Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

Penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang di bumi pertiwi ini mewariskan berbagai bidang salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan yang diterapkan kedua negara penjajah tersebut mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Terdapat perbedaan mencolok antara pendidikan ala Belanda dengan pendidikan ala Jepang yang diterapkan di Indonesia. Mungkin sebagian kalian tidak akan sadar bahwa sistem pendidikan pada masa penjajahan masih diterapkan salah satunya adalah tingkatan pendidikan yang digunakan Indonesia ini merupakan salah satu bentuk warisan dari pendidikan ala Jepang.

Lalu, bagaimana sistem pendidikan Indonesia pada masa penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang? Mari simak penjelasan berikut.

Tingkatan Sekolah ala Belanda vs Jepang

Pendidikan pada era penjajahan Belanda sangat kental dengan politik. Jadi, politik pemerintahan Belanda di Indonesia memengaruhi sistem pendidikannya. Pada tahun 1900-1942 tingkatan pendidikan ala Belanda dibagi menjadi 3 yaitu pendidikan tingkat rendah, pendidikan tingkat menengah, pendidikan tingkat tinggi. Pendidikan tingkat rendah atau Lager Onderwijs merupakan pendidikan pertama yang harus ditempuh. Dapat dikatakan bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan dasar. Pendidikan dasar ini terbagi menjadi dua golongan yaitu kelas satu untuk golongan menengah ke atas dan kelas dua untuk golongan menengah ke bawah.

Untuk pendidikan tingkat menengah atau Middlebaar Onderwijs dibagi menjadi tiga yaitu MULO, AMS, dan HBS. MULO ini merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa sehari-hari yang dipakai untuk sekolah. Waktu belajar untuk di MULO sekitar tiga sampai empat tahun. Sedangkan, AMS merupakan sekolah menengah umum lanjutan dari MULO sekitar tiga tahun lamanya. Bahasa yang digunakan pada sekolah ini juga bahasa Belanda. Selain itu, HBS merupakan sekolah yang didirikan khusus orang-orang Eropa yang merupakan lanjutan dari tingkat ELS. Untuk pendidikan tingkat tinggi juga terbagi menjadi tiga yaitu Technische Hoge School (Sekolah Tinggi Teknik), pendidikan kedokteran, dan Rechskundige Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum).

Untuk tingkatan pendidikan di era Jepang lebih ringkas daripada era Belanda. Bahkan, sistem tingkatan pendidikan di era Jepang ini masih diterapkan di sistem pendidikan Indonesia hingga dewasa ini. Pada era Jepang, pendidikan dibagi menjadi empat yaitu pendidikan dasar selama enam tahun, pendidikan lanjutan selama tiga tahun, pendidikan menengah selama tiga tahun, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi.

Kurikulum Pendidikan ala Belanda vs Jepang

Kurikulum yang digunakan pada masa penjajahan Belanda menekankan pada misi untuk menyebarkan agama Nasrani. Meskipun demikian, pendidikan pada masa penjajahan Belanda juga mengajarkan bahasa Belanda, membaca, menulis, berhitung, dan pengetahuan umum. Berbanding terbalik dengan kurikulum pada masa penjajahan Jepang. Pada masa ini, peserta didik lebih ditekankan untuk belajar di luar kelas karena latihan militer. Kesempatan untuk belajar di dalam kelas seperti membaca, menulis, berhitung, dan ilmu lainnya hanya dengan waktu yang terbatas. Oleh karena itu, kemampuan akademik peserta didik mengalami kemorosatan yang cukup tajam karena banyak melakukan latihan militer daripada belajar di dalam kelas sehingga kurikulum pada masa penjajahan Belanda lebih baik daripada Jepang.

Bahasa Pengantar Pendidikan ala Belanda vs Jepang

Pada masa pendidikan era penjajahan Belanda, bahasa pengantar utama adalah bahasa Belanda. Namun, bahasa Melayu masih dapat digunakan. Berbeda sekali dengan pendidikan pada masa Jepang. Pada masa jepang, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Bahasa Belanda tidak diperbolehkan sama sekali untuk digunakan sebagai alat komunikasi.

Kualitas Guru pada Pendidikan Belanda vs Jepang

Untuk menjadi pengajar seorang calon tenaga pendidik harus menempuh pendidikan khusus guru pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Dan upah yang diterima setiap tenaga pendidik berbeda tergantung asal mereka menempuh pendidikan untuk menjadi guru. Kualitas tenaga pendidik pada masa kolonial Belanda, terutama dari golongan pribumi memang memiliki kualitas yang tinggi meskipun dengan upah yang tidak sebanding. Hal ini merupakan tujuan Belanda untuk merekrut pegawai berkualitas dengan upah yang murah.

Pada masa Jepang juga terdapat pendidikan khusus untuk menjadi profesi guru. Hal ini disebabkan oleh pada masa pemerintahan Jepang tidak boleh terdapat guru dari bangsa Belanda. Padahal, guru dari pribumi tidak mencukupi sehingga membukalah pendidikan khusus profesi guru tersebut untuk menambah tenaga pendidik. Selain itu, pada zaman Jepang guru lebih dihormati daripada pada zaman Belanda.

Itulah pendidikan pada masa Belanda dan Jepang. Keduanya memiliki nilai positif dan negatifnya di setiap komponen. Namun, tanpa pendidikan dari kedua pemerintahan tersebut mungkin saja Indonesia belum seperti saat ini. Karena apa yang terjadi saat ini merupakan dampak yang terjadi di peristiwa sebelumnya.

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

Seperti apa kehidupan bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang? Simak informasi lengkapnya di artikel ini!

--

Kamu tahu berapa lama bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa Jepang? Ya! Selama 3,5 tahun bangsa kita ini dijajah oleh bangsa Jepang. Kalau kamu sudah membaca artikel-artikel sejarah lainnya di blog ini, pastinya sudah tahu kalau bangsa Jepang itu sangat licik dan sangat kejam memperlakukan penduduk bangsa Indonesia. Kira-kira seperti apa ya kehidupan bangsa Indonesia masa pendudukan Jepang?

Pada artikel ini, akan dibahas bagaimana situasi dan kondisi kehidupan bangsa Indonesia dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, militer, dan juga pendidikan.

ASPEK SOSIAL

Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin kamu sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan baik lho dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi sukarelawan. Namun semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat.

Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat rakyat kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua sarana perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand), dan Malaysia. Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman karena sudah meninggal dunia.

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

Kerja paksa Romusha di Indonesia (Sumber: www.omucu.com)

Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan korea. Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang. Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.

ASPEK BUDAYA

Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung mendapat pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju memberi hormat dengan membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit.

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

Potongan gambar pada film Sang Kiyai, menggambarkan kondisi saat tentara Jepang menangkap ulama-ulama yang menolak 'Seikerei' (Sumber: berdikarionline.com)

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan Jepang mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media pers pun berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang.

Baca Juga: Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Jepang

ASPEK PENDIDIKAN

Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas (bangsawan) saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500.

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

ASPEK EKONOMI

Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya, Squad. Nah, wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk ke dalam struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.

Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang.

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

ASPEK POLITIK dan MILITER

Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama golongan-golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan nasionalis mau bekerja sama dengan pemerintahan Jepang karena Jepang banyak membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari penjara, seperti Soekarno, Hatta, dan juga Sjahrir.

Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yosyikazu, bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia, melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah Hatta mererima ajakan kerja sama Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama Jepang.

Namun, kemudian Jepang mengeluarkan undang-undang yang terkait pada bidang politik yang justru banyak merugikan bangsa Indonesia. Beberapa di antaranya:

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

Jadi begitulah gambaran bagaimana kondisi bangsa kita dulu saat berada di bawah penjajahan Jepang. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Jepang justru menyengsarakan rakyat kita. Selain itu, Jepang juga memiliki cara-cara yang licik untuk menguasai sumber daya alam serta sumber daya manusia bangsa kita.

Kalau kamu mau tahu lebih banyak lagi tentang bagaimana kondisi masyarakat Indonesia pada masa pendudukan Jepang, kamu bisa belajar lewat video belajar animasi di ruangbelajar. Belajar dengan cara yang efektif dan juga menyenangkan.

Bagaimana perbandingan penjajahan bangsa barat dengan bangsa jepang dalam bidang pendidikan?

Referensi:

AM, Sardiman. (2017) Sejarah Indonesia Kelas XI Semester 2. Jakarta: Kemendikbud RI.

Artikel terakhir diperbarui pada 19 November 2021.