Bagaimana perkembangan seni tari nusantara pada zaman penjajahan

Jun'S_BLG 13.37

Seni tari adalah hasil ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak manusia yang sudah diolah secara khusus. Pengolahan gerak tari dilakukan berdasarkan perasaan dan nilai-nilai keindahan. Jadi, gerak tari berbeda dengan gerak keseharian.

       Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering mengungkapkan perasaan dengan gerakan. Hal ini sudah dilakukan jauh sebelum manusia mengenal kebudayaan dan peradaban. Gerakan-gerakan tersebut digunakan sebagai isyarat atau komunikasi. Lalu, mulai kapan gerakan-gerakan  itu diwujudkan dalam gerakan tari?

Jika dilihat dari gaya penampilannya, seni tari mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Perkembangan seni tari juga dapat didasari atas kurun waktu atau tahapan zaman. Namun, sulit dipastikan kapan seni tari mulai disusun. Berikut periodisasi perkembangan karya tari yang dibagi menjadi beberapa zaman.


1. Zaman Pra-Hindu

Karya tari pada zaman pra-Hindu merupakan sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada zaman itu, masyarakat sangat yakin bahwa dengan menari bersaman akan tercapai keinginannya. Seni tari mendapatkan tempat sesuai dengan tingkat kepercayaan sejak manusia hidup berkelompok. Tari dianggap sebagai bagian dari daur kehidupan. Masyarakat percaya bahwa
sejak kelahiran sampai meninggal dunia, tari adalah bagian penting. Oleh karena itu, muncullah tari upacara yang bersifat sakral dan magis.


Pada zaman pra-Hindu, tarian dihadirkan dalam berbagai acara. Acara itu, di antaranya, pada saat kelahiran anak, sebelum melakukan perburuan, dan sebelum bercocok tanam untuk meminta
kesuburan.

Berikut ini beberapa ciri seni tari pada zaman pra-Hindu.

  • Gerak tari sederhana, berupa hentakan-hentakan kaki dan tepukan tangan. Gerakan itu cenderung menirukan gerak-gerik binatang dan alam lingkungan.
  • Iringan tarinya berupa nyanyian dan suara-suara kuat bernada tinggi. Pada saat itu masyarakat juga sudah mengenal alat musik berupa nekara.
  • Sudah mengenal aksesori untuk busana tari. Aksesori tersebut terbuat dari bulu-bulu burung dan dedaunan.

2. Zaman Indonesia Hindu

Seni tari pada zaman Hindu dipengaruhi oleh peradaban dan kebudayaan dari India yang dibawa oleh para pedagang. Setelah penyebaran agama Hindu dan Buddha, karya tari mengalami kemajuan pesat. Seni tari telah mempunyai standardisasi atau patokan. Hal ini terbukti dengan adanya literatur seni tari yang berjudul Natya Sastra karangan Bharata Muni. Buku itu berisi tentang unsur gerak tangan mudra yang berjumlah 64 motif.

Motif itu dibagi menjadi beberapa bagian berikut.

  • Dua puluh empat motif mudra yang terbentuk dari satu tangan.
  • Tiga belas motif mudra yang terbentuk dari kedua tangan.
  • Dua puluh tujuh motif mudra dari hasil kombinasi kedua motif tangan.

Motif-motif yang mengandung keindahan dalam literatur tersebut juga banyak yang diambil untuk seni tari Indonesia.      Pemerintahan pada zaman Hindu memakai sistem kerajaan. Oleh karena itu, pada saat itu muncul tari-tarian yang bernapaskan istana. Tari-tarian di istana berkembang dengan baik karena mendapat perhatian dari para raja.Perkembangan karya tari pada masa kerajaan Mataram Hindu ditunjukkan dengan peninggalan budaya yang berupa candi. Pada berbagai candi dipahat relief gerak-gerak dan alat-alat iringan tari.

Secara garis besar perkembangan seni tari pada zaman Hindu memiliki beberapa ciri berikut.


  • Gerak-gerak tari mulai disusun secara sungguh-sungguh.
  • Pertunjukan karya tari mulai difungsikan.
  • Karya tari mendapatkan perhatian dan dukungan dari para raja dan bangsawan sehingga karya tari mempunyai nilai artistik yang tinggi. Karya tari pada masa itu disebut sebagai karya tari tradisional.
  • Tema karya tari mulai beragam karena banyak mengambil tema dari cerita Mahabarata, Ramayana, dan cerita Panji.
  • Iringan karya tari juga mulai beragam. Alat musik berupa cengceng, rebab, saron, dan seruling mulai digunakan.

3. Zaman Indonesia Islam

Seni tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia Hindu masih terpelihara dengan baik. Namun, seni tari juga semakin berkembang. Karya tari baru pun mulai bermunculan. Apalagi setelah adanya perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti adalah perjanjian yang berisi tentang penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Perjanjian itu dilakukan pada tahun 1755.      Selanjutnya, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta mencari identitas diri,

antara lain, melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu menciptakan karya tari dengan penampilan yang berbeda. Perbedaan tersebut, di antaranya, dapat dilihat dari sikap anggota tubuh dalam melakukan gerak tari. Perhatikan contoh sikap anggota tubuh dalam melakukan gerak tari gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta berikut ini!

4. Zaman Penjajahan

Pada zaman penjajahan, seni tari di dalam istana masih terpelihara dengan baik. Namun, tari hanya digunakan untuk kepentingan upacara istana, misalnya, penyambutan tamu raja, pernikahan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan jumenengan raja. Hal itu berbeda dengan seni tari di kalangan rakyat biasa. Di kalangan rakyat biasa, pertunjukan karya tari hanya merupakan jenis hiburan atau tontonan pelepas lelah setelah selesai bercocok tanam. Oleh karena itu, seni tari pada zaman penjajahan dikatakan mengalami kemunduran. Namun, di kalangan rakyat biasa, penderitaan rakyat akibat penjajahan juga menjadi ide untuk membuat karya tari yang bertema kepahlawanan. Salah satu karya tari yang terinspirasi oleh penderitaan rakyat pada zaman penjajahan adalah tari Prawiroguno. (seni tari Ari Subekti)

5. Zaman Setelah Kemerdekaan Sampai Sekarang

Setelah kemerdekaan, seni tari dalam masyarakat mulai difungsikan kembali. Tarian untuk upacara adat dan upacara keagamaan kembali hidup dan berkembang. Tarian sebagai hiburan  juga memegang peran yang cukup besar dalam masyarakat. Seni tari benar-benar mengalami kemajuan pesat. Bahkan, berdiri sekolah-sekolah seni, sehingga semakin banyak bermunculan taritarian baru.

      Koreografer-koreografer muda pun banyak bermunculan. Para koreografer yang ada pun selalu
mencoba mewujudkan pembaruan nilai artistik dan bentuk tari. Hal ini sebagai upaya menambah perbendaharaan karya tari.

Related Posts :

Pemenuhan Tugas Mata Kuliah :

KEBUDAYAAN dan KESENIAN INDONESIA

D3 Usaha Jasa Pariwisata

Diposting oleh : 

  •  Ahmad Indra Fajar
  •  Andini Binayuda Ekawati 
  •  Lidya Novita 
  •  Riyani Asti Arami

  SEJARAH SINGKAT SENI TARI INDONESIA

Seni tari adalah melakukan gerakkan tubuh secara berirama dan diiringi dengan alunan musik. Gerakannya bisa dinikmati sendiri dan merupakan ekspresi gagasan, emosi atau kisah . Sejak dahulu, seni tari telah memainkan peranan penting dalam upacara kerajaan dan upacara masyarakat maupun pribadi. Dilihat dari perkembangan seni tari yang dimulai dari zaman prasejarah, zaman indonesia-hindu, zaman indonesia islam, zaman penjajahan, zaman setelah merdeka, hingga saat ini memiliki berbagai jenis tari yang berbeda-beda bentuk serta wujud tariannya. 
ZAMAN PRASEJARAH 

Zaman prasejarah adalah zaman sebelum lahirnya kerajaan di Indonesia. Bangsa-bangsa primitif percaya pada daya magis dari tari. Dari tarian ini dikenal tari Kesuburan dan Hujan, tari Eksorsisme, dan Kebangkitan, tari Perburuan dan Perang. Bentuk dan wujud tariannya cenderung menirukan gerak alam lingkungannya yang bersifat imiatatif. Sebagai contoh menirukan binatang yang akan diburu, pemujaan dan penyembuhan penyakit.

ZAMAN INDONESIA HINDU 

Pada zaman Indonesia hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh kebudayaan India. Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia hindu adalah seperi tari-tarian adat dan keagamaan yang disempurnakan menjadi tarian klasik yang berkarakteristik tinggi, seperti wayang wong dan wayang topeng. 

ZAMAN INDONESIA ISLAM 

Seni tari pada permulaan Islam berbentuk sederhana dan hanya dilakukan oleh orang-orang yang datang dari luar jazīrah ‘Arab, seperti orang-orang Sudan, Ethiopia, dan lain-lain. Menari biasa dilakukan pada hari-hari gembira, seperti hari raya dan hari-hari gembira lainnya. Namun pada zaman Indonesia islam, seni mengalami kekayaan penggarapan yang kebanyakan di keraton yaitu kasutanan dan kesultanan, kedua kerajaan tersebut mengembangkan identitas seni tarinya menjadi 2 jenis tari yaitu kasunanan dan kasultanan. 

ZAMAN PENJAJAHAN 

Pada zaman penjajahan ini, tari-tarian mengalami kesuraman sebab berada dalam suasana peperangan dan penjajahan. 

ZAMAN SETELAH MERDEKA HINGGA SAAT INI

Setelah merdeka sampai saat ini, peran tari mulai difungsikan untuk keagamaan ataupun sebagai hiburan dan muncul banyak kreasi-kreasi baru ataupun inovasi terhadap seni tari klasik. Kita lantas mengenal adanya seni tari modern yang umumnya digali dari tarian traditional. Tarian ini lebih mengutamakan keindahan, irama gerak dan memfokuskan pada hiburan. Seni pada zaman sekarang berbeda halnya dengan tarian abad-abad sebelumnya. Orang mengenal ada tari balet, tapdans, ketoprak atau sendratari Gaya tarian abad ke-20 berkembang dengan irama-irama musik pop singkopik, misalnya dansa cha-cha-cha, togo, soul, twist, dan terakhir adalah disko dan breakdance.

a.   Provinsi DKI Jakarta

Tari Topeng, Tarian untuk menyambut tamu agung.

Tari Yapong, Tarian persembahan untuk menghormati tamu negara

b.   Provinsi Jawa Barat

Tari Topeng Kuncaran, tarian yang menceriterakan tentang dendan seorang raja karena cintanya ditolak.

c.   Provinsi Jawa Tengah

Tari Serimpi, tarian keraton pada masa silam yang sangat anggung dan lembut.

Tari Blambangan Cakil, tarian yang mengisahkan tentang perjuangan Srikandi melawan Buto cakil

d.   Provinsi D.I Yogyakarta

Tari Serimpi Sangu Pati, sebuah tarian keraton pada masalalu disertai suara gamelan dengan gerak tari yang lembut.

Tari Bedaya, merupakan tarian keraton yang di tarikan oleh

putri dengan irama yang lemah gemulai.

e.   Provinsi Jawa Timur

Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.

f.   Provinsi Bali

Tari Kecak, tarian yang digunakan untuk sembahyanh, dimana penarinya berkomunikasi dengan dewa-dewa.

Tari Lenggong, tarian yang terdiri dari dua gadis yang belum menstruasi biasanya di tampilkan di keraton.

g.   Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tari Mpaa Lenggogo, sebuah tarian guna menyambut Maulid Nahi Muhammad SAW. Tarian ini juga scring dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan atau upacara khitanan keluarga raja.

h.   Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tari gareng lameng, adalah gubahan yang kreatif dari kemampuan prima seniman Herman Yosef setelah memperoleh inspirasi dari upacara adat penyunatan anak di kawasan budaya Tana Ai, Kecamatan Talibura.

i.     Provinsi Kalimantan Tengah

Tari Tambun dan bungai, Merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai Dalam mengusir musuh yang akan merampas panen rakyat

 Tari Balean Dadas, Merupakan tarian guna memohon kesembuhan

bagi mereka yang sakit.

j.    Provinsi Kalimantan Barat

Tari monong, Tarian penolak penyakit agar penderita mendapatkan kesembuhan. Dalam tarian ini, si penari berlaku seperti dukun lengkap dengan jampi-jampinya .

k.   Provinsi Kalimantan Timur

Tari Gong, di pertunjukan pada upacara penyambutan terhadap tatmu agung. Dapat pula di pertunjukan sewaktu  lahir seorang bayi kepala suku.

l.     Provinsi Maluku

Tari Lenso  adalah tarian muda-mudi dari daerah Minahasa (sulut) dan daeah Maluku,Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya.

m.  Sulawesi Selatan

Tari Kipas: tari yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas sambil mengikuti alunan lagu.

n.   Provinsi Irian Jaya (Papua)

Tari Suanggi, Tari yang dibawakan oleh para pria yang menveritakan tentang istri mereka yang tewas di medan perang.


Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA