Apa yang dimaksud dengan erosi dan apa penyebabnya?

Erosi (dari bahasa Latin erosionem "menggerogoti") atau disebut juga pengikisan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara alami oleh pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi oleh angin, tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi[1] atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang atau pertumbuhan akar tanaman yang mengakibatkan retakan tanah dalam hal ini disebut bio-erosi.[2] Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Secara umum erosi melibatkan tiga proses yaitu pelepasan (detachment), transformasi (transformation), dan pengendapan (sedimentation).[3]

Apa yang dimaksud dengan erosi dan apa penyebabnya?

Erosi di Amerika Serikat.

Apa yang dimaksud dengan erosi dan apa penyebabnya?

Erosi di Israel.

Erosi yang terjadi dapat membentuk banyak penampakan alam menarik seperti puncak gunung, lembah dan garis pantai.[1] Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi atau pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan).[4] Akibat lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran jalur pelayaran.[5]

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor yang mempengaruhinya meliputi iklim, vegetasi, karakteristik tanah, penggunaan lahan, dan topografi.[6] Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya, kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan, makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan.

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

Jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.

  • Abrasi
  • Sedimentasi
  1. ^ a b Media, Kompas Cyber. "Pengertian Erosi dan Akibatnya". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-12-30. 
  2. ^ Society, National Geographic (2018-03-20). "erosion". National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-18. 
  3. ^ "Erosion | Soils 4 Teachers". www.soils4teachers.org. Diakses tanggal 2021-01-18. 
  4. ^ Government, Queensland. "Impacts of erosion | Erosion". www.qld.gov.au (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-18. 
  5. ^ Azmeri, Azmeri (2020). Erosi, Sedimentasi, dan Pengelolaannya. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 15. ISBN 9786232641006.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. ^ Lihawa, Fitriyane (2017). Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi, dan Longsor. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 47. ISBN 9786024537197.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erosi&oldid=21073441"

Bencana alam yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam. Biasanya tergantung dari kondisi geografis-nya.

Misalnya, wilayah dataran rendah memiliki potensi banjir yang cukup tinggi. Lalu, wilayah pantai rawan terkena tsunami. Sedangkan wilayah dataran tinggi atau pegunungan rawan mengalami erosi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), erosi adalah sebuah kondisi pengikisian permukaan bumi oleh tenaga yang melibatkan pengangkatan benda-beda seperti air mengalir, es, angin, dan gelombang atau arus.

Berdasarkan penjelasan di dpupkp.bantulkab.go.id, erosi atau pengikisan merupakan sebuah proses perpindahan massa batuan dari satu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di atas bumi.

Mengutip dari Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010 – 2014 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menyebutkan, Indonesia berpotensi mengalami pengikisan karena adanya perubahan bentuk tanah atau batuan. Hal ini terjadi akibat kekuatan air, angin, es, hingga pengaruh baya berat atau organisme hidup.

Penyebab Erosi

Pengikisan bisa terjadi karena beberapa hal. Menurut penjelasan di Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 3 No. 1, ada dua penyebab erosi. Berikut penjelasannya.

Advertising

Advertising

Baca Juga

Penyebab pertama terjadinya pengikisan tanah adalah faktor alam atau erosi alamiah. Kondisi tersebut terjadi karena alam perlu mempertahankan keseimbangan tanah. Pengikisan ini umumnya masih menyediakan tanah sebagai media bagi tumbuhan hidup.

2. Aktivitas Manusia

Penyebab kedua karena aktivitas manusia. Kondisi tersebut terjadi ketika lapisan tanah bagian atas mengalami pengelupasan karena adanya pembangunan, praktik budidaya tanaman yang tidak memperhatikan sistem konservasi, dan berbagai aktivitas manusia lainnya yang sifatnya merusak.

Faktor Penentu Terjadinya Erosi

Selain kedua faktor utama tersebut, dalam Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 3 No. 1, juga dijelaskan empat faktor penentu terjadinya pengikisan. Faktor-faktor tersebut antara lain;

1. Iklim

Di daerah tropis, iklim yang sangat mempengaruhi terjadinya pengikisan yaitu hujan. Intensitas dan besarnya hujan bisa menyebabkan dispersi pada tanah. Curah hujan tinggi lebih mudah menyebabkan erosi dibandingkan dengan curah hujan rendah.

2. Topografi

Topografi atau tinggi rendahnya permukaan bumi juga bisa menjadi pemicu terjadinya pengikisan. Topografi akan menyebabkan terjadinya perbedaan lereng. Kemiringan dan panjang lereng yang sangat berpengaruh terhadap aliran pemukaan dan pengikisan.

3. Tanah

Tanah menjadi faktor penentu berikutnya. Beberapa hal dari kondisi tanah yang bisa menyebabkan pengikisan antara lain ketahanan tanah terhadap penyebab kerusakan baik air hujan atau aktivitas di permukaan dan kemampuan tanah untuk menyerap air.

Baca Juga

Faktor penentu terjadinya pengikisan yang terkahir yaitu vegetasi. Kehadiran vegetasi di atas permukaan bumi akan mempengaruhi aliran pemukaan dan pengikisan. Pengaruh tersebut antara lain;

  • Intersepsi hujan yang dilakukan olah tajuk tanaman.
  • Vegetasi yang mempengaruhi kecepatan aliran di permukaan dan kekuatan perusak yang berasal dari air.
  • Akar tanaman akan mempengaruhi kegiatan biologi yang behubungan dengan pertumbuhan tanaman tersebut dan akan mempengaruhi prositas tanah.
  • Transpirasi yang terjadi akan membuat tanah menjadi lebih kering.

Contoh Erosi

Pengikisan yang terjadi di permukaan bumi ternyata banyak sekali jenisnya. Mengutip dari laman tirto.id, ada beberapa contoh erosi. Berikut ini penjelasannya.

1. Erosi air atau ablasi

Contoh yang pertama yaitu erosi air. Pengikisan ini terjadi karena adanya pengaruh dari air sungai dan hujan. Intensitas dan curah hujan yang tinggi akan semakin meningkatkan peluang terjadinya ablasi. Setidaknya ada empat jenis ablasi yang bisa terjadi.

  • Erosi percik: disebabkan oleh air hujan yang jatuh ke dalam tanah dan menghanyutkan tanah tersebut.
  • Erosi lembar: terjadi di tanah pada daerah lereng gunung. Lapisan bagian atas tanah akan hanyut bersama air hujan.
  • Erosi alur: pengikisan pada tanah yang sudah berlangsung dan menyebabkan terbentuknya alur yang nantinya menjadi tempat air mengalir.
  • Erosi parit: pengikisan yang terjadi ketika alur yang terbentuk sudah memiliki kedalaman lebih dari 0,3 meter.

2. Erosi korasi atau deflasi

Deflasi merupakan pengikisan yang disebabkan oleh angin. Biasanya terjadi di daerah gurun. Angin di tempat tersebut akan menyebabkan pasir berpindah ke tempat lain secara konstan.

3. Abrasi

Abrasi adalah pengikisan yang terjadi di daerah pantai. Pengikisan tersebut terjadi karena adanya gelombang laut dan arus laut yang merusak.

Menurut BNPB dalam Risiko Bencana Indonesia, juga menjelasakan proses abrasi terjadi ketika ada angin yang bergerak di laut yang menyebabkan arus serta gelombang ke arah pantai. Jika kejadian tersebut berlangsung lebih lama, maka akan menyebabkan banyak pengikisan di pinggir pantai.

Baca Juga

Pengikisan ini disebabkan oleh adanya gerakan es yang mencair. Pencairan ini membuat bebatuan ikut bergerak ke bawah kemudian mengendap. Hasil dari pengikisan tersebut dikenal dengan nama fjord. Kejadian ini biasanya ada di pegunungan bersalju.

Cara Mencegah Erosi

Fenoma terjadinya pengikisan pada lapisan atas permukaan bumi sebenarnya bisa dicegah dengan berbagai cara. Mengutip dari pusatkritis.kemkes.go.id, ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya erosi. Berikut penjelasannya.

1. Konservasi tanah

Cara pertama yang bisa dilakukan yakni dengan melakukan konservasi tanah. Upaya ini dilakukan untuk mencegah dan menghambat terjadinya pengikisan tanah. Pemilihan vegetasi yang tepat menjadi kunci suksesnya upaya konservasi. Pastikan menggunakan vegetasi yang memiliki kemampuan untuk bertahan pada berbagai kondisi cekaman.

2. Terasering

Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan sistem terasering yang biasanya dijumpai pada lahan pertanian di dataran tinggi. Terasering ini sebenarnya memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga agar air hujan tidak langsung mengalir ke bawah dan menyebabkan pengikisan. Dengan lahan berbentuk teras, maka tanah akan lebih stabil dan tanaman juga tumbuh lebih baik.

3. Countor farming

Upaya selanjutnya untuk mencegah terjadinya pengikisan tanah yaitu dengan countor farming atau penanaman berdasarkan garis kontur. Cara becocok tanamn seperti ini akan membuat akar tanaman lebih kuat, sehingga bisa menahan tanah agar tidak mudah terkikis saat hujan deras.

Baca Juga

Tindakan preventif berikutnya yang bisa dilakukan yaitu dengan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang telah gundul. Cara ini sangat penting untuk dilakukan sebab pohon di hutan merupakan penghasil oksigen sekaligus penahan air. Dengan ekosistem hutan yang terjaga maka bercana alam lain seperti banjir juga bisa dicegah.