Apa yang dimaksud dengan penanaman secara tumpang sari brainly?

Admin distan | 10 Mei 2016 | 10404 kali

Oleh : Ir. IGA. Maya Kurnia, M.Si/PP Madya Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.

Tumpangsari berdasarkan kondisi lahan :

1.Lahan Kering (tegalan), palawija dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari. Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Penanaman dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam yang bersamaan. Saat akhir atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek atau berumur panjang sebanyak satu kali tanam. Pelaksanaannya dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan waktu tanam yang bersamaan. Alternatif kedua, pada awal musim hujan, lahan ditanami jagung. Kurang lebih 3 sampai 4 minggu sebelum panen, singkong ditanami di antara tanaman jagung.

2. Lahan Sawah Tadah Hujan, palawija bisa ditanam secara monokultur atau tumpangsari. Ada dua alternatif untuk pelaksanaannya. Alternatif pertama, pada awal musim hujan sampai pertengahan musim huajn, lahan ditanami padi sebanyak satu kali. Pada akhir atau pertengahan musim hujan, lahan ditanami palawija secara monokultur sebanyak satu kali. Sedangkan alternatif kedua pada awal musim hujan, lahan ditanami padi sebanyak satu kali. Pada akhir atau pertengahan musim hujan sampai musim kemarau lahan dapat ditanami palawija secara tumpangsari. Tumpangsari dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah tumpangsari dua tanaman berumur pendek. Misalnya, jagung dengan kacang kedelai, kacang tanah atau kacang hijau. Pada metode ini waktu tanam dilakukan bersamaan. Demikian pula waktu panennya. Karena terdapat tanaman lain, maka jarak tanam jagung harus lebih lebar. Cara kedua dilakukan antara dua tanaman dengan umur berbeda. Misalnya, ubi kayu dengan kacang tanah, kedelai atau kacang hijau. Metode ini waktu tanamnya bersamaan. Ketika tanaman yang berumur pendek sudah dipanen, singkong masih dibiarkan tumbuh sampai saatnya panen. Dengan cara ini, jarak tanam singkong harus lebih lebar.

3. Lahan Sawah Beririgasi, palawija umumnya ditanami secara monokultur dengan pola tanam sebagai berikut. Pada awal musim hujan sampai akhir musim hujan, lahan ditanami padi sebanyak dua kali tanam. Pada musim kemarau, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali. Kerugian pola lahan sawah beririgasi tanam ini adalah Pola pergiliran tanaman pada setiap daerah berbeda sebab masing masing daerah mempunyai kondisi iklim, tanah dan kecocokan tanaman untuk pergiliran yang berbeda pula sehingga tidak bisa di samaratakan.

4. Lahan Rawa Pasang Surut, sebelum ditanam palawija, lahan rawa harus diolah dengan sistem sarjan. Pada sistem ini, sebagian lahan ditinggikan untuk ditanami palawija atau tanaman lain yang tidak tahan genangan air. Bagian yang lebih tinggi ini disebut guludan. Bagian yang lain, dibuat lebih rendah untuk ditanami padi. Bagian yang rendah ini disebut tabukan. Perbandingan luas tabukan dan guludan pasang tertinggi. Bagian guludan tidak boleh dilampaui air. Sementara itu, permukaan tanah tidak lebih rendah dari lapisan pirit. Lapisan ini merupakan akumulasi bahan-bahan beracun, sehingga bila terangkat ke permukaan akan sangat mengganggu pertumbuhan tanaman.Di lahan rawa, palawija juga ditanami secara monokultur atau tumpang sari. Aturannya sebagai berikut. Di lahan di bagian tabukan, ditanami padi dua kali setahun. Sedangkan di bagian guludan pada awal dan akhir musim hujan ditanami palawija berumur pendek (jagung dan kacang-kacangan). Atau, pada awal musim hujan ditanami palawija berumur pendek dan akhir musim hujan ditanami singkong.Sumber : //polatanam_tumpangsari_zaifbio2014

Download disini

Swadayaonline.com - Sistem tanam ganda (Multiple Cropping) atau disebut juga polikultur, adalah suatu sistem pertanaman atau usahatani yang mengusahakan 2 atau lebih tanaman budidaya pada suatu luasan lahan tertentu. Filosofi dari sistem tanam ganda adalah untuk mencapai produksi tanaman yang maksimal per unit area lahan dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan kesuburan lahan. 

Hal tersebut, menguatkan semakin meningkatnya bukti bahwa pertanian monokultur yang intensif menggunakan bahan kimia telah menurunkan biodiversitas dan siklus unsur hara tanah selain ikut mempengaruhi perubahan iklim dan kualitas air. Tantangan dunia pertanian saat ini adalah untuk berkontribusi terhadap keamanan pangan saat ini dan di masa depan sambil memelihara biodiversitas dan mengurangi dampak yang merugikan terhadap lingkungan.

Sistem pertanaman ganda biasanya dilakukan oleh para petani dengan tujuan untuk mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari beberapa jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Petani melaksanakan sistem tanam ganda juga untuk mengurangi resiko kegagalan panen dan mendapatkan total output dalam arti nilai ekonomis yang tinggi. Sistem tanam ganda di dataran rendah biasanya terdiri dari berbagai macam palawija atau dengan padi, sedangkan di dataran tinggi terdiri dari berbagai macam tanaman hortikultura. 

Kelebihan dan Kekurangan Tanam Ganda

Hampir semua petani dengan lahan sempit di daerah tropis masih terus melakukan sistem tanam ganda. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pertanaman monokultur, diantaranya mengurangi resiko kegagalan panen suatu jenis tanaman, meningkatkan frekuensi panen dan pendapatan petani, meningkatkan produktivitas lahan per luas area, efisien dalam penggunaan energi atau cahaya matahari, unsur hara dan air, mengurangi erosi tanah atau kehilangan tanah olah, pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali, menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, dapat menekan pertumbuhan gulma, dan menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami terus-menerus.

Namun selain kelebihan, sistem tanam ganda ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu terjadi persaingan untuk memperoleh unsur hara antar tanaman, pertumbuhan tanaman dapat saling menghambatn, banyaknya jenis hama yang dapat menyerang, dan perawatan tanaman relatif lebih sulit.

Ada beberapa jenis sistem tanam ganda yang biasa dilakukan, yaitu sistem tumpang sari, yaitu suatu bentuk sistem pola tanam campuran yang melibatkan dua jenis tanaman atau lebih pada satu areal dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan, sistem tumpang gilir, yaitu pola tanam campuran antara dua jenis tanaman yang dilakukan secara bergiliran atau bergantian, pada sistem ini jenis tanaman kedua ditanam beberapa saat menjelang tanaman pertama dipanen atau segera setelah tanaman pertama dipanen, sistem tanaman bersisipan, yaitu metode penanaman yang dilakukan dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok, dan sistem tanaman campuran, yaitu metode penanaman yang tersusun dari beberapa jenis tanaman yang tumbuh tanpa diatur jarak tanamnya (secara acak).

Ada yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis tanaman sistem tanam ganda. Sebaiknya tanaman mempunyai periode pertumbuhan yang tidak sama, bila umur tanaman sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda, terdapat perbedaan kebutuhan terhadap faktor lingkungan seperti air, cahaya dan unsur hara, tanaman mempunyai perbedaan arsitektur kanopi (tajuk) dan tinggi tanaman yang nyata, tanaman mempunyai perbedaan perakaran, baik sifat, luas dan kedalaman perakarannya, tanaman tidak memiliki jenis hama dan penyakit yang sama, tanaman tidak mengeluarkan zat alelopati (zat yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang lain) dan untuk memulihkan kesuburan tanah, sebaiknya pada salah satu musim tanam dibudidayakan tanaman dari famili Leguminosae (polong-polongan).

Sistem tanam ganda dapat meningkatkan produktivitas lahan dibandingkan pertanaman monokultur. Hal ini dapat diukur dengan Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) atau disebut juga Land Equivalent Ratio (LER). Bila Nisbah Kesetaraan Lahan lebih dari 1,0 artinya menunjukkan bahwa dengan sistem tanam ganda yang dilakukan lebih efisien dalam pemanfaatan lahan daripada masing-masing tanaman tersebut ditanam secara monokultur. SY/ELA

Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir (relay cropping).

Tumpang sela cabai di antara pertanaman pepaya.

Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih.

Sistem budidaya surjan, suatu bentuk kearifan lokal dari Yogyakarta selatan, juga dapat digolongkan sebagai tumpang sari.

Konsep serupa tumpang sari dapat diperluas dalam kelas usaha tani lain. Dalam kehutanan, kombinasi pertanaman antara tanaman semusim dengan pohon hutan dikenal sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar pada lahan sawah yang dikenal sebagai mina padi.

Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola monokultur karena:

  1. Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman berbeda,
  2. petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan,
  3. risiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.

Penggunaan pupuk majemuk dalam tumpang sari lebih menguntungkan karena:

  • lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan,
  • pemakaiannya sekali.

Namun sistem teknologi model tersebut masih sedikit orang yang melaksanakannya.

  • Penerapan model tumpang sari dan penggunaan pupuk majemuk pada agribisnis hortikultura dataran rendah dalam penanggulangan penurunan produktivitas lahan dan pendapatan usaha tani di desa mitra lingkar kampus IPB Darmaga

 

Artikel bertopik pertanian atau perkebunan ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tumpang_sari&oldid=16546256"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA