Apa maksud diagnosa yang dipilih merupakan diagnosa non-spesialistik

Kembali

NIM (Student Number)G1B013093
Nama MahasiswaDEWI FITRIANINGRUM
Judul ArtikelANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RUJUKAN BERJENJANG RAWAT JALAN KASUS NON SPESIALISTIK DI PUSKESMAS KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016
AbstrakLatar Belakang: BPJS Kesehatan sebagai asuransi kesehatan sosial yang berlaku di Indonesia menerapkan sistem pelayanan kesehatan rujukan berjenjang. Berdasarkan kebijakan tersebut, FKTP memiliki peran sangat penting sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar peserta BPJS Kesehatan. Kebijakan tersebut menargetkan rasio rujukan rawat jalan non spesialistik FKTP yakni <5% per bulan, namun masih ada FKTP dengan rasio rujukan rawat jalan non spesialistik melebihi target yang ditetapkan BPJS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan rujukan berjenjang rawat jalan non spesialistik di Puskesmas Kedungbanteng Kabupaten Banyumas tahun 2016. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jumlah informan sebanyak 15 orang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengolahan dan analisis data menggunakan content analysis. Hasil Penelitian: Implementasi kebijakan rujukan berjenjang di Puskesmas Kedungbanteng masih memberikan kelonggaran dalam merujuk pasien karena adanya hambatan yaitu pemahaman pasien yang masih rendah serta pengaruh kondisi geografis. Berdasarkan sudut pandang FKTL yaitu tidak adanya penyaringan penyakit non spesialistik. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut dilakukan proses komunikasi serta pengawasan secara langsung dan tidak langsung oleh stakeholder yakni BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan dengan melibatkan peran Puskesmas. Kecukupan sumber daya di Puskesmas Kedungbanteng meliputi sumber daya manusia dan logistik kesehatan yang sudah sesuai dengan Permenkes nomor 75 tahun 2014. Sikap tenaga kesehatan berkaitan dengan pemahaman terhadap kapitasi yang sudah cukup baik serta penerapan fungsi Puskesmas sebagai gatekeeper yang belum maksimal karena belum sepenuhnya ditegakkan aturan penuntasan 144 diagnosa penyakit oleh Puskesmas. Namun dengan adanya SPO Rujukan di Puskesmas Kedungbanteng juga membantu dalam pelaksanaan kaitannya dengan komitmen tenaga kesehatan. Berdasarkan sudut pandang pasien, rendahnya kepatuhan dan daya tanggap pasien berpengaruh terhadap tingginya permintaan pasien untuk dirujuk. Kesimpulan : Tingginya rasio rujukan berjenjang non spesialistik di Puskesmas Kedungbanteng karena pemahaman pasien yang rendah mengenai kebijakan dan belum sepenuhnya Puskesmas Kedungbanteng menerapkan fungsi gatekeeper. Kata Kunci : Implementasi kebijakan, rujukan berjenjang, Puskesmas, diagnosa non spesialistik
Abstrak (Inggris)ABSTRACT Background: BPJS for Health as a social health insurance which prevails in Indonesia applies tiered referral health service system. Based on policy, FKTP has important role as means of health care provider for the participants of BPJS. That policy targeted the ratio of non-specialist FKTP outpatient referral is <5% per month, but in fact, it exceeds the target which set by BPJS. The aim of this research is to analyze policy implementation of non-specialist outpatient tiered referral at Kedungbanteng Public Health Center in Banyumas Regency, 2016. Methodology: This study is qualitative research with case study approach. Total of informants are 15 people which chosen by the researcher using purposive sampling method. The tabulation and analysis data use content analysis. Results: The implementation of tiered referral policy at Kedungbanteng Public Health Center is still giving laxness in referring patients because of obstacles such as the lack of patient’s understandin and the influences of geographical condition. Based on FKTL point of view, the absence of non-spesialist disease screening. In the process, direct and indirect communication, supervision is done by stakeholder whom BPJS and Public Health Office implicating Public Health Center. Adequacy of resources at Kedungbanteng Public Health Center cover human resources and health logistics which are appropriate with the Regulation of the Health Minister (Permenkes) No.75, 2014. The attitude of health employees which related to the understanding in capitation is good enough. Thus, the application of Public Health Center function as a gatekeeper is not maximal yet because it is not fully upheld of the rule completion in 144 diagnoses of disease by Public Health Center. However, with Referral SPO in Kedungbanteng Public Health Center also helps in implementation which related to the health employees’ commitment. Based on patient’s perspective low compliance and responsiveness of the patient affect the demand for referrals. Keywords: Policy implementation, tiered referral, Public Health Center, non-specialist diagnosis.
Kata KunciImplementasi kebijakan, rujukan berjenjang, Puskesmas, diagnosa non spesialistik
Nama Pembimbing 1Arif Kurniawan, S.KM., M.Kes
Nama Pembimbing 2Dr. sc. hum Budi Aji, S.KM., M.Sc
Tahun2017
Jumlah Halaman10

Page generated in 0.0574 seconds.


How to cite (IEEE): A. Utami, Y. Hendrartini, and M. Claramita, "PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta)," Media Medika Muda, vol. 2, no. 1, May. 2018. [Online]. ##plugins.citationFormats.ieee.retrieved##

How to cite (APA): Utami, A., Hendrartini, Y., & Claramita, M. (2018). PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta). Media Medika Muda, 2(1). Retrieved from https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621

How to cite (BCREC): Utami, A., Hendrartini, Y., Claramita, M. (2018). PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta). Media Medika Muda, 2 (1) Retrieved from https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621

How to cite (Chicago): Utami, Aras, Yulita Hendrartini, and Mora Claramita. "PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta)." Media Medika Muda 2, no. 1 (2017): ##plugins.citationFormats.chicago.noPages## ##plugins.citationFormats.chicago.accessed## July 22, 2022. https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621

How to cite (Vancouver): Utami A, Hendrartini Y, Claramita M. PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta). Media Medika Muda [Online]. 2018 May;2(1). ##plugins.citationFormats.vancouver.retrieved##: https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621.

How to cite (Harvard): Utami, A., Hendrartini, Y., and Claramita, M., 2018. PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta). Media Medika Muda, [Online] Volume 2(1). ##plugins.citationFormats.harvard.retrieved##: https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621 [##plugins.citationFormats.harvard.accessed## 22 Jul. 2022].

How to cite (MLA8): Utami, Aras, Yulita Hendrartini, and Mora Claramita. "PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta)." Media Medika Muda, vol. 2, no. 1, 04 May. 2018, ##plugins.citationFormats.mla8.noPages## , https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621. ##plugins.citationFormats.mla8.retrieved## 22 Jul. 2022.

BibTex Citation Data :

@article{mmm2621, author = {Aras Utami and Yulita Hendrartini and Mora Claramita}, title = {PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta)}, journal = {Media Medika Muda}, volume = {2}, number = {1}, year = {2018}, keywords = {}, abstract = { Latar Belakang: Dokter layanan primer berperan sebagai gatekeeper untuk mengurangi biaya dengan membatasi rujukan ke pelayanan spesialis yang tidak sesuai. Pembatasan penggunaan pelayanan spesialis yang tidak perlu bisa meningkatkan kualitas pelayanan.Pembatasan rujukan dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) antara lain dengan diberlakukannya 144 diagnosis penyakit level kompetensi 4 yang harus dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).Ada 13 kasus terbanyak dari 144 diagnosis penyakit nonspesialistik yang dirujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut (FKTL) berdasarkan hasil monitoring BPJS Kesehatan Jawa Tengah-DIY tahun 2014.Meningkatnya kasus penyakit yang dirujuk ke FKTL meningkatkan biaya pelayanan kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dokter merujuk 13 penyakit nonspesialistik berdasarkan persepsi dokter. Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan “ grounded theory”. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015 di DIY.Sampel dipilih secara purposive. Jumlah sampel 20 FKTP.Responden adalah dokter.Pengumpulan data dengan wawancara mendalam.Triangulasi dilakukan kepada sumber yang berbeda dan observasi. Hasil: Faktor yang mempengaruhi dokter dalam merujuk penyakit meliputi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang menurut dokter dirasa cukup dominan meliputi kurangnya ketersediaan obat seperti obat-obat yang masuk dalam program rujuk balik (PRB); kurangnya ketersediaan alat medis seperti alat fisioterapi, alat pemeriksaan mata, alat penyedot serumen, permintaan pasien; kebijakan BPJS tentang penjaminan resep kacamata hanya bisa di dokter spesialis mata di FKTL; dan perilaku dokter spesialis rumah sakit yang tidak mengembalikan pasien PRB ke FKTP. Faktor internal antara lain faktor penyulit penyakit seperti tidak respon dengan pengobatan, multidrug resistan tuberculosis (MDR-Tb); dan kompetensi dokter yang kurang pada penyakit Bell’s palsy dan presbiopia. Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi dokter merujuk penyakit adalah kurangnya alat medis, kurangnya ketersediaan obat, permintaan pasien, kebijakan BPJS Kesehatan, perilaku dokter spesialis, dan faktor penyulit penyakit, serta kompetensi dokter yang kurang.   Kata kunci: dokter layanan primer, rujukan, pelayanan kesehatan primer, jaminan kesehatan nasional }, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621} }

Refworks Citation Data :

@article{{mmm}{2621}, author = {Utami, A., Hendrartini, Y., Claramita, M.}, title = {PERSEPSI DOKTER DALAM MERUJUK PENYAKIT NONSPESIALISTIK DI LAYANAN KESEHATAN PRIMER DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi di Daerah Istimewa Yogyakarta)}, journal = {Media Medika Muda}, volume = {2}, number = {1}, year = {2018}, url = {https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/mmm/article/view/2621} }

Citation Format: APA BCREC Chicago / Turabian Harvard IEEE MLA v8 Vancouver BibTex RefWorks Download Citation EndNote ProCite Reference Manager

Apa maksud diagnosa yang dipilih merupakan diagnosa non-spesialistik
Apa maksud diagnosa yang dipilih merupakan diagnosa non-spesialistik

Abstract

Latar Belakang:Dokter layanan primer berperan sebagai gatekeeper untuk mengurangi biaya dengan membatasi rujukan ke pelayanan spesialis yang tidak sesuai. Pembatasan penggunaan pelayanan spesialis yang tidak perlu bisa meningkatkan kualitas pelayanan.Pembatasan rujukan dalam jaminan kesehatan nasional (JKN) antara lain dengan diberlakukannya 144 diagnosis penyakit level kompetensi 4 yang harus dilayani di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).Ada 13 kasus terbanyak dari 144 diagnosis penyakit nonspesialistik yang dirujuk ke pelayanan kesehatan tingkat lanjut (FKTL) berdasarkan hasil monitoring BPJS Kesehatan Jawa Tengah-DIY tahun 2014.Meningkatnya kasus penyakit yang dirujuk ke FKTL meningkatkan biaya pelayanan kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dokter merujuk 13 penyakit nonspesialistik berdasarkan persepsi dokter.

Metode:Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan “grounded theory”. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015 di DIY.Sampel dipilih secara purposive.Jumlah sampel 20 FKTP.Responden adalah dokter.Pengumpulan data dengan wawancara mendalam.Triangulasi dilakukan kepada sumber yang berbeda dan observasi.

Hasil:Faktor yang mempengaruhi dokter dalam merujuk penyakit meliputi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang menurut dokter dirasa cukup dominan meliputi kurangnya ketersediaan obat seperti obat-obat yang masuk dalam program rujuk balik (PRB); kurangnya ketersediaan alat medis seperti alat fisioterapi, alat pemeriksaan mata, alat penyedot serumen, permintaan pasien; kebijakan BPJS tentang penjaminan resep kacamata hanya bisa di dokter spesialis mata di FKTL; dan perilaku dokter spesialis rumah sakit yang tidak mengembalikan pasien PRB ke FKTP. Faktor internal antara lain faktor penyulit penyakit seperti tidak respon dengan pengobatan, multidrug resistan tuberculosis (MDR-Tb); dan kompetensi dokter yang kurang pada penyakit Bell’s palsy dan presbiopia.

Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi dokter merujuk penyakit adalah kurangnya alat medis, kurangnya ketersediaan obat, permintaan pasien, kebijakan BPJS Kesehatan, perilaku dokter spesialis, dan faktor penyulit penyakit, serta kompetensi dokter yang kurang.

Kata kunci: dokter layanan primer, rujukan, pelayanan kesehatan primer, jaminan kesehatan nasional