Berapa harga 3 dolar dalam rupiah

Akhir-akhir ini di tengah gencarnya pemberitaan mengenai pandemi virus Corona atau Covid-19 yang makin menyebar luas di beberapa wilayah di Indonesia, kita dikagetkan lagi dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang menyentuh angka Rp16.000 pada Kamis 19 Maret 2020 lalu. Tentu saja ini bukanlah berita baik di tengah kondisi pandemi global. Efeknya banyak orang makin panik karena khawatir jika krisis moneter akan terulang kembali seperti yang terjadi di tahun 1998 lalu.

Lika-Liku Perjalanan Nilai Rupiah

Naik turun nilai Rupiah memang bukanlah hal baru bagi kondisi keuangan negara kita. Lika liku perjalanan panjang dari masa ke masa telah negara lalui dan berhasil menguatkannya kembali. Dilihat dari sejarahnya yang dikutip dari berbagi sumber, nilai Rupiah pernah berada pada nilai Rp1.997 di tahun 1991. Namun kekuatan ini tidak bertahan lama hingga mengalami puncaknya pada Juni 1998 dimana nilai Rupiah jatuh pada angka Rp16.650 yang berakibat krisis moneter dan menjadikan angka ini sebagai nilai terendah Rupiah sepanjang sejarah Indonesia hingga saat ini.

Setelah mengalami masa sulit, Indonesia akhirnya bangkit dan didukung oleh nilai Rupiah yang mencapai Rp8.500 selama 3 tahun, tepatnya di tahun 2010 hingga 2012. Sedangkan di akhir April 2018 lagi-lagi nilai Rupiah lemah kembali menjadi Rp13.800 akibat nilai Dolar yang menguat secara global dan kini di bulan Maret 2020 nilai tukar Rupiah mencapai Rp16.000 atau mendekati nilai saat krisis moneter di tahun 1998. Lantas, mengapa nilai Rupiah bisa naik turun? Apa saja faktor yang menyebabkan ini semua terjadi?

Faktor Nilai Rupiah di Tengah Kondisi Saat Ini

Persoalan naik turunnya nilai Rupiah bukanlah persoalan sederhana. Banyak faktor yang menjadi penyebab terhadap pelemahan nilai Rupiah baik dari sisi internal maupun eksternal. Kondisi ekonomi sebuah negara juga menjadi salah satu hal penting yang menjadi penyebabnya. Namun di tengah pandemi virus Covid-19 yang terjadi di banyak negara, tak terkecuali Indonesia yang hingga akhir Maret 2020 masih mengalami peningkatan jumlah penderita, membuat kondisi ekonomi negara mengalami guncangan. Jika dianalisa, setidaknya ada 4 faktor yang menjadi penyebab turunnya nilai Rupiah di tengah kondisi Indonesia saat ini.

1. Turunnya Supply Dolar Amerika Serikat

Dikutip dari Big Alpha, nilai tukar Rupiah saat ini turun karena tidak terlepas dari faktor supply yang semakin berkurang. Untuk alasan lebih rincinya, supply berkurang karena investor asing menarik diri dari Indonesia guna mengurangi risiko yang lebih sedikit mengingat saat ini kondisi Indonesia sedang diguncang dengan pandemi virus Covid-19.

Hal ini dapat terlihat dari Surat Utang Negara (SUN) yang sedang jatuh dan menurunnya minat beli investor karena lagi-lagi terlalu berisiko. Jika terus dibiarkan akan semakin banyak investor asing yang memilih untuk keluar dahulu dan supply Dolar Amerika Serikat akan semakin berkurang sehingga dapat menyebabkan kenaikan harga.

2. Turunnya Harga Komoditas Ekspor

Menurunnya permintaan barang ekspor tentu saja akan membuat neraca perdagangan akan berdampak. Ekspor sangat penting bagi sebuah negara karena jika ekspor turun, maka rupiah akan semakin melemah. Oleh karena itu untuk menguatkan nilai Rupiah kembali, maka permintaan ekspor harus semakin bertambah.

3. Tingginya Tingkat Impor

Tentu saja nilai ekspor berbanding terbalik dengan impor. Semakin rendahnya nilai impor, maka nilai Rupiah akan meningkat. Alasan inilah mengapa kita harus lebih mencintai produk dalam negeri untuk menekan nilai impor. Memiliki pola pikir bahwa kualitas produk dalam negeri tidak kalah dengan produk luar tentu saja akan semakin meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk lokal dan jika sukses akan membuka peluang besar untuk diekspor ke luar negeri.

4. Perekonomian Amerika Serikat Yang Meningkat

Faktor perekonomian Amerika Serikat yang semakin menguat tentu saja menjadi hal yang berpengaruh besar terhadap nilai tukar Rupiah. Semakin kuat ekonomi Amerika Serikat, sangat berpotensi semakin lemahnya Rupiah. Apalagi semenjak Amerika Serikat memberlakukan kebijakan ekonominya yaitu tapering off sebagai langkah pengurangan quantitative easing atau meningkatkan suku bunga negara sehingga suplai Dolar berkurang. Indonesia sebagai negara berkembang pun mudah terdepresiasi dengan pengaruh mata uang asing yang terus menekannya.

Yang Harus Kita Lakukan Untuk Menguatkan Nilai Rupiah

Sebagai warga negara yang baik, tidak ada salahnya untuk senantiasa bersama membantu pemerintah menguatkan nilai tukar Rupiah. Banyak hal yang bisa Sobat Sikapi lakukan dimulai dengan 3 langkah mudah ini.

1. Membeli Produk Dalam Negeri

Dari penjelasan di atas kita sudah tahu bawah semakin tinggi impor maka nilai tukar Rupiah semakin lemah. Oleh karena itu, salah satu langkah mudah yang bisa kita lakukan bersama-sama adalah mengurangi membeli produk impor. Tanamkan rasa cinta dan bangga kamu terhadap produk dalam negeri yang memiliki kualitas tak kalah dengan kualitas produk luar negeri karena kalau bukan kita yang gunakan, siapa lagi? Langkah ini juga mampu membantu industri wirausaha tanah air sehingga dapat semakin berkembang dan tentu saja akan mengurangi tingkat pengangguran.

2. Berinvestasi di Dalam Negeri

Tak selamanya nilai tukar Rupiah turun membuat investasi itu rugi. Kamu dapat tetap berinvestasi dengan membeli Surang Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara Ritel (ORI) yang diterbitkan pemerintah yang memiliki risiko kecil.

Selain investasi, industri perbankan syariah juga dapat menjadi solusi tanpa perlu takut terkena dampak dari nilai tukar Rupiah yang memengaruhi suku bunga. Dengan proses Murabahah atau kesepakatan harga jual dan margin keuntungan, akan membuat investasi makin mudah dan pasti.

3. Tidak Menimbun Dolar

Sobat harus berani untuk memegang Rupiah dan tidak ikut-ikutan menukarkan Rupiah ke Dolar untuk meraup keuntungan. Justru bagi Sobat yang memiliki banyak Dolar bisa membantu pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian bangsa dengan menukarkan Dolarnya ke Rupiah. Sobat harus yakin bahwa kenaikan dan penurunan perekonomian berlaku seperti sebuah siklus. Cepat atau lambat, nilai mata uang Rupiah akan kembali menguat.

Dari penjelasan di atas, janganlah kita terlalu panik atas pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi walupun hingga saat ini, Senin 23 Maret 2020 pukul 15.00 nilai tukar Rupiah mencapai Rp16.610. Kita sama-sama tahu bahwa Indonesia sedang diterpa oleh pandemi virus Covid-19 yang memengaruhi semua aspek, tak terkecuali di sektor perekonomian. Sudah saatnya kita semua saling bahu membahu meringankan dan membantu pemerintah untuk memperkuat kembali nilai tukar Rupiah dengan cara-cara yang paling mudah kita lakukan. Jangan jadikan momen ini untuk mengambil keuntungan pribadi. Segera bangkit dan ajak orang-orang di sekelilingmu untuk segera melakukan tiga langkah baik tersebut.

Sumber:

https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-2943614/perjalanan-dolar-as-dari-rp-2000-kini-rp-13300

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4204729/ini-penyebab-rupiah-terus-melemah

https://ccf.co.id/insight-detail/menelusuri-rekam-jejak-rupiah-yang-mencapai-14000-terhadap-dolar

https://www.idntimes.com/business/economy/helmi/kita-bisa-bantu-kuatkan-rupiah-dengan-5-cara-ini

https://www.instagram.com/p/B96pb2xh5wz/

1 dolar ada berapa?

jika 1$ USD (Dolar Amerika Serikat) dirupiahkan sama dengan Rp13.987,00. jika 1$ USD (Dolar Amerika Serikat) dirupiahkan sama dengan Rp13.987,00.

1 dolar bisa beli apa?

Apabila di Amerika, apasih yang bisa dibeli dengan uang 1 US dollar? Di Amerika, uang tersebut bisa kamu gunakan untuk membeli sepotong pizza, korek gas, membayar parkir selama satu jam, sebotol air mineral ukuran sedang, permen, kartu pos, cotton buds, dan berbagai hal lainnya.

10rb dolar itu berapa?

Uang sejumlah 10.000 USD apabila diubah ke dalam mata uang Rupiah, maka akan menjadi Rp 146.653.000,00.

50 dolar di rupiah kan?

Jadi 50 dolar Amerika = Rp 722.000.