Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Kisah Sholawat Nariyah/Foto: Laman Facebook Kisah Sejarah Islam /

PORTAL SULUT - Mengetahui sejarah sholawat Nariyah adalah sholawat Nabi yang sangat banyak khasiat dan fadilahnya.

Dikutip dari laman Facebook Kisah Sejarah Islam Rabu 29 Desember 2020. Sholawat ini disebut juga selawat Tafrijiyyah artinya pemisah, memisahkan, membuka sehingga menjadi lapang.

Nama Nariyah diambil dari nama pengarangnya yaitu Muhammad Abdul Wahab At-Tazi Al-Maghribi dikenal dengan sebutan Syaikh Nariyah.

Baca Juga: Ini Nasihat Syaikh Abdul Qadir Al Jailani terkait Rezeki

Pada majis taklim pengajian di Indonesia dikenal juga dengan (Sholawat kamilah), Isya Allah Selawat ini jika diamalkan dapat menghilangkan kesempitan dengan izin Allah SWT.

Sejarah sholawat Nariyah

Sholawat ini disusun oleh Muhammad Abdul Wahab At-Tazi Al-Maghribi atau Syaikh Nariyah. Seorang Syaikh yang hidup pada jaman Rosulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syaikh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syaikh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi.

Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan Syaikh Nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat Nariyah.

https://www.kaskus.co.id/thread/52fae09b59cb17b7318b456f/amalan-sholawat-nariyah

Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon kesel

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2015-11-04T13:15:21+07:00 2015-11-04T13:15:21+07:00

SIAPAKAH PENCIPTA SHALAWAT NARIYYAH? Berdasarkan referensi yang ada, kami baru bisa menemukan isyarat yang menunjukkan bahwa pencipta shalawat ini adalah seorang yang bernama as-Sanusy.[8] Namun hingga saat ini kami belum bisa memastikan siapakah nama lengkapnya, sebab yang menggunakan julukan ini amat banyak dan kami belum mendapatkan keterangan yang menunjukkan as-Sanusi manakah yang menciptakan shalawat tersebut. Hanya saja, yang pasti sebutan as-Sanusi ini merupakan bentuk penisbattan kepada tarekat sufi yang banyak tersebar di daerah Maroko, tarekat as-Sanusiyyah. BENARKAH PENGARANGNYA ADALAH SAHABAT NABI Di sebuah situs Internet tertulis: “Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat Nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga Syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk Nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan Syekh Nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut Sholawat Nariyah. Suatu malam, Syekh Nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama Nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti Syekh Nariyah. Namun Nabi mengatakan tidak bisa karena Syekh Nariyah sudah minta terlebih dahulu. Mengapa Sahabat itu ditolak Nabi? Dan justru. Syekh Nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh Syekh Nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabi-Nya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat”.[9] Kesimpulan, pengarang Shalawat Nariyah konon seorang bernama Syekh Nariyah, dan dia. termasuk Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga oleh beliau. Sebagai seorang Muslim mestinya tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan padanya, tanpa klarifikasi dan penelitian, apalagi jika berkenaan dengan permasalahan agama. Sekurang-kurangnya ada dua poin yang perlu dicermati dari cerita di atas : Benarkah ada Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Syekh Nariyah ? Dimanakah sumber kisah tentang Sahabat tersebut ? Dan adakah sanad (mata rantai periwayatan) nya ? Adapun berkenaan dengan poin pertama, perlu diketahui bahwa biografi para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian ekstra dari para Ulama Islam. Begitu banyak kitab yang mereka tulis untuk mengupas biografi para sahabat. Ada referensi yang ditulis untuk memaparkan biografi para sahabat beserta para Ulama sesudah mereka hingga zaman penulis, adapula referensi yang ditulis khusus untuk menceritakan biografi para sahabat saja. Diantara contoh model pertama : Hilyatul Auliya’ karya al-Hafizh Abu Nu’aim al-Asfahani (336-430 H) dan Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Abul Hajjaj al-Mizzi (654-742 H). Adapun contoh model kedua, seperti : a1-Isti’ab fi Ma’rifati1 Ash-hab karya al-Hafizh Ibn ‘Abdil Bar (368-463 H) dan al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani (773-852 H). Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ?? Sebenarnya, orang yang sedikit terbiasa membaca kitab Ulama, hanya dengan melihat nama tersebut beserta ‘gelar’ syaikh di depannya, akan langsung ragu bahwa orang tersebut benar-benar Sahabat Nabi. Karena penyematan ‘gelar’ syaikh di depan nama Sahabat -sepengetahuan kami- bukanlah kebiasaan para Ulama dan juga bukan istilah yang lazim mereka pakai, sehingga terasa begitu janggal di telinga. Kesimpulannya : berdasarkan penelaahan kami, tidak ada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Syekh Nariyah. Jadi penisbatan shalawat tersebut terhadap, Sahabat sangat perlu untuk dipertanyakan dan amat diragukan keabsahannya. Adapun poin kedua, amat disayangkan penulis makalah di internet tersebut tidak menyebutkan sanad (mata rantai periwayatan) kisah yang ia bawakan, atau minimal mengisyaratkan rujukannya dalam menukil kisah tersebut. Andaikan ia mau menyebutkan salah satu dari dua hal di atas niscaya kita akan berusaha melacak keabsahan kisah tersebut, dengan meneliti para perawinya, atau merujuk kepada kitab aslinya. Atau barangkali kisah di atas merupakan dongeng buah pena penulis tersebut ? Jika, ya, maka kisah tersebut tidak ada nilainya; karena kisah fiksi, alias kisah yang tidak pernah terjadi ! Amat disayangkan, dalam hal yang berkaitan dengan agama, tidak sedikit kaum Muslimin sering menelan mentah-mentah suatu kisah yang ia temukan di sembarang buku dan internet, atau kisah yang diceritakan oleh tetangga, teman, guru dan kenalan, tanpa merasa perlu untuk mengcrosscek keabsahannya. Seakan-akan kisah itu mutlak benar terjadi! Padahal kenyataannya seringkali tidak demikian. Untuk memfilter kisah-kisah palsu dan yang lainnya, Islam memiliki sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain, yaitu : Islam memiliki sanad (mata rantai periwayatan). Demikian keterangan yang disampaikan Ibn Hazm (384-456 H)[10] dalam al-Fishal dan Ibnu Taimiyyah (661-728 H).[11] Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak (118-181 H) pernah berkata, “Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.”[12] KANDUNGAN MAKNA SHALAWAT NARIYYAH “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua hajat yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, serta berkat dirinya yang mulia hujanpun turun.[/B][/B] Semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para Sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.” Bagian dari Shalawat Nariyyah yang kami cetak tebal itulah yang akan dicermati dalam tulisan singkat ini. Kalimat-kalimat tersebut mengandung penisbatan terpecahkannya semua kesulitan, dilenyapkannya segala kesusahan, ditunaikannya segala macam hajat, tercapainya segala keinginan dan husnul khatimah, kepada selain Allah Ta’ala. Dalam hal ini yang mereka maksudkan yang melakukan itu semua adalah Rasalullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penisbatan ini merupakan sebuah kekeliruan fatal, sebab bertolak-belakang dengan al-Qur’an dan Sunnah, serta bisa mengantarkan pelakunya kepada kekufuran. Pasalnya, semua perbuatan tersebut, hanya Allah Ta’ala yang berkuasa melakukannya. Mari kits cermati nash-nash berikut : Allah Ta’ala berfirman : “Siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang melenyapkan kesusahan serta yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi? Adakah tuhan selain Alldh ? Amat sedikit kalian mengingat-Nya” (QS. an-Naml/27:62). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingatkan bahwa hanya Dia-lah yang diseru saat terjadi kesusahan, dan Dia pula yang diharapkan pertolongan-Nya saat musibah melanda. Demikian keterangan yang disampaikan Imam Ibnu Katsir rahimahullah [13] Karena itulah, setelahnya Allah Ta’ala melontarkan pertanyaan dalam konteks pengingkaran, “Adakah tuhan selain Allah?”. Hal ini mengisyaratkan, wallahu a’lam, bahwa orang yang tertimpa kesulitan dan kesusahan lalu memohon pertolongan kepada selain Allah Ta’ala, seakan ia telah menjadikan dzat yang diserunya itu sebagai tuhan ‘saingan’ Allah Ta’ala. Sebab tidak ada yang sanggup mengabulkan permohonan tersebut melainkan hanya Allah Ta’ala. Senada dengan ayat di atas, firman Allah Ta’ala berikut : Katakanlah, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan suara yang lembut (dengan mengatakan), ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur’. Katakan, “Allahlah yang menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan. Lantas mengapa kalian kembali mempersekutukan-Nya?!”. (QS. al-An’,kn/6: 63-64) “Apapun nikmat yang ada dalam diri kalian, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kalian ditimpa marabahaya, maka hanya kepada-Nya­lah (seharusnya) kalian meminta pertolongan” (QS. an-Nahl/16:53) Dan masih banyak lagi firman Allah yang semakna dengan ayat-ayat di atas, yang menegaskan bahwa segala bentuk kebaikan di dunia maupun akhirat, hanya Allah TA’ala sajalah yang mendatangkannya. Sebagaimana pula segala bentuk keburukan di dunia ataupun akhirat, hanyalah Allah Ta’ala yang menghindarkannya dari diri kita. Karena itulah, kita dapatkan qudwah kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pun mencontohkan untuk selalu kembali kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan. Mari kita cermati sebagian dari doa yang beliau baca : “Ya Alldh, jadikanlah akhir dari seluruh urusan kami baik, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksaan akhirat” (HR. Ibnu Hibban 3/230 no. 949) “Wahai Yang Maha hidup dan Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh keadaanku, dan janganlah Engkau jadikanku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata” (HR. al-Hakim 1/739 no. 2051). “Ya Alldh, rahmat-Mu-lah yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata. Dan perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Engkau” (HR. Abu Dawud, 5/204 no. 5090 dari Abu Bakrah, dan dinilai sahib oleh Ibn Hibban (III/250 no. 970). Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menisbatkan seluruh urusan kepada Allah Ta’ala dan memberi kita teladan agar senantiasa mengembalikan segala sesuatu hanya kepada Allah Ta’ala !. Pernahkah beliau -walaupun hanya sekali- mengajarkan kepada umatnya agar bergantung kepada beliau?! Mustahil beliau mengarahkan demikian, sebab beliau sendirilah yang berkata, “Janganlah Engkau (Ya Allah) jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan praktek tawakkal yang begitu tinggi, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ingin bergantung pada diri sendiri, walaupun itu hanya sesaat, sekedipan mata! Mengapa kita tidak meneladaninya dalam hal ini dan yang lainnya? Cermati pula doa terakhir!. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup doanya dengan kalimat thayyibah LAILAHAILLALLAH yang menunjukkan -wallahua’lam- bahwa seluruh permintaan di atas adalah bentuk ibadah yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan keterangan di atas yang menyebutkan adanya kesalahan akidah dalam shalawat Nariyah, maka tidak sepantasnya shalawat ini diamalkan oleh umat, baik dengan membaca dan menghafalkannya, apalagi sampai meyakini dan mengharapkan keutamaan darinya. Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 06/ Dzulqa’dah 1431 H Oktober 2010 M

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2015-11-04T15:43:52+07:00 2015-11-04T15:43:52+07:00

ya,sederhananya...
bahwa orang2 sesat/syirik akan berkumpul bersama2 dgn apa2 yg diyakininya saat di padang makhsyar sebagai pemimpinya (ummat yg sesat tersebut)..!

jika orang2 tlh sesat mengamalkan nariyah (yg didalamnya menyebut2 'predikat' serta ilasulil afdhol Nabi Mumammad), maka mau tidak mau Nabi Muhammad harus ikut berkumpul dgn para pengamal sholawat Nariyah yg dikatakan sesat tersebut juga di padang makhsyar sebagai pemimpinya..

lalu.. orang2 yg katanya beriman kumpulnya dengan siapa sebagai pemimpinnya..?

jangan tanya balik ke saya..

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-01-05T09:58:34+07:00 2016-01-05T09:58:34+07:00

saya amalkan ini 11x usai sholat fardhu puh... bikin hati, pikiran adem

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-01-05T10:27:28+07:00 2016-01-05T10:27:28+07:00

Saya baca setiap subuh 11x

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-01-05T10:30:22+07:00 2016-01-05T10:31:15+07:00

Quote:

Original Posted By anak skitrow ►Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Shalawat Nariyah cukup populer di banyak kalangan dan ada yang meyakini bahwa orang yang bisa membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat menghilangkan kesulitan-kesulitan atau demi menunaikan hajat maka kebutuhannya pasti akan terpenuhi. Ini merupakan persangkaan yang keliru dan tidak ada dalilnya sama sekali. Terlebih lagi apabila anda mengetahui isinya dan menyaksikan adanya kesyirikan secara terang-terangan di dalamnya. Berikut ini adalah bunyi shalawat tersebut:” اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم وعلى آله وصحبه عدد كل معلوم لك Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil ‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa ‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah pujian yang sempurna dan juga keselamatan sepenuhnya, Kepada pemimpin kami Muhammad, Yang dengan sebab beliau ikatan-ikatan (di dalam hati) menjadi terurai, Berkat beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, Berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi, Dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai, Begitu pula akhir hidup yang baik didapatkan, Berbagai gundah gulana akan dimintakan pertolongan dan jalan keluar dengan perantara wajahnya yang mulia, Semoga keselamatan juga tercurah kepada keluarganya, dan semua sahabatnya sebanyak orang yang Engkau ketahui jumlahnya.” Syaikh berkata: “Sesungguhnya aqidah tauhid yang diserukan oleh Al-Qur’an Al Karim dan diajarkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kepada setiap muslim untuk meyakini bahwa Allah semata yang berkuasa untuk melepaskan ikatan-ikatan di dalam hati, menyingkirkan kesusahan-kesusahan, memenuhi segala macam kebutuhan dan memberikan permintaan orang yang sedang meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh berdoa kepada selain Allah demi menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya meskipun yang di serunya adalah malaikat utusan atau Nabi yang dekat (dengan Allah). Al-Qur’an ini telah mengingkari perbuatan berdoa kepada selain Allah baik kepada para rasul ataupun para wali. Allah berfirman yang artinya: أُولَئِكَ الذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِن عَذَابَ رَبكَ كَانَ مَحْذُورًا “Bahkan sesembahan yang mereka seru (selain Allah) itu justru mencari kedekatan diri kepada Rabb mereka dengan menempuh ketaatan supaya mereka semakin bertambah dekat kepada-Nya dan mereka pun berharap kepada rahmat-Nya serta merasa takut akan azab-Nya. Sesungguhnya siksa Rabbmu adalah sesuatu yang harus ditakuti.” (QS. Al-Israa’: 57). Para ulama tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berdoa kepada Isa Al-Masih atau memuja malaikat atau jin-jin yang saleh (sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir).” Beliau melanjutkan penjelasannya: “Bagaimana Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa merasa ridha kalau beliau dikatakan sebagai orang yang bisa melepaskan ikatan-ikatan hati dan bisa melenyapkan berbagai kesusahan padahal Al-Qur’an saja telah memerintahkan beliau untuk berkata tentang dirinya: قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرا إِلا مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسنِيَ السوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ “Katakanlah: Aku tidak berkuasa atas manfaat dan madharat bagi diriku sendiri kecuali sebatas apa yang dikehendaki Allah. Seandainya aku memang mengetahui perkara ghaib maka aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang akan menimpaku. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raaf) Pada suatu saat ada seseorang yag datang menemui Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu wahai Rasul”, Maka beliau menghardiknya dengan mengatakan, “Apakah kamu ingin menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah? Katakan: Atas kehendak Allah semata.” Nidd atau sekutu artinya: matsiil wa syariik (yang serupa dan sejawat) (HR. Nasa’i dengan sanad hasan) Beliau melanjutkan lagi penjelasannya: “Seandainya kita ganti kata bihi (به) (dengan sebab beliau) dengan bihaa (بها) (dengan sebab shalawat) maka tentulah maknanya akan benar tanpa perlu memberikan batasan bilangan sebagaimana yang disebutkan tadi. Sehingga bacaannya menjadi seperti ini: اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد التي تحل بها العقد Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Allati tuhillu bihal ‘uqadu (artinya ikatan hati menjadi terlepas karena shalawat) Hal itu karena membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah yang bisa dijadikan sarana untuk bertawassul memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan. Mengapa kita membaca bacaan shalawat bid’ah ini yang hanya berasal dari ucapan makhluk biasa sebagaimana kita dan justru meninggalkan kebiasaan membaca shalawat Ibrahimiyah (yaitu yang biasa kita baca dalam shalat, pent) yang berasal dari ucapan Rasul yang Ma’shum?” ***

Penulis: Muhammad Jamil Zainu

Quote:

Original Posted By anak skitrow ►SIAPAKAH PENCIPTA SHALAWAT NARIYYAH? Berdasarkan referensi yang ada, kami baru bisa menemukan isyarat yang menunjukkan bahwa pencipta shalawat ini adalah seorang yang bernama as-Sanusy.[8] Namun hingga saat ini kami belum bisa memastikan siapakah nama lengkapnya, sebab yang menggunakan julukan ini amat banyak dan kami belum mendapatkan keterangan yang menunjukkan as-Sanusi manakah yang menciptakan shalawat tersebut. Hanya saja, yang pasti sebutan as-Sanusi ini merupakan bentuk penisbattan kepada tarekat sufi yang banyak tersebar di daerah Maroko, tarekat as-Sanusiyyah. BENARKAH PENGARANGNYA ADALAH SAHABAT NABI Di sebuah situs Internet tertulis: “Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat Nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga Syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk Nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan Syekh Nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut Sholawat Nariyah. Suatu malam, Syekh Nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama Nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti Syekh Nariyah. Namun Nabi mengatakan tidak bisa karena Syekh Nariyah sudah minta terlebih dahulu. Mengapa Sahabat itu ditolak Nabi? Dan justru. Syekh Nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh Syekh Nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabi-Nya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat”.[9] Kesimpulan, pengarang Shalawat Nariyah konon seorang bernama Syekh Nariyah, dan dia. termasuk Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga oleh beliau. Sebagai seorang Muslim mestinya tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan padanya, tanpa klarifikasi dan penelitian, apalagi jika berkenaan dengan permasalahan agama. Sekurang-kurangnya ada dua poin yang perlu dicermati dari cerita di atas : Benarkah ada Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Syekh Nariyah ? Dimanakah sumber kisah tentang Sahabat tersebut ? Dan adakah sanad (mata rantai periwayatan) nya ? Adapun berkenaan dengan poin pertama, perlu diketahui bahwa biografi para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian ekstra dari para Ulama Islam. Begitu banyak kitab yang mereka tulis untuk mengupas biografi para sahabat. Ada referensi yang ditulis untuk memaparkan biografi para sahabat beserta para Ulama sesudah mereka hingga zaman penulis, adapula referensi yang ditulis khusus untuk menceritakan biografi para sahabat saja. Diantara contoh model pertama : Hilyatul Auliya’ karya al-Hafizh Abu Nu’aim al-Asfahani (336-430 H) dan Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Abul Hajjaj al-Mizzi (654-742 H). Adapun contoh model kedua, seperti : a1-Isti’ab fi Ma’rifati1 Ash-hab karya al-Hafizh Ibn ‘Abdil Bar (368-463 H) dan al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani (773-852 H). Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ?? Sebenarnya, orang yang sedikit terbiasa membaca kitab Ulama, hanya dengan melihat nama tersebut beserta ‘gelar’ syaikh di depannya, akan langsung ragu bahwa orang tersebut benar-benar Sahabat Nabi. Karena penyematan ‘gelar’ syaikh di depan nama Sahabat -sepengetahuan kami- bukanlah kebiasaan para Ulama dan juga bukan istilah yang lazim mereka pakai, sehingga terasa begitu janggal di telinga. Kesimpulannya : berdasarkan penelaahan kami, tidak ada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Syekh Nariyah. Jadi penisbatan shalawat tersebut terhadap, Sahabat sangat perlu untuk dipertanyakan dan amat diragukan keabsahannya. Adapun poin kedua, amat disayangkan penulis makalah di internet tersebut tidak menyebutkan sanad (mata rantai periwayatan) kisah yang ia bawakan, atau minimal mengisyaratkan rujukannya dalam menukil kisah tersebut. Andaikan ia mau menyebutkan salah satu dari dua hal di atas niscaya kita akan berusaha melacak keabsahan kisah tersebut, dengan meneliti para perawinya, atau merujuk kepada kitab aslinya. Atau barangkali kisah di atas merupakan dongeng buah pena penulis tersebut ? Jika, ya, maka kisah tersebut tidak ada nilainya; karena kisah fiksi, alias kisah yang tidak pernah terjadi ! Amat disayangkan, dalam hal yang berkaitan dengan agama, tidak sedikit kaum Muslimin sering menelan mentah-mentah suatu kisah yang ia temukan di sembarang buku dan internet, atau kisah yang diceritakan oleh tetangga, teman, guru dan kenalan, tanpa merasa perlu untuk mengcrosscek keabsahannya. Seakan-akan kisah itu mutlak benar terjadi! Padahal kenyataannya seringkali tidak demikian. Untuk memfilter kisah-kisah palsu dan yang lainnya, Islam memiliki sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain, yaitu : Islam memiliki sanad (mata rantai periwayatan). Demikian keterangan yang disampaikan Ibn Hazm (384-456 H)[10] dalam al-Fishal dan Ibnu Taimiyyah (661-728 H).[11] Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak (118-181 H) pernah berkata, “Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.”[12] KANDUNGAN MAKNA SHALAWAT NARIYYAH “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua hajat yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, serta berkat dirinya yang mulia hujanpun turun.[/B][/B] Semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para Sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.” Bagian dari Shalawat Nariyyah yang kami cetak tebal itulah yang akan dicermati dalam tulisan singkat ini. Kalimat-kalimat tersebut mengandung penisbatan terpecahkannya semua kesulitan, dilenyapkannya segala kesusahan, ditunaikannya segala macam hajat, tercapainya segala keinginan dan husnul khatimah, kepada selain Allah Ta’ala. Dalam hal ini yang mereka maksudkan yang melakukan itu semua adalah Rasalullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penisbatan ini merupakan sebuah kekeliruan fatal, sebab bertolak-belakang dengan al-Qur’an dan Sunnah, serta bisa mengantarkan pelakunya kepada kekufuran. Pasalnya, semua perbuatan tersebut, hanya Allah Ta’ala yang berkuasa melakukannya. Mari kits cermati nash-nash berikut : Allah Ta’ala berfirman : “Siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang melenyapkan kesusahan serta yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi? Adakah tuhan selain Alldh ? Amat sedikit kalian mengingat-Nya” (QS. an-Naml/27:62). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingatkan bahwa hanya Dia-lah yang diseru saat terjadi kesusahan, dan Dia pula yang diharapkan pertolongan-Nya saat musibah melanda. Demikian keterangan yang disampaikan Imam Ibnu Katsir rahimahullah [13] Karena itulah, setelahnya Allah Ta’ala melontarkan pertanyaan dalam konteks pengingkaran, “Adakah tuhan selain Allah?”. Hal ini mengisyaratkan, wallahu a’lam, bahwa orang yang tertimpa kesulitan dan kesusahan lalu memohon pertolongan kepada selain Allah Ta’ala, seakan ia telah menjadikan dzat yang diserunya itu sebagai tuhan ‘saingan’ Allah Ta’ala. Sebab tidak ada yang sanggup mengabulkan permohonan tersebut melainkan hanya Allah Ta’ala. Senada dengan ayat di atas, firman Allah Ta’ala berikut : Katakanlah, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan suara yang lembut (dengan mengatakan), ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur’. Katakan, “Allahlah yang menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan. Lantas mengapa kalian kembali mempersekutukan-Nya?!”. (QS. al-An’,kn/6: 63-64) “Apapun nikmat yang ada dalam diri kalian, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kalian ditimpa marabahaya, maka hanya kepada-Nya­lah (seharusnya) kalian meminta pertolongan” (QS. an-Nahl/16:53) Dan masih banyak lagi firman Allah yang semakna dengan ayat-ayat di atas, yang menegaskan bahwa segala bentuk kebaikan di dunia maupun akhirat, hanya Allah TA’ala sajalah yang mendatangkannya. Sebagaimana pula segala bentuk keburukan di dunia ataupun akhirat, hanyalah Allah Ta’ala yang menghindarkannya dari diri kita. Karena itulah, kita dapatkan qudwah kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pun mencontohkan untuk selalu kembali kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan. Mari kita cermati sebagian dari doa yang beliau baca : “Ya Alldh, jadikanlah akhir dari seluruh urusan kami baik, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksaan akhirat” (HR. Ibnu Hibban 3/230 no. 949) “Wahai Yang Maha hidup dan Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh keadaanku, dan janganlah Engkau jadikanku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata” (HR. al-Hakim 1/739 no. 2051). “Ya Alldh, rahmat-Mu-lah yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata. Dan perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Engkau” (HR. Abu Dawud, 5/204 no. 5090 dari Abu Bakrah, dan dinilai sahib oleh Ibn Hibban (III/250 no. 970). Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menisbatkan seluruh urusan kepada Allah Ta’ala dan memberi kita teladan agar senantiasa mengembalikan segala sesuatu hanya kepada Allah Ta’ala !. Pernahkah beliau -walaupun hanya sekali- mengajarkan kepada umatnya agar bergantung kepada beliau?! Mustahil beliau mengarahkan demikian, sebab beliau sendirilah yang berkata, “Janganlah Engkau (Ya Allah) jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan praktek tawakkal yang begitu tinggi, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ingin bergantung pada diri sendiri, walaupun itu hanya sesaat, sekedipan mata! Mengapa kita tidak meneladaninya dalam hal ini dan yang lainnya? Cermati pula doa terakhir!. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup doanya dengan kalimat thayyibah LAILAHAILLALLAH yang menunjukkan -wallahua’lam- bahwa seluruh permintaan di atas adalah bentuk ibadah yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan keterangan di atas yang menyebutkan adanya kesalahan akidah dalam shalawat Nariyah, maka tidak sepantasnya shalawat ini diamalkan oleh umat, baik dengan membaca dan menghafalkannya, apalagi sampai meyakini dan mengharapkan keutamaan darinya. Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 06/ Dzulqa’dah 1431 H Oktober 2010 M

Terimakasih gan sudah berbagi... Maaf gan, saya mau tanya karena awam bgt saya... yang Allah kerjakan apa gan sekarang?

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444
Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

`Shalallahu 'Ala Muhammad`

Diubah oleh watu.gunung 05-01-2016 10:31

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-01-12T04:53:32+07:00 2016-01-12T04:53:32+07:00

Izin mengamalkan lagi ya puh? Ga pake 'ijazah' kan?
Soalnya pas ane SMA sering ngamalin shalawat ini karena di sekolah sebelum masuk ada tadarus Al-Quran dan doa, nah habis baca quran pasti baca juga shalawat nariyah nya, padahal sekolah ane bukan sekolah islam

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-01-13T15:03:12+07:00 2016-01-13T15:03:12+07:00

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-09T23:49:51+07:00 2016-03-09T23:49:51+07:00

Quote:

Original Posted By kalbuadhitaufik

Wih, hebat. Pantesan sakti tanpa ilmu...

Kesaktian sejati hanya milik allah, saya cuma mendapat sedikit mas, itu juga bisa di ambil lagi atas kehendaknya

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-09T23:51:15+07:00 2016-03-09T23:51:15+07:00

Quote:

Original Posted By Sunyaruri ►ya,sederhananya...

bahwa orang2 sesat/syirik akan berkumpul bersama2 dgn apa2 yg diyakininya saat di padang makhsyar sebagai pemimpinya (ummat yg sesat tersebut)..!

jika orang2 tlh sesat mengamalkan nariyah (yg didalamnya menyebut2 'predikat' serta ilasulil afdhol Nabi Mumammad), maka mau tidak mau Nabi Muhammad harus ikut berkumpul dgn para pengamal sholawat Nariyah yg dikatakan sesat tersebut juga di padang makhsyar sebagai pemimpinya..

lalu.. orang2 yg katanya beriman kumpulnya dengan siapa sebagai pemimpinnya..?

jangan tanya balik ke saya..

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Dilanjut om sharenya, saya ijin nimba kaweruh ya om

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-09T23:52:41+07:00 2016-03-09T23:52:41+07:00

Quote:Original Posted By raden mahesa
Saya baca setiap subuh 11x

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Ruar biasa, supranatural entusias juga ngamalin sholawat nariyah gan, jgn ragu lagi sama solawat ini ya, insya allah berkah

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-10T09:40:37+07:00 2016-03-10T09:40:37+07:00

Quote:Original Posted By Indihiang
Kalo baca sebantak 4444 X itu berapa jam ya?
Baca Shalawat Nariyah sekali kira-kira 20 detik, jadi 1menit bisa 3x shalawat. 1jam= 180x shalawat 24jam= 4320

udah hampir kelar tuh...

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-11T10:22:21+07:00 2016-03-11T10:25:11+07:00

Quote:

Original Posted By anak skitrow ►Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Shalawat Nariyah cukup populer di banyak kalangan dan ada yang meyakini bahwa orang yang bisa membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat menghilangkan kesulitan-kesulitan atau demi menunaikan hajat maka kebutuhannya pasti akan terpenuhi. Ini merupakan persangkaan yang keliru dan tidak ada dalilnya sama sekali. Terlebih lagi apabila anda mengetahui isinya dan menyaksikan adanya kesyirikan secara terang-terangan di dalamnya. Berikut ini adalah bunyi shalawat tersebut:” اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد الذي تنحل به العقد وتنفرج به الكرب وتقضى به الحوائج وتنال به الرغائب وحسن الخواتيم ويستسقى الغمام بوجهه الكريم وعلى آله وصحبه عدد كل معلوم لك Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil ‘uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaa’iju Wa tunaalu bihir raghaa’ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa ‘alaa aalihi, wa shahbihi ‘adada kulli ma’luumin laka Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah pujian yang sempurna dan juga keselamatan sepenuhnya, Kepada pemimpin kami Muhammad, Yang dengan sebab beliau ikatan-ikatan (di dalam hati) menjadi terurai, Berkat beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, Berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi, Dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai, Begitu pula akhir hidup yang baik didapatkan, Berbagai gundah gulana akan dimintakan pertolongan dan jalan keluar dengan perantara wajahnya yang mulia, Semoga keselamatan juga tercurah kepada keluarganya, dan semua sahabatnya sebanyak orang yang Engkau ketahui jumlahnya.” Syaikh berkata: “Sesungguhnya aqidah tauhid yang diserukan oleh Al-Qur’an Al Karim dan diajarkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kepada setiap muslim untuk meyakini bahwa Allah semata yang berkuasa untuk melepaskan ikatan-ikatan di dalam hati, menyingkirkan kesusahan-kesusahan, memenuhi segala macam kebutuhan dan memberikan permintaan orang yang sedang meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh berdoa kepada selain Allah demi menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya meskipun yang di serunya adalah malaikat utusan atau Nabi yang dekat (dengan Allah). Al-Qur’an ini telah mengingkari perbuatan berdoa kepada selain Allah baik kepada para rasul ataupun para wali. Allah berfirman yang artinya: أُولَئِكَ الذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِن عَذَابَ رَبكَ كَانَ مَحْذُورًا “Bahkan sesembahan yang mereka seru (selain Allah) itu justru mencari kedekatan diri kepada Rabb mereka dengan menempuh ketaatan supaya mereka semakin bertambah dekat kepada-Nya dan mereka pun berharap kepada rahmat-Nya serta merasa takut akan azab-Nya. Sesungguhnya siksa Rabbmu adalah sesuatu yang harus ditakuti.” (QS. Al-Israa’: 57). Para ulama tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berdoa kepada Isa Al-Masih atau memuja malaikat atau jin-jin yang saleh (sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir).” Beliau melanjutkan penjelasannya: “Bagaimana Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa merasa ridha kalau beliau dikatakan sebagai orang yang bisa melepaskan ikatan-ikatan hati dan bisa melenyapkan berbagai kesusahan padahal Al-Qur’an saja telah memerintahkan beliau untuk berkata tentang dirinya: قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرا إِلا مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسنِيَ السوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ “Katakanlah: Aku tidak berkuasa atas manfaat dan madharat bagi diriku sendiri kecuali sebatas apa yang dikehendaki Allah. Seandainya aku memang mengetahui perkara ghaib maka aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang akan menimpaku. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-A’raaf) Pada suatu saat ada seseorang yag datang menemui Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu wahai Rasul”, Maka beliau menghardiknya dengan mengatakan, “Apakah kamu ingin menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah? Katakan: Atas kehendak Allah semata.” Nidd atau sekutu artinya: matsiil wa syariik (yang serupa dan sejawat) (HR. Nasa’i dengan sanad hasan) Beliau melanjutkan lagi penjelasannya: “Seandainya kita ganti kata bihi (به) (dengan sebab beliau) dengan bihaa (بها) (dengan sebab shalawat) maka tentulah maknanya akan benar tanpa perlu memberikan batasan bilangan sebagaimana yang disebutkan tadi. Sehingga bacaannya menjadi seperti ini: اللهم صل صلاة كاملة وسلم سلاما تاما على سيدنا محمد التي تحل بها العقد Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman ‘ala sayyidinaa Muhammadin Allati tuhillu bihal ‘uqadu (artinya ikatan hati menjadi terlepas karena shalawat) Hal itu karena membaca shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah yang bisa dijadikan sarana untuk bertawassul memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan. Mengapa kita membaca bacaan shalawat bid’ah ini yang hanya berasal dari ucapan makhluk biasa sebagaimana kita dan justru meninggalkan kebiasaan membaca shalawat Ibrahimiyah (yaitu yang biasa kita baca dalam shalat, pent) yang berasal dari ucapan Rasul yang Ma’shum?” ***

Penulis: Muhammad Jamil Zainu

Quote:

Original Posted By anak skitrow ►SIAPAKAH PENCIPTA SHALAWAT NARIYYAH? Berdasarkan referensi yang ada, kami baru bisa menemukan isyarat yang menunjukkan bahwa pencipta shalawat ini adalah seorang yang bernama as-Sanusy.[8] Namun hingga saat ini kami belum bisa memastikan siapakah nama lengkapnya, sebab yang menggunakan julukan ini amat banyak dan kami belum mendapatkan keterangan yang menunjukkan as-Sanusi manakah yang menciptakan shalawat tersebut. Hanya saja, yang pasti sebutan as-Sanusi ini merupakan bentuk penisbattan kepada tarekat sufi yang banyak tersebar di daerah Maroko, tarekat as-Sanusiyyah. BENARKAH PENGARANGNYA ADALAH SAHABAT NABI Di sebuah situs Internet tertulis: “Sholawat Nariyah adalah sebuah sholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat Nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras Nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga Syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk Nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan Syekh Nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut Sholawat Nariyah. Suatu malam, Syekh Nariyah membaca sholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama Nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti Syekh Nariyah. Namun Nabi mengatakan tidak bisa karena Syekh Nariyah sudah minta terlebih dahulu. Mengapa Sahabat itu ditolak Nabi? Dan justru. Syekh Nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh Syekh Nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabi-Nya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat”.[9] Kesimpulan, pengarang Shalawat Nariyah konon seorang bernama Syekh Nariyah, dan dia. termasuk Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dijamin masuk surga oleh beliau. Sebagai seorang Muslim mestinya tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan padanya, tanpa klarifikasi dan penelitian, apalagi jika berkenaan dengan permasalahan agama. Sekurang-kurangnya ada dua poin yang perlu dicermati dari cerita di atas : Benarkah ada Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Syekh Nariyah ? Dimanakah sumber kisah tentang Sahabat tersebut ? Dan adakah sanad (mata rantai periwayatan) nya ? Adapun berkenaan dengan poin pertama, perlu diketahui bahwa biografi para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian ekstra dari para Ulama Islam. Begitu banyak kitab yang mereka tulis untuk mengupas biografi para sahabat. Ada referensi yang ditulis untuk memaparkan biografi para sahabat beserta para Ulama sesudah mereka hingga zaman penulis, adapula referensi yang ditulis khusus untuk menceritakan biografi para sahabat saja. Diantara contoh model pertama : Hilyatul Auliya’ karya al-Hafizh Abu Nu’aim al-Asfahani (336-430 H) dan Tahdzibul Kamal karya al-Hafizh Abul Hajjaj al-Mizzi (654-742 H). Adapun contoh model kedua, seperti : a1-Isti’ab fi Ma’rifati1 Ash-hab karya al-Hafizh Ibn ‘Abdil Bar (368-463 H) dan al-Ishabatu fi Tamyizish Shahabah karya al-Hafizh Ibn Hajar al-’Asqalani (773-852 H). Setelah meneliti berbagai kitab di atas dan juga referensi biografi lainnya, yang biasa diistilahkan para Ulama dengan kutubut tarajim wa ath-thabaqat, ternyata tidak dijumpai seorang pun di antara Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Nariyah. Bahkan sepengetahuan kami, tidak ada seorang pun Ulama klasik yang memiliki nama tersebut. Lalu, dari manakah orang tersebut berasal ?? Sebenarnya, orang yang sedikit terbiasa membaca kitab Ulama, hanya dengan melihat nama tersebut beserta ‘gelar’ syaikh di depannya, akan langsung ragu bahwa orang tersebut benar-benar Sahabat Nabi. Karena penyematan ‘gelar’ syaikh di depan nama Sahabat -sepengetahuan kami- bukanlah kebiasaan para Ulama dan juga bukan istilah yang lazim mereka pakai, sehingga terasa begitu janggal di telinga. Kesimpulannya : berdasarkan penelaahan kami, tidak ada sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang bernama Syekh Nariyah. Jadi penisbatan shalawat tersebut terhadap, Sahabat sangat perlu untuk dipertanyakan dan amat diragukan keabsahannya. Adapun poin kedua, amat disayangkan penulis makalah di internet tersebut tidak menyebutkan sanad (mata rantai periwayatan) kisah yang ia bawakan, atau minimal mengisyaratkan rujukannya dalam menukil kisah tersebut. Andaikan ia mau menyebutkan salah satu dari dua hal di atas niscaya kita akan berusaha melacak keabsahan kisah tersebut, dengan meneliti para perawinya, atau merujuk kepada kitab aslinya. Atau barangkali kisah di atas merupakan dongeng buah pena penulis tersebut ? Jika, ya, maka kisah tersebut tidak ada nilainya; karena kisah fiksi, alias kisah yang tidak pernah terjadi ! Amat disayangkan, dalam hal yang berkaitan dengan agama, tidak sedikit kaum Muslimin sering menelan mentah-mentah suatu kisah yang ia temukan di sembarang buku dan internet, atau kisah yang diceritakan oleh tetangga, teman, guru dan kenalan, tanpa merasa perlu untuk mengcrosscek keabsahannya. Seakan-akan kisah itu mutlak benar terjadi! Padahal kenyataannya seringkali tidak demikian. Untuk memfilter kisah-kisah palsu dan yang lainnya, Islam memiliki sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain, yaitu : Islam memiliki sanad (mata rantai periwayatan). Demikian keterangan yang disampaikan Ibn Hazm (384-456 H)[10] dalam al-Fishal dan Ibnu Taimiyyah (661-728 H).[11] Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak (118-181 H) pernah berkata, “Isnad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada isnad, seseorang akan bebas mengatakan apa yang dikehendakinya.”[12] KANDUNGAN MAKNA SHALAWAT NARIYYAH “Ya Allah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan curahkanlah salam kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan dapat terpenuhi, dan semua hajat yang didambakan serta husnul khatimah dapat diraih, serta berkat dirinya yang mulia hujanpun turun.[/B][/B] Semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para Sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan semua yang diketahui oleh Engkau.” Bagian dari Shalawat Nariyyah yang kami cetak tebal itulah yang akan dicermati dalam tulisan singkat ini. Kalimat-kalimat tersebut mengandung penisbatan terpecahkannya semua kesulitan, dilenyapkannya segala kesusahan, ditunaikannya segala macam hajat, tercapainya segala keinginan dan husnul khatimah, kepada selain Allah Ta’ala. Dalam hal ini yang mereka maksudkan yang melakukan itu semua adalah Rasalullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penisbatan ini merupakan sebuah kekeliruan fatal, sebab bertolak-belakang dengan al-Qur’an dan Sunnah, serta bisa mengantarkan pelakunya kepada kekufuran. Pasalnya, semua perbuatan tersebut, hanya Allah Ta’ala yang berkuasa melakukannya. Mari kits cermati nash-nash berikut : Allah Ta’ala berfirman : “Siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang melenyapkan kesusahan serta yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi? Adakah tuhan selain Alldh ? Amat sedikit kalian mengingat-Nya” (QS. an-Naml/27:62). Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengingatkan bahwa hanya Dia-lah yang diseru saat terjadi kesusahan, dan Dia pula yang diharapkan pertolongan-Nya saat musibah melanda. Demikian keterangan yang disampaikan Imam Ibnu Katsir rahimahullah [13] Karena itulah, setelahnya Allah Ta’ala melontarkan pertanyaan dalam konteks pengingkaran, “Adakah tuhan selain Allah?”. Hal ini mengisyaratkan, wallahu a’lam, bahwa orang yang tertimpa kesulitan dan kesusahan lalu memohon pertolongan kepada selain Allah Ta’ala, seakan ia telah menjadikan dzat yang diserunya itu sebagai tuhan ‘saingan’ Allah Ta’ala. Sebab tidak ada yang sanggup mengabulkan permohonan tersebut melainkan hanya Allah Ta’ala. Senada dengan ayat di atas, firman Allah Ta’ala berikut : Katakanlah, “Siapakah yang dapat menyelamatkan kalian dari bencana di darat dan di laut, yang kalian berdoa kepada-Nya dengan berendah diri dan suara yang lembut (dengan mengatakan), ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami akan menjadi orang-orang yang bersyukur’. Katakan, “Allahlah yang menyelamatkan kalian dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan. Lantas mengapa kalian kembali mempersekutukan-Nya?!”. (QS. al-An’,kn/6: 63-64) “Apapun nikmat yang ada dalam diri kalian, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kalian ditimpa marabahaya, maka hanya kepada-Nya­lah (seharusnya) kalian meminta pertolongan” (QS. an-Nahl/16:53) Dan masih banyak lagi firman Allah yang semakna dengan ayat-ayat di atas, yang menegaskan bahwa segala bentuk kebaikan di dunia maupun akhirat, hanya Allah TA’ala sajalah yang mendatangkannya. Sebagaimana pula segala bentuk keburukan di dunia ataupun akhirat, hanyalah Allah Ta’ala yang menghindarkannya dari diri kita. Karena itulah, kita dapatkan qudwah kita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pun mencontohkan untuk selalu kembali kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan. Mari kita cermati sebagian dari doa yang beliau baca : “Ya Alldh, jadikanlah akhir dari seluruh urusan kami baik, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksaan akhirat” (HR. Ibnu Hibban 3/230 no. 949) “Wahai Yang Maha hidup dan Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu-lah aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh keadaanku, dan janganlah Engkau jadikanku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata” (HR. al-Hakim 1/739 no. 2051). “Ya Alldh, rahmat-Mu-lah yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata. Dan perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Engkau” (HR. Abu Dawud, 5/204 no. 5090 dari Abu Bakrah, dan dinilai sahib oleh Ibn Hibban (III/250 no. 970). Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menisbatkan seluruh urusan kepada Allah Ta’ala dan memberi kita teladan agar senantiasa mengembalikan segala sesuatu hanya kepada Allah Ta’ala !. Pernahkah beliau -walaupun hanya sekali- mengajarkan kepada umatnya agar bergantung kepada beliau?! Mustahil beliau mengarahkan demikian, sebab beliau sendirilah yang berkata, “Janganlah Engkau (Ya Allah) jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun itu hanya sekejap mata”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan praktek tawakkal yang begitu tinggi, dimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ingin bergantung pada diri sendiri, walaupun itu hanya sesaat, sekedipan mata! Mengapa kita tidak meneladaninya dalam hal ini dan yang lainnya? Cermati pula doa terakhir!. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menutup doanya dengan kalimat thayyibah LAILAHAILLALLAH yang menunjukkan -wallahua’lam- bahwa seluruh permintaan di atas adalah bentuk ibadah yang hanya boleh dipersembahkan kepada Allah Ta’ala. Berdasarkan keterangan di atas yang menyebutkan adanya kesalahan akidah dalam shalawat Nariyah, maka tidak sepantasnya shalawat ini diamalkan oleh umat, baik dengan membaca dan menghafalkannya, apalagi sampai meyakini dan mengharapkan keutamaan darinya. Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 06/ Dzulqa’dah 1431 H Oktober 2010 M

Shalawat Nariyah, tidak ada dari isinya yang bertentangan dengan syariah. Makna kalimat: “yang dengan Beliau (S.a.w) terurai segala ikatan, hilang segala kesedihan, dipenuhi segala kebutuhan, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik” adalah kiasan, bahwa Beliau S.a.w pembawa Al Qur’an, pembawa hidayah, pembawa risalah, yang dengan itu semua lah terurai segala ikatan dosa dan sihir, hilang segala kesedihan yaitu dengan sakinah, khusyu' dan selamat dari siksa neraka, dipenuhi segala kebutuhan oleh Allah S.w.t, dicapai segala keinginan dan kesudahan yang baik yaitu khusnul khatimah dan surga. Ini adalah kiasan saja dari sastra balaghah arab dari cinta, sebagaimana pujian Sayyidina Abbas bin Abdul Mutthalib R.a kepada Nabi S.a.w di hadapan Beliau S.a.w; “… dan engkau (wahai Nabi) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya di bumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya”. (Mustadrak ‘ala Shahihain hadits No.5417), tentunya bumi dan langit tidak bercahaya terang yang terlihat mata, namun kiasan tentang kebangkitan risalah. Sebagaimana semua orang yang mengerti bahasa arab memahami ini, cuma kalau mereka tak faham bahasa maka langsung memvonis musyrik, tentunya dari dangkalnya pemahaman atas tauhid, mengenai kalimat diminta hujan dengan wajahnya yang mulia, adalah cermin dari bertawassul pada Beliau S.a.w para sahabat sebagaimana riwayat Shahih Bukhari. Shalawat ini bukan berasal dari Rasul S.a.w, namun siapa pun boleh membuat Shalawat atas Nabi S.a.w, Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq R.a membuat shalawat atas Nabi S.a.w, Sayyidina Ali bin Abi Thalib K.w membuat shalawat, juga para Imam dan Muhadditsin, Shalawat Imam Nawawi, Shalawat Imam Syadzilli, dan banyak lagi, bahkan banyak para Muhadditsin yang membuat (kitab-kitab) Maulid, bukan hanya Shalawat. (Copas dari blog cahaya shalawat) Contoh lagi dari sastra arab sebagaimana dalam surat Al Lahab ayat ke 3-4: "Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak" "Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar." Pembawa kayu bakar disitu bukanlah penyebutan profesi sang istri Abu Lahab namun pembawa kayu bakar adalah idiom. (An idiom's figurative meaning is different from the literal meaning.) yang maknanya adalah penyebar fitnah

Wa Allahu 'alam bissawab...

Diubah oleh kaoskumal 11-03-2016 10:25

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-11T10:48:20+07:00 2016-03-11T10:48:20+07:00

bca 11x hbs sholat fardhu dlm sekali nafas insuaAlloh ente jd manusia super

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-15T12:47:10+07:00 2016-03-15T12:47:10+07:00

`Terima kasih atas share ilmu yang bermanfaat

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-03-15T13:47:39+07:00 2016-03-15T13:47:39+07:00

Amalan yang sangat bagus...amalkan sehabis shalat maghrb dan shubuh masing2 7x...selepas mengamalkan usahakan shalawatan seikhlasnya..kemudian meditasi 10 hingga 15 menitan..dan rasakan kesejukan energy murni yang masuk ketubuh kita...

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-08-27T12:03:44+07:00 2016-08-27T12:03:44+07:00

Ikut menyimak...

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2016-08-30T18:21:48+07:00 2016-08-30T18:21:48+07:00

Ijin mengamalkan suhu. Minta ijasahnya

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2017-01-12T11:39:15+07:00 2017-01-12T11:39:15+07:00

ijin mengamalkan puh, mohon ijazah nya ^^

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2017-01-13T21:16:15+07:00 2017-01-13T21:16:15+07:00

Quote:

Original Posted By sakti.tanpailmu


Sholawat Nariyah adalah sebuahsholawat yang disusun oleh Syekh Nariyah. Syekh yang satu ini hidup pada jaman Nabi Muhammad sehingga termasuk salah satu sahabat nabi. Beliau lebih menekuni bidang ketauhidan. Syekh Nariyah selalu melihat kerja keras nabi dalam menyampaikan wahyu Allah, mengajarkan tentang Islam, amal saleh dan akhlaqul karimah sehingga syekh selalu berdoa kepada Allah memohon keselamatan dan kesejahteraan untuk nabi. Doa-doa yang menyertakan nabi biasa disebut sholawat dan syekh nariyah adalah salah satu penyusun sholawat nabi yang disebut sholawat nariyah.

Suatu malam syekh nariyah membacasholawatnya sebanyak 4444 kali. Setelah membacanya, beliau mendapat karomah dari Allah. Maka dalam suatu majelis beliau mendekati Nabi Muhammad dan minta dimasukan surga pertama kali bersama nabi. Dan Nabi pun mengiyakan. Ada seseorang sahabat yang cemburu dan lantas minta didoakan yang sama seperti syekh nariyah. Namun nabi mengatakan tidak bisa karena syekh nariyah sudah minta terlebih dahulu. Mengapa sahabat itu ditolak nabi? dan justru syekh nariyah yang bisa? Para sahabat itu tidak mengetahui mengenai amalan yang setiap malam diamalkan oleh syekh nariyah yaitu mendoakan keselamatan dan kesejahteraan nabinya. Orang yang mendoakan Nabi Muhammad pada hakekatnya adalah mendoakan untuk dirinya sendiri karena Allah sudah menjamin nabi-nabiNya sehingga doa itu akan berbalik kepada si pengamalnya dengan keberkahan yang sangat kuat. Jadi nabi berperan sebagai wasilah yang bisa melancarkan doa umat yang bersholawat kepadanya.

Inilah salah satu rahasia doa/sholawat yangtidak banyak orang tahu sehingga banyak yang bertanya kenapa nabi malah didoakan umatnya? untuk itulah jika kita berdoa kepada Allah jangan lupa terlebih dahulu bersholawat kepada Nabi SAW karena doa kita akan lebih terkabul daripada tidak berwasilah melalui bersholawat. Inilah riwayat singkat sholawat nariyah. Hingga kini banyak orang yang mengamalkan sholawat ini, tak lain karena meniru yang dilakukan syekh nariyah. Dan ada baiknya sholawat ini dibaca 4444 kali karena syekh nariyah memperoleh karomah setelah membaca 4444 kali. Jadi jumlah amalan itu tak lebih dari itba' (mengikuti) ajaran syekh. Agar bermanfaat, membacanya harus disertai keyakinan yang kuat, sebab Allah itu berada dalam prasangka hambanya. Inilah pentingnya punya pemikiran yang positif agar doa kita pun terkabul. Meski kita berdoa tapi tidak yakin (pikiran negatif) maka

bisa dipastikan doanya tertolak.



"Allohumma sholli shollatan kamilah wa sallim salaman. Taman 'ala sayyidina Muhammadiladzi tanhallu bihil 'uqodu wa tanfariju bihil kurobu. Wa tuqdhobihil hawa iju wa tunna lu bihiro 'ibu wa husnul khowatim wa yustaqol ghomawu biwaj hihil kariim wa 'ala aalihi washosbihi fii kulli lamhatin wa hafasim bi'adadi kulli ma'luu mi laka

ya robbal 'aalamiin"

Artinya :

"Ya Allah Tuhan Kami, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan yang sempurna atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW. Semoga terurai dengan berkahnya segala macam buhulan dilepaskan dari segala kesusahan, ditunaikan segala macam hajat, tercapai segala keinginan dan khusnul khotimah, dicurahkan rahmat dengan berkah pribadinya yang mulia. Kesejahteraan dan keselamatan yang sempurnah itu semoga Engkau limpahkan juga kepada para keluarga dan sahabatnya setiap kedipan mata dan hembusan nafas, bahkan sebanyak pengetahuan Engkau, Ya

Tuhan semesta alam"


faedah nya dari pengalaman sendiri :¤♥¤ di baca 11x setelah solat .. = akan membuat tenang qolbu ¤♥¤ di baca 4444x setelah solat malam ..= akan memuluskan hajat

jgn lupa rate 5 dan cendolnya ya gan kalo berkenan


Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444
________
Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

kalau boleh ts minta agan sekalian buat berbagi pengalamannya dong tenang sholawat ini bagaimana ?

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

untaian shalawat dan doa yang indah sekali

Berapa lama membaca sholawat nariyah 4444

2017-01-16T05:17:36+07:00 2017-01-16T05:17:36+07:00

indahnya segala macam shalawat dengan seribu safa'at.


Page 2

Satu gambar berbagi sejuta cerita, upload sekarang!