Apakah yang sebaiknya kamu ucapkan ketika bertemu teman di jalan

Saling mengucapkan salam juga bagian dari cara beribadah kepada Allah.

Kamis , 13 May 2021, 18:00 WIB

ANTARA/Makna Zaezar

Alasan Mengapa Muslim Saling Ucapkan Salam Jika Bertemu

Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim percaya saudaranya memiliki hak dan adab yang harus dipenuhi. Salah satu hak dan adab yang perlu dipenuhi seorang Muslim adalah mengucapkan salam jika bertemu dengan saudara Muslim lainnya.

Baca Juga

Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri dalam kitab Minhajul Muslim menjelaskan, hak dan adab antarsesama Muslim ini bahkan telah diwajibkan Allah SWT kepada setiap Muslim untuk dilaksanakan. Sehingga tak diragukan anjuran ini juga bagian dari cara beribadah kepada Allah.

Mengucapkan salam kepada sesama Muslim saat berjumpa sebelum mengajaknya berbicara juga bagian dari hak dan adab ini. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 86: “Wa idza huyyitumu bitahiyyatin fahayyu bi-ahsana minha aw rudduha,”.

Yang artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaskah penghormatan itu dengan yang lebih baik. Atau balaslah (dengan yang serupa),”.

Selain itu ditegaskan pula dengan hadis Nabi: “Yusallimu ar-rakibbu alal-maasyiy, wal-masyiy alal-qaa’idi, wal-qalilu alal-katsiri. Yang artinya: “Hendaklah yang berkendaraan mengucapkan salam kepada yang berjalan kaki. Yang berjalan kaki kepada yang hendak duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak,”.

Dalam hadits lainnya, Rasulullah bersabda: “Maa min Muslimina yaltaqiyaani fayatashafaani illa ghafura lahuma qabla an yatafarraqa,”. Yang artinya: “Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu lalu saling berjabat tangan (bersalaman/mengucap salam) melainkan Allah mengampuni keduanya sebelum mereka berpisah,”.

  • muslim
  • mengucapkan salam
  • muslim ucapkan salam
  • ibadah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Kalau punya teman baru, teman yang lama jangan dilupakan. Ungkapan yang sedari kecil menjadi nyanyian yang mendengung di telinga, yang hingga kini sangat teringat akan itu. Sebuah kalimat sederhana yang menjadi pengingat kita semua ketika mulai tambah dewasa dan banyak teman.

Sudah lama tak berjumpa mungkin ada sedikit momen yang kaku di antara kalian. Kesampingkan hal tersebut, dan buatlah pertemuan kalian menjadi berarti kembali dengan 5 cara ini.

1. Berikan senyum dan sapaan terbaik

Unsplash/rawpixel

Makna senyuman yang tulus dan sapaan hangat membuat kesan penerimaan darimu sangatlah besar. Sosok sahabat yang berarti selama masa-masa terdahulu juga sangatlah penting hingga kamu menjadi seperti sekarang ini. Energi positif yang dirasakan membuat suasana cair dan penuh dengan suka.

Dengan adanya senyuman dan sapaan hangat, masing-masing dari kalian sudah merasa diterima kembali. Manfaat psikologis bagi diri sendiri juga membangkitkan suasana hati yang mungkin sebelumnya tak baik, menjadi baik atau bahkan makin membaik.

2. Traktir dia makan atau minum

Unsplash/Tim Wright

Momen pertemuan sekarang yang mungkin di antara kalian adalah hal yang langka, tidak ada salahnya menawarkan diri untuk mentraktir makan atau minum. Efek dari perilaku tersebut adalah meningkatkan apresiasi terhadap seseorang, bagi diri sendiri juga merupakan suatu kebanggaan. Waktu sudah menjadi hal yang langka di antara kalian, mengapa tidak?

Karena jumlah uang yang dikeluarkan tak seberapa dengan hubungan persahabatan di antara kalian. Namun jika memang belum mampu mentraktir tak usah dipaksakan, ya. Pertemuan saat makan bersama juga sudah sangat berharga.

3. Ajak main ke tempat kenangan dulu

Unsplash/Sara Cardoso

Pasti ada sebuah tempat rahasia atau tempat spesial yang dijadikan markas oleh kalian untuk berkumpul. Selagi ada waktu yang cukup, kembalilah ke tempat itu untuk menggali memori terdahulu. Walaupun hanya sebatas balkon rumah atau di bawah sebuah pohon, itu sangat berarti bagi kalian untuk meningkatkan kebahagiaan bersama-sama.

4. Ajak dia main ke tempat yang belum pernah disinggahi

Unsplash/Ian Dooley

Buatlah rencana bersama untuk berlibur ke suatu tempat. Bangun sebuah ingatan baru dan kenangan baru yang semakin mengikat persahabatan kalian. Saat di perjalanan pasti akan ada pengalaman baru, suka ataupun duka yang membuat kalian belajar kembali tentang pentingnya mempertahankan sebuah hubungan persahabatan.

Pengalaman empiris yang kalian dapat menjadi pengingat di suatu saat kalian lupa nanti. Karena berharganya sebuah tali hubungan yang tidak ternilai patut dijaga.

5. Saling memaafkan kesalahan masa lalu

Unsplash/Clarisse Meyer

Saat dipertemukan atau dipisahkan kembali oleh waktu. Sebaiknya meminta maaf atas kesalahan terdahulu yang mungkin belum tersampaikan. Pentingnya sebuah maaf dalam hubungan menjadi magnet terkuat, karena sudah sama-sama tahu dan memahami satu sama lain.

Kedewasaan memaafkan kesalahan orang lain juga melatih dirimu bersabar dan menerima dengan lapang dada. Perlu diketahui, bahwa memaafkan seseorang juga berarti bagi kesehatan mental seseorang untuk tingkat kebahagiaannya.

Jadi, sudah siap ketemu teman lama?

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Tadi malam, aku dan teman makan malam bersama. Sambil menunggu makanan datang kami pun saling bertukar cerita tentang kejadian sehari-hari. Nah, percakapan itu menginspirasiku untuk menulis celoteh ini.

Beberapa semester lalu, aku pernah mempelajari tentang Introduction to Sociolinguistics. Di kelas kami membahas tentang teori-teori kenapa suatu hal terjadi (terutama kajian bahasa) ketika kita berkomunikasi dalam masyarakat.

Kita secara sadar atau tidak, melakukan atau tidak melakukan sesuatu di masyarakat karena sebab atau pemahaman diri terhadap lingkungan.

Salah satu materi yang paling kuingat adalah code-switching atau alih bahasa.

Mungkin di rumah kita menggunakan bahasa daerah, lalu ketika di sekolah, kita menggunakan bahasa Indonesia, dan ketika pelajaran bahasa Inggris, kita kembali mengalihkannya pada bahasa Inggris.

Pengalihan bahasa ini secara sadar atau tidak, benar-benar kita lakukan, ya kan?

Pengalihan bahasa juga berbicara tentang seberapa formal kita berbicara dalam suatu keadaan.

Bagaimana bahasa yang kita gunakan pada dosen, teman, kenalan atau orang yang tidak di kenal? Semua dibahas dalam ITSL tersebut.

Sebelum belajar ITSL, beberapa tahun yang lalu, saat kelas 1 SMA aku belajar tentang Sosiologi.

Bagaimana perilaku atau sikap kita dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Bagaimana kita bisa begitu terpengaruh dengan sikap yang orang lain tunjukkan.

Bagaimana proses kita bisa melakukan sesuatu.

Dalam melakukan suatu hal, kita tentu melibatkan otak.

Otak menerima informasi lalu dalam sepersekian detik otak memberikan beberapa pilihan logis untuk dipilih.

Kita, sebagai suatu individu yang utuh, membuat suatu keputusan.

Dan blam.. kita melakukannya.

Apa yang kita pilih mempengaruhi diri kita di kemudian hari.

Pilihan-pilihan yang sama cenderung membuat suatu sikap atau prilaku yang menjadi kebiasaan.

Kembali pada judul postingan ini.

Apa yang kita lakukan ketika bertemu dengan temannya teman?

Situasinya seperti ini: Kamu dan A sedang berjalan bersama menuju ruang kelas. Di tengah jalan, kalian bertemu dengan teman A. A dan temannya saling menyapa, lalu berbicara (yang kemungkinan agak lama). Apa yang kamu lakukan? A. Memberi jarak pada mereka namun menunggu A tanpa melakukan apa-apa. B. Berjalan langsung ke kelas begitu saja dengan pikiran, ahh, nggak perlu dikasih tahulah, A kan tahu tujuan mereka. C. Memberitahu A bahwa kita pergi dahulu.

D. Mengikuti percakapan mereka dan apabila bisa diikuti maka kamu akan ikut sekedarnya atau memberi kode pada A agar kalian diperkenalkan.

Setiap orang mungkin saja pernah mengalaminya dan melakukan berbagai variasi ketika hal itu terjadi dengan beragam alasan pula.

Pilihan A: mungkin saja terjadi jika kita tidak memiliki hal yang mendesak dan dalam hati kita merasa harus jalan berdua dengannya hingga kelas. Semisal, di kelas kita juga tidak punya teman akrab atau tidak tahu mau melakukan apa-apa sehingga rasanya kita tidak bisa sendiri saat itu. Mungkin menunggu lebih baik.

Pilihan B: kita merasa tidak perlu menunggu A, lagi pula menjadi sosok yang tidak dikenal akan sangat membosankan. Lebih baik kita melakukan sesuatu di tempat lain.

Pilihan C: kita merasa tidak harus menunggu A, namun karena kesopanan, kita pun berpamitan terlebih dahulu pada A dengan mengucapkan hal sederhana seperti, “Eh, aku ke kelas duluan ya.” Lalu melempar senyum pada teman A dan bergegas pergi.

Pilihan D: Mungkin kita merasa tertarik dengan teman A, atau kita berpendapat bahwa teman bisa didapatkan dimana saja, dari pada bengong nggak jelas mending ikut percakapan. Selain itu, kita juga memilih D karena merasa ingin mengetahui/mempelajari respon seseorang.

Kita mungkin pernah bereaksi pada masing-masing pilihan.

Namun, apabila kita melakukan satu atau dua pilihan saja dalam setiap kesempatan yang ada, secara tidak sadar, keputusan yang kita lakukan menunjukkan sikap atau kepribadian kita terhadapan orang baru.

Apakah kita mudah menerima seseorang?

Atau kita menutup diri?

Bahkan, apakah kita tidak merasa perlu berteman dengan orang baru?

Semua itu tergantung kita.

We are decision maker.

Apa yang kita pilih saat ini, lalu kita ulangi berulang kali, maka hal itu kemungkinan besar akan menjadi sesuatu yang sering dikatakan, automatically without thinking atau sederhananya adalah bagian kepribadian sehari-hari kita.

Aku sendiri tidak akan mengatakan bahwa A itu pasti orang introvert atau D itu benar-benar ekstrovert.

Aku juga tidak menilai bahwa orang yang selalu berubah respon berdasarkan mood artinya seorang yang moody.

Karena aku bukanlah seorang sosiolog, psikolog atau sejenisnya.

Aku juga belum melakukan riset untuk memastikan hal tersebut.

Tujuanku menulis tulisan ini adalah berbagi pengamatan yang sering terjadi di lingkungan kita.

Mungkin dengan membaca ini, kita bisa jujur menilai diri, ah ya, ternyata aku kok seperti ini, aku pengennya seperti itu.

Lantas, ketika bertemu temannya teman, kita akan melakukan perbedaan reaksi. Atau justru kita bangga dengan prinsip yang selama ini kita lakukan.

Saya sendiri, cenderung melakukan C dan D.

Nah, bagaimana dengan kamu? Silakan isi kolom komentar.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA