Apa yang dimaksud dengan konflik destruktif dan konstruktif?

Apa yang dimaksud dengan konflik destruktif dan konstruktif?

Apa yang dimaksud dengan konflik destruktif dan konstruktif?
Lihat Foto

freepik.com

llustrasi bentuk-bentuk konflik

KOMPAS.com – Setiap manusia pastinya pernah mengalami konflik dalam kehidupannya. Bentuk konflik yang dialami pastinya juga berbeda-berbeda.

Bisa saja berbentuk konflik antarindividu atau bisa juga berbentuk konflik antarkelompok.

Konflik antarindividu dan konflik antar kelompok hanyalah segelintir contoh bentuk konflik yang dialami manusia dalam menjalani kehidupan sosialnya. Sebenarnya masih ada bentuk-bentuk konflik yang lain.

Dilansir dari buku Pengantar Sosiologi (2020) karya Trisni Andayani, Ayu Febryani, dan Dedi Andriansyah, dijelaskan berbagai macam bentuk konflik, yaitu:

  • Konflik menurut sifat pelaku yang berkonflik

Menurut sifat pelaku yang berkonflik, konflik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Konflik terbuka adalah konflik yang diketahui oleh semua pihak. Misalnya konflik antara Amerika Serikat dan Irak.
  2. Konflik tertutup adalah konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat dalam konflik.

Baca juga: Resolusi Konflik: Definisi dan Metodenya

  • Konflik menurut posisi pelaku yang berkonflik

Menurut posisi pelaku yang berkonflik, konflik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Konflik vertikal merupakan konflik yang terjadi antara komponen masyarakat di dalam satu struktur yang mempunyai tingkatan dan hierarki. Misalnya konflik antara buruh dengan atasan.
  2. Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang mempunyai kedudukan yang sama. Contoh konflik horizontal adalah konflik antar ras, etnis, maupun agama.
  3. Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi akibat adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contoh konflik diagonal adalah konflik Aceh.
  • Konflik menurut cara pengelolaannya

Menurut cara pengelolaannya, konflik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Konflik interindividu adalah konflik yang terjadi dalam diri individu karena ada hubungan erat dengan emosi individu hingga tingkat keresahan yang paling tinggi.
  2. Konflik antar individu merupakan konflik yang terjadi antara individu dengan individu yang lain. Konflik ini sifatnya substantif. Selain itu, konflik ini erat kaitannya dengan perbedaan pendapat, ide, gagasan, dan kepentingan.
  3. Konflik antar kelompok merupakan konflik yang terjadi antara kelompok satu dengan kelompok yang lain.

Baca juga: Mediasi Sebagai Bentuk Usaha Resolusi Konflik

  • Konflik menurut konsentrasi aktifitas manusia di dalam masyarakat

Menurut konsentrasi aktifitas manusia di dalam masyarakat, konflik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Konflik sosial merupakan konflik terjadi karena adanya perbedaan kepentingan sosial. Konflik sosial biasanya berbentuk konflik vertikal dan horizontal.
  2. Konflik politik merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan yang berhubungan dengan kekuasaan.
  3. Konflik ekonomi merupakan konflik yang terjadi karena adanya perebutan sumber daya demi kepentingan ekonomi.

Menurut sifatnya, konflik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Dalam buku Konflik dan Manajemen Konflik (2010) karya Wirawan, dijelaskan bahwa konflik konstruktif merupakan konflik yang prosesnya mengarah pada pencarian solusi mengenai substansi konflik.

Konflik konstruktif cenderung memiliki dampak positif dan memberikan keuntungan terhadap individu maupun kelompok.

Baca juga: Arbitrase sebagai Bentuk Usaha Resolusi Konflik

• Konflik destruktif

Konflik destruktif merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perasaan tidak senang atau perasaan dendam dari seseorang atau kelompok terhadap pihak lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya.

Konflik destruktif seringkali menimbulkan bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Apa yang dimaksud dengan konflik destruktif dan konstruktif?

Konflik bisa terjadi karena adanya benturan kepentingan yang ada dalam individu dan kelompok di masyarakat. Penyebab terjadinya konflik ini dilatarbelakangi adanya keinginan pribadi, perbedaan arti ras, kelas, kasta, politik dan internasional. Namun yang pasti berdasarkan pada sifatnya jenis konflik terbagi menjadi 2. Yaitu konflik konstruktif dan destruktif.

Adapun maka konflik destruktif, sejatinya yang lebih mengarah pada timbulnya dampak negatif yang bisa berupa hilangnya nyawa atau harta benda. Contohnya dalam keseharian ialah di tempat kerja, terjadinya konflik destruktif dapat menghambat kinerja, karena orang-orang menolak untuk berbicara satu sama lain atau mereka tidak memiliki percakapan yang beradab.

Konflik Destruktif

Konflik destruktif bisa dikatakan sebagai arti pertikaian yang terjadi ketika dua orang atau lebih terlibat dalam bentuk tindakan sosial dan perilaku yang menghasilkan peningkatan antagonisme alih-alih dengan perwujuatan resolusi konflik. Misalnya, ketika dua rekan kerja mulai melakukan serangan verbal dan menggunakan gerakan mengancam selama pertengkaran, konflik di antara mereka telah menjadi destruktif.

Konflik tipikal destruktif ini dalam bentuk kelompok sosial seringkali mengikuti arah tertentu. Pertama-tama, adanya bentuk interaksi sosial berkelompok yang rutin terganggu oleh konflik awal, yang bisa disebabkan oleh perbedaan pendapat, perselisihan antar anggota, atau kelangkaan sumber daya.

Pada titik tersebut, kelompok tersebut tidak lagi bersatu, dan mungkin terpecah menjadi koalisi. Periode eskalasi konflik ini dalam beberapa kasus memberi jalan ke tahap resolusi arti konflik, setelah itu kelompok akhirnya dapat kembali ke interaksi rutin kelompok.

Pengertian Konflik Destruktif

Konflik destruktif adalah pertentangan yang terjadi karena adanya perasaan tidak senang atau perasaan dendam dari seseorang atau kelompok terhadap pihak lain yang bisa menimbulkan kerugian bagi individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.

Contoh Konflik Destruktif

Adanya untuk contoh perilaku yang menggambarkan konflik destruktif dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja;

Salah satu sikap yang dapat memicu konflik destruktif adalah dengan membuat argumen emosional dan memaksa orang lain untuk mendengarkan kita karena pengalaman atau kepercayaan yang kita miliki dalam suatu arti diskusi. Disisi lainnya, setiap orang berhak untuk membuat argumen, tapi memaksakan argumen kita kepada orang lain adalah hal yang salah, baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan sosial masyarakat tempat kita tinggal.

Alasannya hal tersebut selain melanggar norma sosial dan nilai sosial juga menghancurkan cerminan masyarakat majemuk yang menghargai perbedaan.

Kita tidak boleh menganggap pertanyaan dan kritik dari orang lain atau rekan kerja kita sebagai serangan pribadi yang dapat memicu timbulnya konflik destruktif.

Bisa saja kritik yang diberikan oleh orang lain tersebut justru dapat membawa perubahan yang lebih baik pada ide-ide kita, jadi kita harus menghilangkan pikiran buruk bahwa kritik tersebut adalah untuk menjatuhkan atau menjelek-jelekkan kita, tapi jadikan itu sebagai masukan yang membangun bagi kita.

Menolak sudut pandang orang lain sebelum kita sepenuhnya memahami posisi mereka juga dapat memicu timbulnya konflik destruktif, karena orang lain berhak untuk menyampaikan sudut pandangnya, terlebih lagi di Indonesia yang merupakan negara demokratis dengan masyarakat majemuk, sehingga kita tidak boleh serta merta menolak sudut pandang tersebut tanpa mempertimbangkan hal-hal baik yang dapat diambil ketika kita bisa menerima sudut pandang orang lain tersebut.

Dimanapun tempatnya, baik di lingkungan kerja atau di lingkungan masyarakat tempat tinggal kita, kita tidak boleh mengolok-olok atau mengejek peran sosial dan status sosial orang lain karena itu dapat memicu timbulnya konflik destruktif. Orang yang kita olok-olok atau kita ejek tentunya akan merasa terhina atau sakit hati dengan apa yang kita lakukan.

Lebih parah lagi, orang tersebut bisa melakukan tindak kekerasan karena merasa tidak bisa terima terhadap ejekan yang kita lontarkan. Meskipun hanya berawal dari ejekan, tapi konflik tersebut juga bisa berbuntut panjang hingga ke ranah hukum.

Ketika orang lain sedang menyampaikan ide-ide mereka kita harus menghargai hal tersebut, meskipun mungkin ide-ide itu tidak sesuai atau berlawanan dengan ide-ide yang kita miliki. Kita harus tetap mendengarkan ide yang disampaikan orang lain hingga selesai.

Kemudian baru membuat pertimbangan yang matang terkait cara yang bijak untuk mengolah ide tersebut, tidak langsung menolaknya dengan sarkas sehingga membuat orang lain kecewa dan tidak berani menyampaikan ide-ide mereka lagi di masa mendatang.

Dari penjelasan yang dikemukakan. Dapatlah dikatakan bahwa adanya konflik destruktif dapat meningkat dengan cepat dari perbedaan pendapat menjadi situasi beracun, terutama ketika kita sedang melakukan hubungan sosial dengan pihak lain.

Adanya konflik sosial, konflik vartikal, konflik horizontal, maupun konflik destruktif perlu ditangani segera setelah diidentifikasi atau dilaporkan. Alasannya dengan melakukan hal itu mencegah sekaligus menjadi upaya penyelesaian konflik semakin meningkat, yang selanjutnya akan menurunkan moral dan produktivitas dari suatu kelompok sosial. Menghentikan konflik destruktif juga mencegah potensi tindakan hukum.

Nah, itulah saja artikel yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan pengertian konflik destruktif dan contohnya di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Semoga saja bisa berguna untuk kalian yang sedang membutuhkannya.