Apa persamaan dari sistem ekonomi gerakan benteng dan alibaba

Sistem ekonomi gerakan benteng adalah salah satu cara perbaikan dan perubahan struktur ekonomi peninggalan Belanda menuju ekonomi nasional. Artinya, usaha dari sistem ekonomi gerakan benteng ini adalah mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Pada saat itu, sistem ekonomi mengalami berat sebelah atau lebih condong dan menguntungkan penduduk kolonial. Oleh karena itu, sistem ekonomi gerakan benteng ini diharapkan dapat menjadi pengubah nasib pengusaha pribumi.

Tujuan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama oleh Nana Supriatna dkk (2004), tujuan dari sistem ekonomi gerakan benteng adalah untuk melindungi pengusaha-pengusaha pribumi dari penguasaan pengusaha nonpribumi. Sistem ekonomi ini berlangsung pada tahun 1950 - 1953.

Baca juga: Kebijakan Sistem Ekonomi Ali Baba: Sejarah dan Kegagalannya

Pada masa itu terdapat 700-an pengusaha pribumi yang diberi modal berupa kredit. Harapannya adalah pengusaha pribumi dapat menghemat devisa lewat pengurangan volume impor. Namun, kenyataannya bantuan modal tersebut tidak dapat dimaksimalkan oleh penerima karena kinerja mereka lamban.

Namun, tujuan dari sistem ekonomi benteng ini tidak terealisasi atau dengan kata lain mengalami kegagalan. Sistem ini membuat keuangan negara mengalami defisit. Pada tahun 1952, defisit yang dialami mencapai angka tiga miliar rupiah ditambah dengan sisa defisit keuangan di tahun sebelumnya yakni sebesar 1,7 milyar rupiah.

Pencetus Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Dalam buku Sejarah SMA Kelas XII oleh M Habib Mustopo dkk (2006) disebutkan bahwa sistem ekonomi gerakan benteng adalah gagasan yang dicetuskan oleh Dr. Soemitro Djojohadikusumo yakni Menteri Perdagangan pada masa pemerintahan Kabinet Natsir.

Soemitro merupakan ayah dari Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto.

Baca juga: Latar Belakang Gerakan PRRI Permesta dan Dampaknya

Dr. Soemitro merupakan seorang guru besar FE UI yang ilmu ekonominya tidak usah dihiraukan kembali. Selain itu, ia pernah menempuh pendidikan di Netherland School of Economics dan Universite de Sorbonne.

Sebagai seorang ahli ekonomi, ia akhirnya menduduki jabatan sebagai staf Perdana Menteri RI pada tahun 1946. Setelah itu, ia menjadi menteri di beberapa bidang yang berhubungan dengan ekonomi. Jabatan yang pernah ia duduki antara lain sebagai berikut:

· Menteri perekonomian pada tahun 1950 hingga 1951

· Menteri keuangan pada tahun 1952 hingga 1953

· Menteri perdagangan pada tahun 1968 hingga 1973

· Menteri negara riset pada tahun 1973 hingga 1978

Program-Program dalam Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Mengutip buku Strategi Cerdas SBMPTN Soshum oleh Ana Andriyani dkk (2018) beberapa program yang dilakukan dalam menerapkan sistem ekonomi gerakan benteng ini adalah:

  • Menumbuhkan kelas pengusaha yang berasal dari pribumi (bangsa Indonesia)
  • Para pengusaha pribumi kecil atau lemah diberi kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam memajukan pembangunan ekonomi nasional
  • Para pengusaha pribumi yang lemah diberikan bimbingan dan bantuan kredit
  • Para pengusaha pribumi diharapkan dapat maju dan berkembang secara bertahap

Namun, pada akhirnya sistem ekonomi gerakan benteng ini mengalami kegagalan dikarenakan pengusaha yang menerima modal kurang gesit dalam mengelola bantuannya untuk perdagangan mereka. Alhasil, keuangan negara malah mengalami defisit.

KOMPAS.com - Sistem ekonomi Ali Baba adalah sistem ekonomi yang pernah diterapkan pada masa Demokrasi Liberal.

Lewat sistem ekonomi ini, pengusaha non-pribumi diharuskan membantu orang pribumi dalam menjalankan usahanya, dengan cara memberi pelatihan dan memberi kredit kepada mereka.

Istilah Ali Baba sendiri berasal dari kata Ali (untuk pengusaha pribumi) dan Baba (pengusaha non-pribumi).

Baca juga: Sistem Ekonomi: Definisi dan Jenisnya

Sistem Ekonomi Ali Baba dicetuskan oleh Mr. Iskaq Cokrohadisuryo saat menjabat sebagai Menteri Perekonomian masa pemerintahan Kabinet Ali Sostroamidjojo I pada 31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955.

Kebijakan ini diberlakukan dalam rangka untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang carut-marut pasca-kemerdekaan.

Kondisi ekonomi di Indonesia pada masa itu menunjukkan arah yang tidak stabil, di mana pemerintah mengalami defisit.

Defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah saat itu sejumlah Rp 5,1 miliar. Selain itu, Indonesia memiliki utang luar negeri sebesar Rp 1,5 triliun dan Rp 2,8 triliun utang dalam negeri.

Situasi diperparah dengan kondisi para pengusaha pribumi saat itu juga sudah sangat tertinggal dibanding kaum non-pribumi, seperti pengusaha Eropa, Arab, dan China.

Untuk menanggulangi hal tersebut, maka Menteri Perekonomian Iskaq Cokrohadisuryo mencetuskan Sistem Ekonomi Ali Baba.

Baca juga: Gerakan Benteng: Latar Belakang, Pelaksanaan, dan Kegagalan

Tujuan utama diberlakukannya Sistem Ekonomi Ali Baba adalah untuk memajukan pengusaha pribumi supaya dapat bersaing dengan pengusaha asing, seperti pengusaha China.

Tujuan lain dari Sistem Ekonomi Ali Baba yakni:

  1. Supaya pengusaha pribumi dapat memajukan ekonomi nasional
  2. Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi nasional
  3. Memajukan ekonomi Indonesia dengan menjalin hubungan kerja sama dengan pengusaha non-pribumi

Pelaksanaan Sistem Ekonomi Ali Baba

Dalam menjalankan kebijakan ini, pemerintah berusaha membantu para pengusaha pribumi dengan cara memberikan mereka pelatihan.

Selain itu, langkah kerja Sistem Ekonomi Ali Baba adalah dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada para pengusaha pribumi.

Tidak hanya kredit, pemerintah juga memberikan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.

Baca juga: Deklarasi Ekonomi: Pencetus, Tujuan, Penyebab Kegagalan, dan Dampak

Kegagalan Sistem Ekonomi Ali Baba

Sayangnya, Sistem Ekonomi Ali Baba mengalami kegagalan. Pasalnya, kebijakan ini tidak mendorong para pengusaha pribumi untuk berkembang, melainkan malah menciptakan kelompok makelar lisensi.

Berikut ini adalah beberapa penyebab gagalnya kebijakan Sistem Ekonomi Ali Baba.

  • Banyak pengusaha pribumi yang mengalihkan usaha mereka kepada para pengusaha non-pribumi.
  • Kredit yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pengusaha pribumi.
  • Kredit yang awalnya ditujukan untuk mendorong kegiatan produksi justru digunakan untuk kegiatan konsumsi.
  • Pengusaha pribumi gagal dalam memanfaatkan kredit secara maksimal sehingga kurang berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia saat itu.

Dampak yang dirasakan dari adanya Sistem Ekonomi Ali Baba adalah berkembangnya peranan pengusaha pribumi untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Selain itu, bank swasta nasional dan perusahaan perkapalan swasta nasional juga sudah mulai bertumbuh karena adanya bantuan kredit yang diberikan pemerintah.

Namun, di balik dampak positif tersebut, ada juga dampak negatif yang mengikuti. Sisi negatif Sistem Ekonomi Ali Baba adalah adanya penjualan lisensi secara ilegal.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekonomi Gerakan Benteng dan Alibaba?

Jawaban. Gerakan banteng merupakan pergerakan untuk membantu usaha pribumi, Misalnya modal usaha nya. Program Alibaba merupakan program yang bertujuan untuk menyatukan usaha dari pribumi dan non pribumi.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi Gerakan Benteng?

Program Benteng adalah kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah Indonesia bulan April 1950 dan secara resmi dihentikan tahun 1957. Tujuannya adalah membina pembentukan suatu kelas pengusaha Indonesia "pribumi" (dalam arti "non-Tionghoa).

Langkah konkrit pelaksanaan kebijakan Gerakan Benteng?

langkah konkret pelaksanaan Gerakan Benteng adalah dengan pemberian kewenangan impor khusus kepada pengusaha pribumi dan pemberian kredit modal. langkah konkret pelaksanaan Gerakan Benteng adalah dengan pemberian kewenangan impor khusus kepada pengusaha pribumi dan pemberian kredit modal.

Mengapa sistem ekonomi benteng tidak berjalan dengan baik?

Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan Program Benteng, di antaranya faktor ekonomi seperti kurangnya modal, kurangnya pengalaman, kurangnya keterampilan dan kesempatan dan kurangnya kegiatan inovatif serta tidak adanya hubungan dengan jaringan bank-bank asing di antara para pengusaha pribumi, merupakan sebab ...