan oksigen sekitar 8%,” katanya di kantor Kemenkes, Jumat (4/2). Bagi pasien Isoman selama saturasi di atas 95% ke atas tidak perlu khawatir. Kalau ada gejala seperti batuk, flu, demam segera konsultasi melalui telemedisin atau puskesmas setempat. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 terdapat 5 derajat gejala COVID-19, antara lain ; 1.Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis. 2. Gejala Ringan yaitu Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen >95%. Gejala umum yang muncul seperti demam, batuk, kelelahan, kehilangan nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia). 3. Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93% . 4. Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen <93% . 5. Kritis yaitu Pasien dengan gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau kegagalan multiorgan Dalam penanganan varian Omicron, rumah sakit diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen. “Melihat kasus Omicron yang kian bertambah, masyarakat tetap waspada jangan sampai lengah. Tetap disiplin protokol kesehatan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan kurangi mobilitas,” ucap dr. Nadia. Hotline Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email (D2) Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg. Widyawati, MKM
TRIBUNNEWS.COM - Cerita penyintas Covid-19 datang dari seorang perempuan bernama Riski Riyanti. Ia tidak pernah menyangka sebelumnya jika akan terinfeksi Covid-19. Bahkan, Riski diketahui terpapar virus corona varian Delta. Perempuan yang tinggal di Kota Semarang, Jawa Tengah itu membagikan cerita perjuangannya berhasil sembuh dari Covid-19. Ia mengaku, awalnya merasakan meriang (panas dingin) dan tubuh yang lemas sejak Kamis (24/6/2021). Baca juga: Sembuh dari Covid-19, Iko Uwais Bersyukur Bisa Kumpul Lagi dengan Keluarga "Aku pikir hanya meriang biasa. Hari Jumat pagi badan masih enggak papa, maka tak paksain berangkat kerja. Tapi kok lama-lama makin enggak karuan rasanya," terangnya. Kemudian pada hari Sabtu (26/6/2021) Riski memutuskan untuk izin tidak berangkat kerja. Dia merasakan badannya demam tinggi, mulai nyeri, dan lemas. "Sabtu aku izin enggak berangkat. Sempat minta tolong teman kos juga untuk dikerokin. Karena pikirku hanya demam biasa." "Bisa juga karena kecapekan. Hari Minggunya badan mulai membaik walaupun masih agak lemas. Aku pikir bakalan cepet sembuh, habis tak minumin obat demam yang kubeli di apotek," ucapnya. Baca juga: Usai Susu Beruang, Kini Air Kelapa Diburu, Benarkah Bisa Sembuhkan Covid-19? Ini Penjelasan Dokter |