Apa yang terjadi setelah Nabi Yunus dilemparkan ke Laut

Allah mengutus Nabi Yunus as. kepada penduduk Ninawa di Irak. Nabi Yunus adalah keturunan dari saudara kandung Nabi Yusuf as. yaitu Bunyamin. Penduduk Ninawa menyembah berbagai berhala, dengan berhala terbesarnya bernama Asytar. 

Nabi Yunus berdakwah kepada kaumnya selama 33 tahun tanpa henti, tetapi hanya ada dua lelaki yang beriman kepadanya. Hingga akhirnya Yunus merasa lelah menghadapi kaumnya itu, ia lalu mengancam mereka dengan azab Allah yang akan segera turun.

Salah seorang pemimpin mereka berkata, “Aku tidak pernah melihat Yunus berbohong. Karena itu, jika nanti malam Yunus masih berada di antara kalian, maka tidak akan terjadi apa-apa. Namun, jika Yunus tidak bersama kalian, maka azab itu benar-benar akan datang.”

Ancaman Nabi Yunus mulai tampak ketika subuh datang, langit Ninawa menggelap dipenuhi awan hitam membuat kaumnya panik dan kalut mencari Nabi Yunus. Mereka lalu berkumpul di tanah lapang membawa para istri dan anak-anak dengan pakaian sederhana. 

Melihat azab akan turun, mereka akhirnya beriman kepada Allah dan bertobat. Bahkan ada yang merobohkan bangunan yang mereka dirikan di atas tanah orang lain. Namun, mereka tak kunjung menemukan Nabi Yunus.

Tengah malam sebelumnya, Nabi Yunus pergi dalam keadaan marah. Ia menuju pinggiran kota hingga mencapai pantai. Setibanya di sana, ia melihat kapal bersauh, dan orang-orang di dalam kapal mengenali Nabi Yunus. Mereka lalu membawanya naik untuk berlayar.

Ketika kapal berlayar dan mencapai tengah laut, gelombang mengganas dan mengombang-ambingkan kapal hingga tak mampu lagi melaju. Gelombang besar itu membuat kapal nyaris karam. Para penumpang merasa mereka kelebihan beban dan mulai membuang muatan kapal ke laut, tetapi tidak ada yang berubah.

Nabi Yunus menyadari bahwa kehadirannya yang membuat kapal itu terombang-ambing. Ia lalu menghampiri awak kapal dan berkata, “Kapal ini ditumpangi seorang hamba yang lari dari Tuhannya.” Agar mereka selamat, maka ia harus dilemparkan ke laut.

Namun, mereka menolak melemparkan Nabi Yunus karena mengetahui ia bukan orang sembarangan. Lalu Nabi Yunus menyarankan untuk mengundi nama tiap penumpang. Jika kertas berisi nama mereka terpilih, maka orang itu akan dilempat ke laut. Mereka semua setuju.

Undian pun dilakukan, sebuah kertas jatuh dan nahkoda mengambilnya dan membaca nama yang terpilih. “Yunus.”

Semua penumpang tertegun, mereka merasa Nabi Yunus tak pantas untuk dikorbankan, sedangkan ia juga yang menyarankan untuk itu. Maka mereka sepakat untuk mengundi ulang. Untuk kedua kalinya nama Yunus muncul. “Baiklah, aku akan melakukannya,” kata Nabi Yunus.

“Jangan, bagaimana kalau kita undi sekali lagi. Kalau namamu masih keluar, maka kita lakukan kesepakatan ini,” kata seorang penumpang dan disetujui yang lain. Pada undian ketiga, nama Yunus keluar lagi. Ia yakin itu adalah ketetapan Allah dan tak bisa dihindari.

Maka Nabi Yunus berjalan ke tepi kapal dan melompat ke amukan laut yang ganas. Lalu seekor ikan besar menyambarnya. Nabi Yunus ditelan bulat-bulat dalam perut ikan yang gelap. Ikan besar itu membawa Nabi Yunus jauh ke lautan yang dalam. Ia sempurna dalam kegelapan berlapis-lapis.

Nabi Yunus menyadari kesalahannya, maka ia mengucapkan berulang-ulang:

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim (QS. Al-Anbiya’ [21]: 87).

Berhari-hari Nabi Yunus terjebak dalam perut ikan, hingga akhirnya Allah menyelamatkan hamba-Nya itu. Allah memerintahkan ikan yang memakan Nabi Yunus agar memuntahkannya di suatu tempat. Ia keluar dalam keadaan seperti burung yang dicabuti seluruh bulunya. Lalu Allah menumbuhkan sebatang pohon di tempat itu yang segera berbuah.

Nabi Yunus berlindung di bawah pohon itu dan memakan buahnya. Setelah beberapa lama, pohon itu pun kering, lalu Nabi Yunus menangis hingga Allah menegurnya. “Kamu menangis karena pohon itu, bukan menangisi orang-orang yang kamu tinggalkan.”

Nabi Yunus menunggu badannya pulih sepenuhnya sebelum kembali ke Ninawa dan kaumnya yang ia tinggalkan. Berbeda saat kepergiannya, ketika ia pulang orang-orang di Ninawa menyambutnya dengan bahagia. Mereka lalu menyatakan keimanan kepada Nabi Yunus. 

Setelah peristiwa dimakan ikan yang besar dan berhasil bertahan hidup, Nabi Yunus dikenal sebagai Dzun Nun atau Sang Penguasa Ikan.

Referensi: Ibnu Katsir; Shahih Qishash Al-Anbiya’.

###

*Suka dengan artikel ini? Ayo bagikan ke lebih banyak orang untuk menyebarkan manfaatnya. Semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua.

**Jangan lupa download atau update aplikasi KESAN di Android dan di iOS. Gratis, lengkap, dan bebas iklan.

***Jika punya tulisan menarik, silakan kirim tulisanmu ke . Akan kami kabari jika bagus untuk dimuat!

Jakarta - Nabi Yunus AS adalah seorang nabi yang diutus Allah SWT kepada suatu kaum yang disebut Ninawa. Kaum tersebut dikenal memiliki sikap yang keras kepala dan mengingkari Allah. 

Allah memerintahkan kepada Yunus untuk menginsafkan kaum tersebut dalam waktu 40 hari. Nabi Yunus menjalankan perintah dengan memberi peringatan kepada kaum tersebut untuk segera bertobat. Kalau dalam waktu 40 hari mereka tidak bertobat, mereka akan diberikan azab atau siksa dari Allah SWT.

Kendati sudah mendapat peringatan keras dari Nabi Yunus, kaum Ninawa tidak menggubrisnya dan justru menantang untuk segera diturunkan azab. Setelah berjalan 40 hari mereka tidak bertobat maka Nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya ke sebuah tempat yang jauh hingga di sebuah pesisir.

Engkau menangis karena pohon itu, bukan menangisi seratus ribu orang yang hendak engkau binasakan.

Rupanya, kepergian Yunus AS tanpa seizin Allah. Maka dari itu, Nabi Yunus digambarkan sebagai nabi dengan “melarikan diri,” sebagaimana dijelaskan Alquran. 

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan,” (QS. Ash-Shaffat: 139-140).

Atas dasar itu pula, Allah melarang Rasulullah Muhammad SAW agar tidak seperti nabi yang pernah ditelan ikan (Nabi Yunus AS), sebagaimana dinyatakan dalam Alquran.

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya),” (QS. Al-Qalam: 48).

Nabi Yunus Ditelan Ikan

Ketika sudah sampai di pantai, Nabi Yunus AS bertemu sekelompok orang dan menumpang di kapalnya. Setelah beberapa saat berlayar, kapal yang ditumpangi Yunus mendadak berhenti dan tak bisa melanjutkan perjalanan. Padahal, kapal-kapal yang ada di kiri dan kanannya tetap berlayar seperti biasa. Sementara kapal yang ditumpangi Nabi Yunus AS hanya terombang-ambing di atas air. 

Namun sebagian riwayat mengisahkan kapal itu diterpa guncangan hebat hingga membuat mereka takut kapal tenggelam. Namun Nabi Yunus AS menyadari diamnya kapal akibat keberadaan dirinya. Disampaikanlah kepada para awak kapal bahwa kapal tersebut tak mau bergerak karena ditumpangi seorang hamba yang lari dari tuhannya, 

“(Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan,” (QS Ash-Shaffat: 140). 

Keputusannya ialah Nabi Yunus harus dilemparkan ke tengah lautan agar kapal bisa kembali berlayar. Namun, mereka menolak melemparkan Nabi Yunus AS, karena tahu bagaimana kemuliaannya di hadapan Allah. 

Akhirnya, Nabi Yunus AS menawarkan jalan keluar, “Coba adakanlah undian di tengah kalian. Siapa nama yang keluar dari undian, dialah yang harus terlempar ke lautan.” Dilaksanakanlah undian, dan hasilnya adalah nama Nabi Yunus AS. Namun mereka enggan melemparkannya. Mereka kembali mencoba untuk kedua kalinya. Hingga ketiga kalinya, hasilnya tetap sama. Undian jatuh kepada Nabi Yunus AS. Sungguh kehendak Allah, sebagaimana firman-Nya, Kemudian Yunus ikut undian dan dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian itu,” (QS Ash-Shaffat: 141).

Setelah mendapatkan hasil undian, Nabi Yunus AS tidak ragu menghempaskan diri ke lautan. Sebelum menyentuh air lautan, tubuh Yunus langsung disambar ikan besar. Para penumpang lain yakin bahwa sang nabi tidak akan selamat dari kematian.

Begitu ikan menyambar tubuh Nabi Yunus AS, Allah memerintah ikan tersebut agar tidak membinasakannya. Tak heran bila ikan itu hanya membawa Sang Nabi ke dasar lautan, sehingga diliputi beberapa kegelapan, yakni kegelapan laut, kegelapan perut ikan, dan kegelapan malam, maka ia menyeru dalam beberapa kegelapan.

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS. Al-Anbiya: 87).

Begitu dimuntahkan, Yunus dalam keadaan sakit, lemah, dan kulitnya mengelupas. Nabi Yunus dilemparkan ke daerah yang tandus.

"Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit" (QS al-Shaffat: 145).

Rasulullah SAW menyerupakan kulit Nabi Yunus AS yang mengelupas akibat gesekan yang dialaminya selama dalam perncernaan ikan seperti tubuh burung yang baru dicabuti bulunya. Nyaris tak ada bulu sedikit pun.

Di tempat Yunus AS dimuntahkan, Allah menumbuhkan sebuah pohon seperti pohon labu, "Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu" (QS Ash-Shaffat: 146). 

Dikabarkan oleh Rasulullah Muhammad menerangkan bahwa Nabi Yunus AS berlindung di bawah pohon labu tersebut. Ia memakan buahnya. Namun, selang beberapa lama, tumbuhan itu pun kering. Ia pun menangis, hingga Allah menurunkan wahyu sekaligus memberikan teguran kepadanya, “Engkau menangis karena pohon itu, bukan menangisi seratus ribu orang yang hendak engkau binasakan.” []

  Baca juga: