Apa yang kalian ketahui megenai peristiwa regas degklok....

Home Nasional Nasional Lainnya

tim | CNN Indonesia

Sabtu, 12 Jun 2021 12:56 WIB

Apa yang kalian ketahui megenai peristiwa regas degklok....

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penting cikal bakal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Berikut sejarah peristiwa Rengasdengklok.(Foto: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Jakarta, CNN Indonesia --

Peristiwa Rengasdengklok merupakan peristiwa penting yang menjadi cikal bakal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Berikut kronologi dan sejarah peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok adalah kejadian penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta yang terjadi pada 16 Agustus 1945 atau sehari sebelum kemerdekaan. Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang oleh sejumlah pemuda. Mereka didesak untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Para pemuda melihat peluang besar untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, Jepang yang saat itu menjajah Indonesia tengah berduka karena bom di Nagasaki dan Hiroshima.

Apa yang kalian ketahui megenai peristiwa regas degklok....
Sejarah peristiwa Rengasdengklok dilatarbelakangi bom atom besar yang menghacurkan  Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Para pemuda Indonesia melihat peluang besar kemerdekaan Indonesia setelah Jepang kalah dari sekutu. (AP Photo, File)

Dalam buku Pintar Politik Sejarah, Pemerintah dan Ketatanegaraan (2009), peristiwa Rengasdengklok dilatarbelakangi kekalahan Jepang dari sekutu.

Saat itu pasukan Amerika Serikat meluncurkan serangan bom ke kota Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus 1945. Kejadian itu membuat semua pasukan Jepang di belahan dunia melemah.

Serangan bom susulan dari pasukan Amerika Serikat kembali terjadi tiga hari berselang, pada 9 Agustus 1945. Kali ini, bom atom tersebut menghancurkan kota Nagasaki. Dua bom besar ini membuat Jepang tunduk pada sekutu.

Mendengar kabar Jepang telah mengalami kekalahan, para pemuda Indonesia sangat berambisi untuk segera mengumumkan kemerdekaan.

Pada 12 Agustus 1945, utusan Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam mengatakan kepada Soekarno dan Hatta bahwa pemerintah Jepang akan memberi kemerdekaan untuk Indonesia.

Jepang ingin proklamasi dilakukan pada 24 Agustus. Dua hari setelah pulang dari Vietnam, Hatta menceritakan kepada Sutan Syahrir tentang hasil pertemuannya itu.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Apa yang kalian ketahui megenai peristiwa regas degklok....
Pada peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta diasingkan di sebuah rumah di Rengasdengklok agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dan tidak terpengaruh Jepang. (Foto Pekarangan Rumah Pengasingan di Rengasdengklok: ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

Setelah mengetahui hasil pertemuan di Vietnam, Syahrir mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Menurut Syahrir, keinginan Jepang yang menunda-nunda itu hanya siasat semata sebagai tipu muslihat. Namun, Soekarno masih mengikuti kata Jepang.

Pada 15 Agustus 1945, para pemuda pun mengadakan rapat di rumah Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta, untuk merumuskan pelaksanaan kemerdekaan yang dipimpin Chaerul Saleh.

Rapat tersebut menyatakan bahwa kemerdekaan sepenuhnya berasal dari keputusan rakyat Indonesia dan bukan dari Jepang. Hasil rapat ini disampaikan kepada Soekarno pada malam harinya.

Soekarno menolak rancangan para pemuda ini. Ia ingin proklamasi tetap dilakukan lewat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk Jepang.

Para golongan muda merasa kecewa atas jawaban dari Soekarno. Mereka lalu menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945 ke Rengasdengklok agar terhindar dari pengaruh Jepang.

Siasat menculik Soekarno dan Hatta bukan tanpa alasan. Salah satu orang yang berperan penting dalam penculikan tersebut adalah Shodanco Singgih, seorang anggota PETA (Pembela Tanah Air).

Apa yang kalian ketahui megenai peristiwa regas degklok....
Pada peristiwa Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dibawa ke sebuah rumah dan didesak untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. (Foto Rumah Rengasdengklok: CNN Indonesia/Agung Rahmadsyah)

Di Rengasdengklok, Soekarno menyatakan dia bersedia menggelar proklamasi setelah dikembalikan ke Jakarta.

Dari putusan itu, Ahmad Soebardjo selaku tokoh penengah antara golongan tua dan muda, diutus menjemput Soekarno, Hatta, Ibu Fatmawati, dan Guntur Soekarnoputra dari Rengasdengklok.


Keesokan harinya tepat pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56.

Teks proklamasi tersebut diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang dipinjam dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman.

Pada 18 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan mengesahkan UUD sebagai dasar negara Republik Indonesia yang dikenal UUD 45.

Itulah sejarah peristiwa Rengasdengklok, peristiwa penting jelang proklamasi kemerdekaan Indonesia.

(avd/ptj)

Saksikan Video di Bawah Ini:

JAKARTA - Peristiwa Rengasdengklok memiliki makna mendalam bagi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rengasdengklok tak hanya menjadi nama sebuah tempat, melainkan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda terkait proklamasi kemerdekaan.

Pada saat itu, golongan muda menginginkan Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia karena Jepang telah menyerah pada sekutu.

Namun, golongan tua menentang hal tersebut dikarenakan masih mempertimbangkan berbagai hal termasuk keamanan.

Pada 16 Agustus 1945, sekira pukul 03.00 WIB, para pemuda tersebut kemudian menculik Soekarno dan Hatta dari Jakarta ke Rengasdengklok, Karawang. Tujuan penculikan tersebut, salah satunya untuk agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh dengan Jepang.

Penculikan terhadap dua tokoh golongan tua tersebut dikomandoi oleh Shodanco Singgih. Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kembali didesak oleh para pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Namun, Soekarno kukuh menolak.

Hingga akhirnya, terjadi kesepakatan bahwa kemerdekaan tidak akan ada campur tangan pihak Jepang, asalkan proklamasi dilaksanakan setelah Soekarno berada di Jakarta.

Peristiwa Rengasdengklok ini mempercepat terjadinya proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal itu juga tidak terlepas dari pertimbangan dan kebijakan golongan tua sehingga Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Mungkin tanpa adanya peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan oleh golongan muda, proklamasi tidak akan pernah terwujud.

Perjuangan para golongan tua dan golongan muda untuk memerdekakan Indonesia tentunya bukan tanpa alasan. Sebagai pejuang kemerdekaan tentunya menginginkan untuk dapat menentukan masa depan bangsanya sendiri dengan mewujudkan kehidupan yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Perjuangan para penduhulu bangsa Indonesia layak untuk dikenang dan juga dilestarikan. Karena itu, untuk mewujudkan cita-cita bangsa hendaknya kita tetap menanamkan jiwa nasionalisme dan selalu melaksanakan kehidupan yang rukun antar umat beragama, budaya, dan suku.

  • #Kemerdekaan Indonesia
  • #Rengasdengklok
  • #Peristiwa Rengasdengklok

Jakarta -

Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu peristiwa penting menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan RI. Peristiwa ini diawali dengan ketidakcocokan pendapat antara golongan tua dan golongan muda.

Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945. Namun, detikers juga perlu mengetahui latar belakang peristiwa tersebut.

Menurut buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu 2B SMP Kelas VIII karya Anwar Kurnia, bersamaan dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu, para pemuda yang dipimpin Chaerul Saleh mengadakan pertemuan di Gedung Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur No. 17 Jakarta. Kini, gedung tersebut merupakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Pertemuan ini terjadi pada 15 Agustus 1945 pada pukul 20.00 WIB. Dari agenda tersebut, didapatkan beberapa keputusan, yaitu:

1. Mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga.

2. Menunjuk Tikana, Darwis, dan Subadio untuk menemui Soekarno-Hatta dan menyampaikan keputusan rapat. Namun dengan catatan, kemerdekaan tidak diproklamasikan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

3. Membagi tugas kepada mahasiswa, pelajar, dan pemuda di seluruh Jakarta untuk merebut kekuasaan dari Jepang.

Sesuai keputusan tersebut, pada 22.00 WIB Wikana dan yang lain menemui Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, yang merupakan kediaman Soekarno. Ketika Wikana menyampaikan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada 16 Agustus 1945, Soekarno menolak.

Alasannya, ia tidak dapat melepas tanggung jawab sebagai ketua PPKI dan akan menanyakan hal tersebut pada wakil-wakil PPKI di keesokan harinya. Dari sinilah peristiwa Rengasdengklok dimulai.

Bagaimana peristiwa Rengasdengklok terjadi?

Terhadap penolakan tersebut, golongan muda tidak berputus asa. Mereka kembali bertemu di Asrama Baperpi di Jalan Cikini Nomor 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB.

Dari pertemuan tersebut, mereka memutuskan untuk membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya, adalah menjauhkan kedua tokoh tersebut dari tekanan atau pengaruh Jepang.

Sebagaimana rencana, tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul 04.00 WIB, Soekarno-Hatta dibawa para pemuda yang dipimpin oleh Slodanco Singgih ke Rengasdengklok. Para pemuda menyampaikan alasan pada kedua tokoh tersebut bahwa semangat rakyat menyongsong kemerdekaan yang meluap dapat mengancam keduanya jika masih berada di Jakarta.

Setelah berdebat, Soekarno-Hatta akhirnya menerima alasan para pemuda.

Soekarno berangkat ke Rengasdengklok bersama Ibu Fatmawati dan Guntur yang kala itu masih bayi. Sementara Moh. Hatta dan pengawalnya ada di mobil lain.

Demi tidak dicurigai Jepang, Soekarno-Hatta dan para pengawal mereka memakai seragam Peta dan menuju rumah Jiu Kie Song di Rengasdengklok.

Ketika berada di Rengasdengklok, para pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk melaksanakan proklamasi yang terlepas dari pengrauh Jepang. Namun, kehendak tersebut tidak terlaksana dan para pemuda segan untuk terus mendesak.

Akhirnya, Syodanco Singgih berusaha berbicara kembali dengan Soekarno hingga ia setuju bahwa proklamasi akan diadakan tanpa campur tangan Jepang.

Soekarno setuju melakukannya dengan catatan, akan dilakukan jika sudah kembali ke Jakarta. Sehingga, para pemuda segera berencana kembali ke Jakarta.

Pada waktu yang bersamaan, diadakan juga pertemuan di Jakarta antara golongan tua yang diwakili Ahmad Soebarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. Keduanya bersepakat bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta.

Kemudian, Ahmad Soebarjo menjemput Soekarno dari Rengasdengklok. Rombongan ini diantar Yusuf Kunto dari golongan pemuda dan Sudiro yang merupakan sekretarisnya.

Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 17.30 WIB. Ketika itu, Ahmad Soebarjo menjamin dengan nyawanya bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945. Dengan jaminan itu, para pemuda bersedia melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

(nwy/nwy)