Berapa lama durasi dari tarian klana topeng

Tari klana topeng merupakan bentuk karya tari tunggal. Tari ini berasal dari daerah istimewa yogyakarta. Tari klana topeng pada umumnya ditarikan oleh penari putra. Tema yang menjadi sumber tarian ini mengambil dari cerita panji. Cerita itu tentang Raja Klana Sewandana yang sedang jatuh cinta.Gerak-gerik tarinya menggambarkan Prabu Klana yang sedang menghias diri. Ada gerak mengatur rambut. Ada gerak menghias kumis. Ada gerak menata pakaian. Ada juga gerak sedang bercermin. Iringan yang mengiringi tarian yaitu seperangkat gamelan jawa.Penari saat mempertunjukkan Tari Klana Topeng menggunakan busana, diantaranya celana, kain, sabuk, selendang, penutup kepala, hiasan dada, hiasan tangan, dan hiasan kaki. Tari Klana Topeng ditarikan kurang lebih selama lima belas menit. Penari menggunakan topeng selama menarikan tari klana topeng. Pemakaian topeng oleh penari secara terus menerus selama menarikan tarian ini sehingga membuat kagum para penonton. Penari tetap bersemangat dan lincah dalam bergerak meskipun memakai topeng.

  1. Informasi apakah yang kamu harapkan ketika kamu baru membaca judul teks non-fiksi [Tari Klana Topeng] ?
  2. Sesuaikah antara harapan informasi yang kamu peroleh ketika baru membaca judul teks nonfiksi dengan informasi yang kamu peroleh setelah membaca teks nonfiksi berjudul Tari Klana Topeng ?
  3. Informasi apakah yang kamu peroleh setelah membaca teks nonfiksi berjudul Tari Klana Topeng ?

  1. Informasi tentang Tari Klana Topeng.
  2. Sesuai, judul menunjukkan isi bacaan.
  3. Informasi yang diperoleh setelah membaca teks nonfiksi berjudul Tari Klana Topeng adalah mengetahui asal tari klana topeng, unsur-unsur tari klana topeng, dan busana serta properti tari klana topeng.

Tuliskan hasil perbandingan informasi yang kamu harapkan ketika kamu baru membaca judul teks nonfiksi dan informasi yang kamu dapat setelah membaca teks nonfiksi. Selanjutnya, presentasikan secara lisan di depan kelas. Lakukan secara bergantian dengan temanmu.

Nah itulah diatas merupakan kunci jawaban buku tematik kelas 6 tema 6 halaman 66 tentang Tari Klana Topeng. Semoga kunci jawaban tersebut bisa bermanfaat. Dan jangan lupa bagikan ke teman-teman mu ya. Akhir kata, sampai jumpa di postingan belajar lainnya.

Berbagi :

Dalam kebudayaan khas Cirebon, terdapat beberapa jenis tari topeng, yaitu tari Topeng Panji, tari Topeng Samba, tari Topeng Rumyang, tari Topeng Temanggung dan tari Topeng Kelana atau Rahwana.

Kelima tarian topeng ini kemudian disebut sebagai Pancawanda atau lima rupa karena menggambarkan tokoh-tokoh dalam tarian tersebut.

Melansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kelima tarian ini tentu memiliki filosofi tersendiri mengenai siklus kehidupan manusia, yakni:

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

LihatTari Topeng khas Cirebon memiliki filosofi mengenai siklus hidup seorang manusia. Sumber: Pixabay.com
  1. Tari Topeng Panji, tari topeng ini menggunakan gerakan yang lembut sehingga mewakili kehidupan masa kanak-kanak.

  2. Tari Topeng Samba adalah tarian lanjutan dari tari Topeng Panji yang menjadi perwakilan masa hidup manusia yang lincah dan penuh rasa ingin tahu.

  3. Tari Topeng Rumyang adalah tarian yang mewakili siklus hidup manusia ketika beranjak dewasa yang ditandai dengan kulit rupanya merona memerah sebagai tanda kedewasaan. Tarian ini juga memiliki gerakan yang tegas yang menunjukkan manusia yang mendekati kemapanan.

  4. Tari Topeng Temanggung mengisahkan manusia yang telah menempati masa kematangan dan kemapanan yang sempurna. Hal tersebut bisa dari gerakan tarinya yang dinamis yang menandakan seseorang telah berada di puncak kedewasaan.

  5. Tari Topeng Kelana memiliki perbedaan dengan tari topeng lainnya. Tari ini tidak menceritakan tentang siklus hidup melainkan menggambarkan tentang sifat buruk manusia yang penuh emosi dan amarah.

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

LihatTari Klana Topeng menggunakan properti topeng untuk menggambarkan tokoh dalam tarian tersebut. Sumber: iStock.com

Video liên quan

Dalam kebudayaan khas Cirebon, terdapat beberapa jenis tari topeng, yaitu tari Topeng Panji, tari Topeng Samba, tari Topeng Rumyang, tari Topeng Temanggung dan tari Topeng Kelana atau Rahwana.

Kelima tarian topeng ini kemudian disebut sebagai Pancawanda atau lima rupa karena menggambarkan tokoh-tokoh dalam tarian tersebut.

Melansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kelima tarian ini tentu memiliki filosofi tersendiri mengenai siklus kehidupan manusia, yakni:

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Lihat

Facebook

Twitter

Pinterest

WhatsApp

TOPENG KELANA

Oleh:Risa Nopianti

[BPNB Jabar]

Tari topeng merupakan kesenian yang lahir dan berkembang di sekitar wilayah Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Tarian ini disebut Tari Topeng karena penari menggunakan topeng atau kedok sebagai asesoris tariannya, yang berfungsi untuk menutupi wajah penari. Penggunaan topeng ini juga terkait dengan jenis tarian yang dimainkan, yang tentunya sesuai dengan karakter topeng atau kedok yang dipergunakan.

Tari topeng merupakan jenis tarian rakyat yang hidup di desa-desa di Cirebon dan sekitarnya. Versi lain menyebutkan bahwa kesenian ini berasal dari Jawa Timur, yang tersebar ke Cirebon pada masa pemerintahan kerajaan Jenggala [abad 10-11 M]. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kebijakan pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-17 yang membatasi kesenian di Keraton Cirebon. Dengan demikian banyak para seniman yang akhirnya memilih untuk pulang kampung dan menjadi seniman jalanan dengan mengembangkan seni topeng ini di daerahnya masing-masing. Sejak saat itulah, tari topeng secara organik berkembang ditengah masyarakat kebanyakan bukan di lingkungan keraton.

Keberadaan tari topeng di wilayah Cirebon terjadi seiring dengan periode awal penyebaran agama Islam di kota tersebut. Pada masa Cirebon menjadi pusat penyebaran Agama Islam, Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayahtulah yang juga seorang anggota Wali Songo bergelar Sunan Gunung Jati, bekerja sama dengan Sunan Kalijaga menggunakan tari topeng dan enam jenis kesenian lain yaitu, Wayang Kulit, Gamelan, Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan sebagai alat penyebaran Agama Islam. Selain itu kesenian-kesenian tersebut juga diciptakan sebagai sebuah karya seni yang memiliki nilai estetis, sehingga dapat digelar di lingkungan Keraton.

Dalam perkembangannya pada masyarakat, Topeng Cirebon kemudian memperoleh dan memiliki bentuk serta penyajiannya yang spesifik dengan menampilkan beberapa jenis tarian berbeda disesuaikan dengan kedok yang digunakan. Sesuai dengan urutannya tari Topeng Cirebon terdiri dari tari Topeng Panji, tari Topeng Samba, tari Topeng Rumyang, tari Topeng Temanggung dan tari Topeng Kelana atau Rahwana. kelima jenis topeng ini kemudian dikenal dengan nama Panca Wanda [lima rupa].

Kelima purwa rupa Topeng Cirebon ini memiliki keunikan dan cerita yang mendasarinya sendiri-sendiri. Filosofi lima purwa Topeng Cirebon mengandung makna siklus hidup manusia. Pada masa kanak-kanak disimbolkan dengan Topeng Panji, yang memiliki rupa dan gerakan tari yang lembut layaknya anak-anak. Beranjak remaja Topeng Samba menjadi perwakilan masa hidup manusia yang lincah dan penuh rasa ingin tahu. Topeng Rumyang mewakili siklus hidup manusia dewasa, rupanya yang bersemu merah menandakan kedewasaan, begitu pula gerakannya yang semakin mantap menunjukkan manusia yang mendekati kemapanan. Adapun Topeng Temanggung menceritakan siklus kehidupan manusia yang telah menginjak pada masa kematangan dan kemapanan sempurna, hal ini ditandai dengan rupanya yang menggambarkan seseorang yang telah mencapai puncak kedewasaan, dan gerakan tari dari Topeng Temanggung yang sangat dinamis.

Tari topeng Kelana sering pula disebut topeng Rowana. Sebutan itu mengacu pada salah satu tokoh yang ada dalam cerita Ramayana, yakni tokoh Rahwana. Secara kebetulan, karakternya sama persis dengan tokoh Kelana dalam cerita Panji. Di Cirebon, topeng Kelana dan Rawana kadang-kadang diartikan sebagai tarian yang sama, namun bagi beberapa dalang topeng, misalnya Sujana Arja dan Keni Arja dari Slangit; Sutini dari Kalianyar; dan Tumus dari Kreo; membedakan kedua tarian tersebut dari kostumnya. Sekalipun kedok yang digunakan hampir mirip, dan kostum yang digunakan juga sama yaitu kostum irah-irahan atau makuta. Hanya saja kostum Rahwana menggunakan detail badong atau praba pada bagian kepala dan punggungnya seperti kostum wayang wong, sedangkan kostum tari Kelana tidak menggunakan badong.

Berbeda dari topeng-topeng sebelumnya yang memfilosofikan siklus kehidupan manusia, Topeng Kelana, adalah jenis topeng yang menggambarkan seseorang yang sedang marah. Tari Topeng Kelana adalah gambaran seseorang yang bertabiat buruk, serakah, penuh amarah dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, ditandai dengan warna merah dari kedoknya. Tariannya sangat bertenaga dan bersemangat, sehingga lebih disenangi oleh penonton dibanding dengan tari topeng jenis lainnya. Gerak tarinya menggambarkan seseorang yang tengah marah, mabuk, gandrung, tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya. Lagu pengiringnya adalah Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang.

Struktur tarinya seperti halnya topeng lainnya, terdiri atas bagian baksarai [tari yang belum memakai kedok] dan bagian ngedok [tari yang memakai kedok]. Beberapa dalang topeng, misalnya Rasinah dan Menor [Carni], membagi tarian ini menjadi dua bagian. Bagian pertama, adalah tari topeng Kelana yang diiringi dengan lagu Gonjing dan sarung Ilang. Bagian kedua, adalah Kelana Udeng yang diiringi lagu Dermayonan.

  • TOPIK
  • risa nopianti
  • topeng cirebon
  • topeng kelana

Facebook

Twitter

Pinterest

WhatsApp

Artikulli paraprakAKTIVITAS MASYARAKAT SUNDA DI GOLODOG IMAH PANGGUNG

Artikulli tjetërMENGENAL KEMBALI BULENG, TRADISI LISAN BETAWI

ARTIKEL TERKAITDARI PENULIS

Cacarekan: Tradisi Lisan pada Masyarakat Desa Sukakersa, Kabupaten Sumedang

Seeng Tambaga [Dandang Tembaga] Tanjungsiang Subang

Sakai dan Abir, Adat Gotong Royong Pertanian di Negara Nabung Lampung Timur

Recent Posts

  • Cacarekan: Tradisi Lisan pada Masyarakat Desa Sukakersa, Kabupaten Sumedang
  • Seeng Tambaga [Dandang Tembaga] Tanjungsiang Subang
  • Sakai dan Abir, Adat Gotong Royong Pertanian di Negara Nabung Lampung Timur
  • Seni Gaok
  • Syukuran Kelahiran Bayi di Kampung Cikondang

Archives

  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019
  • April 2019
  • March 2019
  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • April 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • June 2014
  • August 2013
  • September 2010
  • June 2010
  • March 2010
  • September 2009

Categories

  • Akuntabilitas KInerja
  • Artikel
  • Banten
  • Berita
  • Buddhiracana
  • Bunga Rampai
  • DKI Jakarta
  • Internalisasi
  • Jawa Barat
  • Lampung
  • Layanan Publik
  • Leaflet
  • Manajemen Perubahan
  • Manajemen SDM
  • Patanjala
  • Pendataan
  • Penelitian
  • Penguatan Kelembagaan
  • pengumuman
  • Perekaman
  • Perundang-Undangan
  • Sejarah
  • Sistem Pengawasan
  • Tata Laksana
  • Tokoh
  • Uncategorized
  • Video
  • WBTB

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Jawaban: 2

Buka kunci jawaban

Video liên quan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA