Apa yang terjadi apabila Tuhan lebih dari satu

Assalaamu Alaikum Warakhmatullaahi Wabarakaatuh.

Berkaitan dengan judul di atas, maka kami mencoba mengajak berlogika, mengapa Tuhan harus satu, dan tidak mungkin lebih dari satu.

Bahwa seperti yang kita yakini, Tuhan telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya, dan melalui ciptaanNYA ini Tuhan memberikan tanda – tanda mengenai keberadaan dan kekuasaanNYA. Dan Tuhan juga memberikan tanda-tanda melalui ciptaanNYA bahwa di semesta ini Cuma ada satu Tuhan.  Hal ini terlihat bagaimana rapi dan teraturnya alam ini. Matahari selalu terbit dari Timur, bulan juga selalu mengikuti gerakan Bumi, semua ini menandakan bahwa hanya ada satu kendali penguasa di alam ini , dan itulah yang kita sebut TUHAN .

Bagaimana jadinya bila Tuhan itu lebih dari satu ? , tentunya akan terjadi perebutan kekuasaan, perbedaan keinginan, saling adu kekuatan, sehingga akan hancurlah semesta ini menjadi ajang adu kekuatan.  Logika seperti inilah yang disampaikan ALLAH di dalam AL QUR’AN  Surah  AL  ANBIYAA’  ayat  17 s/d 22  :

Apa yang terjadi apabila Tuhan lebih dari satu

Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).  Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.  Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.  Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.     (QS  AL  ANBIYAA’  :  17 – 22)


Nah...... melalui ayat di atas ALLAH menyatakan bahwa seandainya ada Tuhan lain di alam semesta ini selain ALLAH, tentulah hancur alam ini, karena akan terjadi adu kekuatan akibat perbedaan keinginan antara Tuhan satu dengan Tuhan yang lainnya .

Lalu bagaimana dengan adanya berbagai agama di dunia ini yang mengklaim masing – masing mempunyai Tuhan yang berlainan ??.

Sudah barang tentu sesuai logika di atas, yang benar adalah : bahwa hanya ada satu agama yang benar dengan satu Tuhan di alam semesta ini.  Nah berdasar logika di atas , maka berarti suatu agama yang menyatakan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, adalah salah dan bisa dipastikan agama tersebut bukan turun dari Tuhan yang asli.  

Jika demikian, lalu siapakah Tuhan di alam semesta yang sebenarnya ??

Manusia hanya mampu menangkap tanda – tanda adanya Tuhan melalui alam ciptaannya, namun tidak akan bisa mengenal Tuhannya jika Tuhan tidak memberi pengetahuan keberadaanNYA melalui utusanNYA.  Nah...., melalui utusanNYA lah kita bisa mengenal Tuhan dengan segala sifatnya . Dialah ALLAH , Tuhan alam semesta yang maha Tunggal, tidak berawal dan senantiasa hidup kekal abadi. Dan karena Dia kekal, maka tidak butuh untuk berketurunan, karena sesungguhnya berketurunan itu adalah cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup sesuatu yang bisa mati, yang menunjukkan kelemahan sebagaimana makhluk ciptaan. Bayangkan jika Tuhan mempunyai anak, sudah barang tentu dari dulu hingga sekarang kita tidak bisa menduga berapa banyak anak Tuhan, jadi hal tersebut tidaklah mungkin. Tuhan tidak pernah lelah dan tidak pernah mengantuk maupun tertidur . Tidak butuh makan dan  minum. Pendek kata Dialah yang maha sempurna, yang dzat dan sifatnya tidak sama dengan makhluk ciptaannya.  Dengan demikian maka secara logika, kita bisa mengetahui terhadap sesuatu, apakah dia Tuhan atau Makhluk (ciptaan) dengan cara mengujinya dengan pertanyaan sebagai berikut :

1.    Apakah dia berawal ? (dilahirkan ?), jika semula tidak ada, yang kemudian menjadi ada, berarti dia berawal. Dan sesuatu yang berawal, pastilah bukan Tuhan.  Misal nya Isa , karena dia dilahirkan berarti berawal, dan juga bisa mati, berarti dia bukan Tuhan, melainkan manusia yang diutus Tuhan. Jadi anggapan yang menyatakan dia Tuhan, tentu salah.

2.    Apakah dia mempunyai kelemahan ? , misalnya mengantuk dan tidur, bisa mati , butuh makan dan minum ?. Jika ya , berarti dia bukan Tuhan, melainkan hanya makhluk ciptaan. Bisa kita bayangkan, apabila Tuhan tertidur, sudah pasti hancurlah alam semesta ini kehilangan keseimbangan, pada saat tuhan tertidur . Dan bayangkan jika Tuhan butuh makan dan minum , yang berarti Tuhan tergantung dengan makanan dan minuman, dan itu berarti suatu kelemahan karena hidupnya bergantung pada kebutuhan makan.  Jadi itu semua tidak mungkin, karena Tuhan maha sempurna dan tidak bergantung pada sesuatupun.

3.    Apakah wujudnya sama dengan makhluk ?? , jika ya, berarti dia bukan Tuhan. Dzat Tuhan pasti tidak sama dengan makhluk, karena tidak mungkin wujud yang maha kuasa sama dengan wujud makhluk yang serba terbatas kemampuannya.

Tuhan telah mengajarkan pada kita melalui ciptaanNYA adanya adaptasi MORPHOLOGI , Yaitu : bentuk fisik menyesuaikan fungsi dan kemampuan. Sebagai contoh bebek karena mencari makannya di air, maka kakinya mempunyai selaput di antara jari-jari kaki, untuk memudahkan dalam berenang saat mencari makan di air. Harimau misalnya, karena mencari mangsa dengan membunuh hewan lain, maka ia mempunyai kuku cakar yang tajam dan kuat untuk menyerang dan gigi yang tajam dengan rahang yang kuat untuk menggigit  serta kecepatan berlari untuk mengejar mangsa. Satu contoh lagi adalah pada paruh burung. Untuk burung pemakan biji – bijian paruhnya akan lain bentuknya dengan burung pemakan daging . Nah..... demikianlah ALLAH memberikan tanda - tanda di alam ini sebagai cara untuk mengajak kita berpikir tentang bentuk dan wujud adalah sesuai dengan kemampuan yang bisa dilakukan. Demikian juga Tuhan, tidak akan mungkin mempunyai wujud seperti manusia . Dengan berwujud seperti manusia, maka akan terbatas kemampuannya . Hanya ada satu orang yang berwujud manusia, namun mempunyai kekuatan super, yaitu SUPERMAN yang bisa terbang tanpa adanya sayap  . Namun Superman hanyalah ada dalam khayalan belaka. Jadi kesimpulannya wujud Tuhan pasti tidak sama dengan manusia maupun makhluk lainnya.    

Nah .......itulah logika tentang keberadaan ALLAH, sedangkan semua hal tentang ALLAH tidak akan bisa manusia menjangkau dengan akal, kecuali hal yang ALLAH memberitahukannya kepada manusia, yaitu melalui 99 asma ALLAH (ASMA’UL HUSNA) yang mencerminkan sifat – sifat ALLAH .

Wujud ALLAH manusia tidak akan bisa menduga – duga . Sesuai janji ALLAH Kelak di akherat, manusia soleh yang menempati surga tingkat tertentu , akan diberi kesempatan istimewa, yaitu bisa berjumpa dan memandang ALLAH, dan itulah kenikmatan yang tiada tara, karena kenikmatan surga yang begitu hebat , nikmat tak terkira, ternyata masih kalah nikmat dengan berjumpa dan memandang ALLAH, subhanallah ....!!  , semoga kita masuk dalam golongan orang – orang yang bisa berjumpa dan memandang ALLAH di akherat kelak aaamiiiin .

Wassalaamu Alaikum Warakhmatullaahi Wabarakaatuh .

Apa yang terjadi apabila Tuhan lebih dari satu
Para ulama hakekat mengatakan bahwa hanya Allah swt lah adalah Dzat yang pantas untuk disembah, dan Dia adalah Dzat yang menciptakan, yang memberi rizki. Adapun Dzat Yang Menciptakan segala sesuatu dan memberi rizki adalah Allah swt semata, maka Dialah Tuhan yang pantas untuk disembah, Dia Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Dalam dimensi rasional dan yuridis, merupakan sesuatu yang mustahil jika di alam semesta ini ada Tuhan lebih dari satu. Maka sudah sepantasnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah swt Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana. Sebagai bukti kemustahilannya bahwa ada Tuhan lebih dari satu, adalah firman Allah swt dalam al-Qur’an:

  لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا ۚ فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ

Artinya: “Sekiranya di langit dan di bumi ada dua Tuhan selain Allah swt, tentulah keduanya itu telah rusak binasa, maka Maha Suci Allah Tang mempunyai Arasy dari apa yang mereka sifatkan.” (Qs. al-Anbiya` ayat: 22).

Sebagaimana firman Allah swt didalam al-Qur’an:

مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

Artinya: “Allah swt sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Sua Allah swt dari apa yang mereka sifatkan itu. “(Qs. al-Mukminun ayat: 91).

Siapapun yang mengaku dirinya sebagai tuhan, seperti Raja Namrud dan Fir’aun, atau apapun yang diakui oleh manusia sebagai tuhan, seperti bintang-bintang dan batu-batu, maka pada dirinya akan terlihat jelas kekurangannya, ketidakmampuannya, ketergantungannya, keterpaksaannya, dan kemakhlukan-nya, yang mengindikasikan bahwa yang mengakui itu adalah manusia mahluk biasa, atau benda-benda lain yang diakui sebagai Tuhan.

Secara terang dapat kami katakan bahwa seorang yang mengaku sebagai tuhan, maka anggapannya adalah rapuh dan ilusinya salah, karena anggapannya lahir dari kemampuan dirinya untuk melakukan salah satu, seperti yang dikisahkan oleh Allah swt tentang Ibrahim as dan Namrud, yaitu ketika Ibrahim as berkata kepada Namrud: “Tuhanku dapat menghidupkan dan dapat mematikan.” Maka Namrud berkata: “Akupun dapat menghidupkan dan mematikan.”

Dalam kajian tafsir dikatakan, untuk membuktikan argumentasinya, ia mengundang dua orang lelaki, kemudian ia membunuh lelaki yang pertama dan membiarkan hidup lelaki yang kedua. Indikasi yang sama juga terlihat dalam firman Allah swt tentang Fir’aun dalam ayat berikut:

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الأنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلا تُبْصِرُونَ

Artinya: “Bukankah kekuasaan Mesir berada di tanganku dan sungai ini mengalir dibawahku. Tidakkah kalian melihat?” (Qs. az-Zukhruf ayat: 51).

Tidak diragukan bahwa kedua orang yang terkutuk ini mengetahui kesalahan pengakuannya, akan tetapi keduanya merasa berkuasa dan dapat berlaku sewenang-wenang, maka pengakuannya sebagai Tuhan tidak dibantah oleh siapapun, khususnya oleh orang-orang lemah. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah swt didalam al-Qur’an:

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ

Artinya: “Maka Fir’aun menganggap remeh kaumnya dan mereka pun mentaatinya, sesungguhnya mereka adalah orang-orang fasik.” (Qs. az-zukhruf ayat: 54).

Diberitakan dalam sebuah riwayat bahwa, ketika rakyat Mesir meminta kepada Fir’aun untuk dialirkannya sungai Nil yang ketika itu sedang kering, maka Fir’aun keluar beserta kaumnya ke tepi Sungai Nil, kemudian meminta mereka meninggalkan nya sendirian. Kemudian ia menempelkan pipinya di tanah sambil memohon kepada Allah swt dengan penuh rendah diri agar air Sungai Nil segera dialirkan.

Permohonan Fir’aun ini dikabulkan oleh Allah swt sebagai istidraj baginya, agar dosanya makin bertambah banyak. Setelah airnya mengalir, maka ia berkata: “Hanya aku yang dapat mengalirkan air sungai Nil ini.”Dan cerita ini dapat kita buktikan kebenaran dari keterangan kami di atas. Di balik kalimat ini terdapat rahasia-rahasia yang tidak pantas untuk dipaparkan di dalam kitab ini.

Ketahuilah bahwa kajian dalam pasal-pasal ini nampaknya tumpang tindih dan artinya saling mendekati. Kami sengaja tidak menyebutkan penguraian kalimat-kalimat menurut tata bahasanya, tetapi hukumnya dan keutamaannya itulah yang kami maksud, bukanlah kami bertujuan untuk membahas tentang tata bahasanya.

Sumber: Inilah Jawabku Karya Al Allamah AlHabib Abdullah bin Alawi AlHaddad