Apakah boleh tidur dalam keadaan belum mandi wajib?

OLEH IMAS DAMAYANTI

Bagi mereka yang sedang dalam keadaan junub (sedang tidak suci), ada hal-hal yang dianjurkan dan dibolehkan untuk dikerjakan dalam syariat. Tidak selalu bagi orang yang junub dapat menjauhi aktivitas-aktivitas ibadah.

Jika dalam perkara haram orang yang junub tidak dapat melakukan sejumlah aktivitas ibadah seperti membaca Alquran, menulis Alquran, dilarang menyentuh uang dirham yang terdapat lafaz Allah, dilarang menyentuh kitab-kitab tafsir, dilarang menyentuh Alquran, dilarang melakukan thawaf, hingga dilarang mengerjakan shalat baik yang fardhu maupun sunah, maka syariat Islam juga memberikan pilihan ibadah yang dapat dikerjakan orang yang junub.

Abdul Qadhir Muhammad Manshur dalam Panduan Shalat An-Nisaa yang diterjemahkan oleh Republika Penerbit dijelaskan bahwa selain terdapat hal-hal yang dilarang bagi orang junub, Islam juga mengarahkan orang yang junub ke saluran-saluran lain yang menjadikannya selalu terhubung kepada Allah SWT. Misalnya, dibolehkan bagi orang yang junub untuk berzikir, bertasbih, dan berdoa.

Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA, ia berkata: “Nabi SAW berzikir kepada Allah dalam seluruh waktu beliau,”. Kemudian, dianjurkan pula bagi orang yang junub apabila hendak tidur, makan, minum, atau mengulangi persetubuhan untuk membasuh kemaluannya dan berwudhu sebagaimana wudhunya orang shalat.

Islam juga mengarahkan orang yang junub ke saluran-saluran lain yang menjadikannya selalu terhubung kepada Allah SWT.

Pendapat demikian adalah pandangan para ulama dari kalangan madzhab Syafii dan madzhab Hambali, serta merupakan salah satu pendapat ulama dalam madzhab Maliki. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW junub lalu hendak makan atau tidur, maka beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.

Abu Said Al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang dari kalian menyetubuhi istrinya, lalu ingin mengulangi, maka hendaklah dia berwudhu sekali di antara keduanya.”

Menurut pendapat kedua dalam madzhab Maliki, wudhu untuk orang tidur dan mengulangi persetubuhan hukumnya wajib. Sebab orang yang junub diperintahkan untuk berwudhu sebelum tidur. Dan apakah ini perintah menunjukkan kewajiban atau anjuran, maka terdapat dua pendapat dari kalangan ulama.

Adapun para ulama dari Madzhab Hanafi berpendapat untuk membolehkan orang junub apabila hendak tidur atau mengulangi persetubuhan untuk berwudhu atau tidak berwudhu.

Al Kasani berkata: “Tidak apa-apa bagi orang yang junub untuk tidur dan mengulangi persetubuhan, berdasarkan riwayat bahwa Sayyidina Umar RA berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah seorang dari kami boleh tidur dalam keadaan junub?’ kemudian Nabi bersabda, ‘Ya. Dan hendaklah dia berwudhu sebagaimana wudhunya untuk shalat,’.

Dijelaskan pula bahwa yang bersangkutan boleh tidur sebelum berwudhu sebagaimana wudhunya untuk shalat. Hal ini sebagaimana perkataan Sayyidah Aisyah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW tidur dalam keadaan junub tanpa menyentuh air.”

Selain itu, Ibnu Musayyab berpendapat bahwa wudhu bukanlah ibadah yang berdiri sendiri melainkan untuk pelaksanaan shalat. Dan itu tidak berlaku dalam keadaan tidur. Tetapi berkaitan dengan makan dan minum, para ulama madzhab Hanafi menganjurkan bagi orang junub agar berkumur dan membasuh kedua tangannya.

Pendapat ini juga diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Ishaq. Sedangkan Mujahid berkata: “Hendaklah dia membasuh kedua tangannya." Baca Selengkapnya';

Terdapat pendapat ulama soal amalan usai bersetubuh suami istri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menunda mandi besar setelah suami istri bersetubuh tidak langsung bergegas mandi, bagaimana hukumnya? Apakah boleh langsung tidur tanpa harus mandi junub terlebih dahulu?

“Kebanyakan ulama kita memperbolehkan. Namun ada beberapa anjuran,” kata Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur, KH Ma’ruf Khazin, dalam keterangannya, Jumat (18/12). Kiai Ma’ruf menjelaskannya sebagai berikut:   

1. Wudhu dulu sebelum tidur:

ﻛﺎﻥ ﺇﺫا ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻨﺎﻡ ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﺗﻮﺿﺄ ﻭﺿﻮءﻩ ﻟﻠﺼﻼﺓ ﻭﺇﺫا ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﺄﻛﻞ ﺃﻭ ﻳﺸﺮﺏ ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﻏﺴﻞ ﻳﺪﻳﻪ ﺛﻢ ﻳﺄﻛﻞ ﻭﻳﺸﺮﺏ (ﺩ ﻧ ﻫـ) ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ.

“Jika Nabi hendak tidur dalam keadaan junub maka Nabi wudhu dahulu seperti wudhu untuk sholat. Dan jika Nabi hendak makan atau minum dalam keadaan junub maka Nabi membasuh tangannya lalu makan dan minum.” (HR Abu Dawud, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari Aisyah)

2. Membasuh kemaluan

ﻛﺎﻥ ﺇﺫا ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﻨﺎﻡ ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ ﻏﺴﻞ ﻓﺮﺟﻪ ﻭﺗﻮﺿﺄ ﻟﻠﺼﻼﺓ (ﻗ ﺩ ﻧ ﻫـ) ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ.

“Jika Nabi hendak tidur dalam keadaan junub maka Nabi membasuh kemaluan dan wudhu seperti wudhu untuk sholat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari Aisyah)

3. Boleh langsung tidur

ﻭﻟﻷﺭﺑﻌﺔ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ: ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ - ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻳﻨﺎﻡ ﻭﻫﻮ ﺟﻨﺐ, ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻤﺲ ﻣﺎء.

“Empat kitab Sunan hadis meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tidur dalam keadaan junub tanpa menyentuh air.” (Bulughul Maram)

Hadits yang terakhir ini memiliki banyak penjelasan dari para ulama, namun menurut Imam Nawawi boleh saja tidur tanpa wudhu dan membasuh kemaluan (Syarah Muslim).

“Cara yang terakhir ini menurut dr. Aisyah adalah waktu bagi suami merasa melayang-layang kelelahan setelah bersetubuh, dan melarang bagi para istri untuk membangunkan/menganggu suaminya,” ujar Kiai Ma’ruf.     

Apakah boleh tidur sebelum mandi wajib?

Apakah boleh bagi mereka untuk tidur dalam keadaan junub? Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah boleh dan disunahkan agar wudu sebelum tidur dan yang lebih afdal adalah mandi janabah.

Bolehkah menunda mandi junub dan langsung tidur?

Boleh, jika kamu telah berwudhu, maka boleh tidur dalam keadaan junub (belum mandi besar) (HR. Bukhari no. 287).

Benarkah Rasulullah pernah tidur dalam keadaan junub?

Dalam hadits lain, yang diriwayatkan, juga disebutkan mengenai Nabi ﷺ yang tidur dalam keadaan junub meski belum berwudhu. Empat kitab Sunan hadits meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullahtidur dalam keadaan junub tanpa menyentuh air.

Apa hukum nya jika kita tidak mandi wajib?

Tidak sah ibadah seorang muslim jika dia dalam kondisi berhadas besar. Ia harus mandi wajib atau mandi besar terlebih dahulu supaya bisa melaksanakan ibadah salat atau puasa. Seseorang yang belum mandi besar dinilai masih bernajis sehingga menghalanginya untuk beribadah.