Allah menjelaskan kepada Nabi Daud bahwa kunci masuk surga adalah

Nabi Daud terkenal sebagai sosok panutan yang disiplin.

blog.science.gc.ca

Takwa (ilustrasi).

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi, misalnya, dalam kitabnya yang bertajuk at-Tawwabin, menukilkan cerita ini sebagai bahan pelajaran. Ada banyak hikmah di dalamnya, tetapi yang paling mendasar adalah ulama hendaknya tetap rendah hati, dan meminta petunjuk Allah SWT selalu, ini seperti yang tertangkap dari pengalaman Nabi Daud AS. 

Nabi Daud terkenal sebagai sosok panutan yang disiplin. Ia membagi waktu sehari-harinya menjadi empat bagian. Satu hari khusus untuk mengkaji ilmu bersama Bani Israil, sehari lainnya untuk beribadah di mihrab, sehari lagi untuk pengadilan, dan sehari lainnya untuk para istri.   

Tetapi, justru di sinilah ujian Allah datang menghampirinya. Sewaktu mengisi pengajian bersama Bani Israil, tiba-tiba seseorang dari mereka berseloroh bahwa tak sehari pun yang dilewati anak Adam, kecuali ia pernah berbuat dosa. 

Merasa terhindar dari ungkapan itu, Daud tebersit di hatinya untuk sedikit berbangga hati. Bahwa dia tidak termasuk dari apa yang disangkakan oleh umatnya. Tetapi, hal itu justru mendapat teguran dari-Nya. “Hai Daud, waspadalah, hingga cobaan mendatangimu,' firman Allah.  

Syahdan, saat Daud tengah khusyuk berada di mihrab, atau tempat ibadahnya dan membaca Zabur, tiba-tiba seekor burung hinggap persis di depannya. Tubuh burung itu terbuat dari emas dan sepasang sayapnya dari sutra halus dan bermahkotakan mutiara. Paruhnya terbuat dari permata zamrud dan sepasang kakinya pun terbuat dari permata pirus. Daud terkesima dengan burung itu, ia yakin, burung tersebut datang dari surga. 

Terpukau pada keindahannya, ia berkeinginan menangkap burung tersebut lantas diberikan kepada putra kecilnya. Ia pun mengejar burung tersebut, tetapi apa daya, justru tiap kali burung nyaris di genggaman, selalu saja lepas dan lolos.

Hingga, tibalah Daud pada sebuah celah. Tanpa sengaja, ia melihat sosok perempuan dengan kondisi terbuka auratnya, tengah mandi. Merasa diawasi, sang perempuan bergegas menutupi tubuhnya dengan ribuan helai rambutnya.     

Nabi Daud segera bergegas menuju mihrabnya  dengan rasa membara di hati. Ia  penasaran, siapakah gerangan wanita itu. Dan ternyata, usut punya usut, ia bernama Tasyayu, putri Hanana. Suaminya bernama Uriya bin Shura, yang tengah berjihad di Balqa' bersama keponakan Nabi Daud.  Singkat kata, Daud bersiasat mengirim Uriya ke garis depan medan pertempuran, dan akhirnya Uriya meninggal syahid.    

Ketika masa idah istri Uriya telah habis, Daud mengutus seseorang meminang Tasyayu'. Selanjutnya menikahlah mereka. Saat berada di mihrab, tiba-tiba ada suara keras dua lelaki yang tengah terlibat perkara. Salah satu dari mereka telah berbuat zalim kepada saudaranya. Mereka meminta keputusan pengadilan. 

Nabi Daud berkata, “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS Shaad: 24)

Tetapi, jawaban ini malah direspons dengan gelak tawa kedua orang tersebut. Nabi Daud terheran dan merasa aneh. “Engkau berbuat zalim, mengapa justru tertawa, rupanya kau perlu kapak untuk menghancurkan ini dan inimu?” Yang dimaksud kening dan mulutnya. “Saya kira Andalah yang perlu diperlakukan begitu,” jawab pria yang ternyata adalah malaikat dan tengah menjelma.  Keduanya lantas menghilang. 

Nabi Daud sadar bahwa kedua orang misterius tadi adalah peringatan dari Allah. Ia akhirnya bertaubat dan bersujud selama 40 hari. Selama bersujud, ia tidak pernah mengangkat kepala, kecuali untuk keperluan mendesak. Ia menahan diri dari makan dan minum. Air mata berderai. Berbagai doa pengampunan pun dipanjatkan. Ia bertaubat sebenar-benar taubat. Buah 'bisikan' hatinya itu, telah menjadikannya bersalah.      

“Mahasuci Sang Pencipta cahaya! Tuhanku, hanya kepada Engkaulah aku lari dengan membawa segala dosaku dan aku mengaku atas segala kesalahanku. Oleh karena itu, janganlah Engkau jadikan aku orang-orang yang berputus asa dan jangan pula Engkau susahkan aku pada hari Kiamat nanti,” kata Daud dalam sebuah doanya. Dengan ketulusan dan kesungguhan bertaubat itulah, akhirnya Allah mengabulkan permintaan Daud AS.

  • kisah nabi daud as
  • nabi daud as

Allah menjelaskan kepada Nabi Daud bahwa kunci masuk surga adalah

Allah menjelaskan kepada Nabi Daud bahwa kunci masuk surga adalah
Ilustrasi istimewa

Allah menjelaskan kepada Nabi Daud bahwa kunci masuk surga adalah

Oleh: Drs H Suhadi M. Sahli MAg *)

KLIKMU.CO

Ada pernyataan kontroversi bahwa syahadatain bukan kunci masuk surga, sebagaimana berikut:

Allah menjelaskan kepada Nabi Daud bahwa kunci masuk surga adalah

Prof Dr KH Abdullah Syakur Yasin MA mengatakan, Nabi Muhammad Saw menjamin siapa yang mendukung persatuan akan masuk surga. Sekarang ada anggapan orang yang mengucapkan kalimat tasbih, yaitu lailahaillallah masuk surga, kata Syakur, menjadi tidak masuk akal.

“Masa masuk surga dengan ucapan? Memangnya film Barbie. Memangnya film Aladin? Jadi yang dijamin masuk surga adalah yang mendukung Nabi dalam rangka mendukung persatuan,” demikian ucapnya (diunggah oleh Pojoksatu.id/news/berita-nasional, 16 Nopember 2021 )

Bagaimana yang benar? Ikutilah pembahasan berikut ini:

Surga, dengan segala kenikmatan, meskipun  belum pernah dilihat oleh mata, baru didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, wajib diimani oleh setiap muslim karena termasuk rukun iman yang ke lima yaitu percaya kepada hari akhir. Termasuk di dalamnya adalah percaya kepada masalah yang ghaib, yaitu masalah-masalah yang pasti adanya tetapi secara pisik tidak bisa dilahat oleh mata kepala hanya bisa dirasakan oleh hati atau disebut dengan istilah sam’iyyat, ialah masalah-masalah ghaib yang beritanya hanya boleh didengar dari Al Qur’an dan As Sunnah As Shahihah saja, dan hanya ini yang boleh diimani, selain itu tidak boleh diimani.

Kalau mengimani masalah-masalah  ghaib yang tidak ada penjelasan dari Al Qur’an dan As Sunnah, maka tidak boleh dipercaya adanya, jika diimani maka berarti telah melakukan kesyirikan, ini termasuk dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah, kecuali telah bertaubat sebelum meninggal dunia.

Surga terdiri dari  berbagai pintu, ibarat rumah untuk memasuki pintu-pintu surga itu diperlukan kunci kusus. Tidak sembarang kunci bisa membuka pintu surga. Lalu  apakah kunci surga kusus itu? Marilah kita baca secara cermat dan tuntas uraian materi “ Syahadatain kunci masuk surga” di bawah ini.

Kunci surga sesungguhnya telah dijelaskan secara gamblang oleh Rosulullah shallallaahu alaihi wa sallam dalam beberapa sabdanya, di antaranya Hadis dari Muadz bin Jabal.

عَنْ مُعَاذَ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ آخِرَ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Siapa pun yang akhir ucapannya (ketika menjelang ajal) kalimat La ilaha illallah maka ia masuk surga’ (HR. Imam Abu Daud, Maktabah al-Hulwani, 1972, juz 9: 363).

فعن عثمان بن عفان رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «من مات وهو يعلم أنه لا إله إلا الله دخل الجنة» رواه مسلم. … فمن لقيتَ من وراء هذا الحائط يشهد أن لا إله إلا الله، مستيقنًا بها قلبه، فبشره بالجنة» رواه مسلم

Di hadis lain, dari Usman bin Affan r.a. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa meninggal sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, ia masuk surga.”(HR. Muslim).

Jelas sekali bahwa dua kalimat syahadat (syahadatain) adalah kunci masuk. Dua kalimat yang tak asing bagi umat Islam bahkan begitu sering didengar dan diucapkan. Dua kalimat syahadat yang menjadi pintu gerbang setiap orang itu diakui menjadi orang Islam dan menjadi jaminan bahwa ia akan masuk surga meskipun ahli maksiat, sebagaimana sabda Rasul Saw berikut :

Dari Abu Dzar pula, dia telah berkata bahwa sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda, Telah datang kepadaku malaikat Jibril dan memberi kabar gembira kepadaku, bahwa barangsiapa yang meninggal di antara umatmu dalam keadaan tanpa mempersekutukan Allah, maka pasti akan masuk surga, walaupun dia berbuat zina dan mencuri. Nabi SAW mengulangi sampai dua kali.

Tak hanya itu, banyak pula hadits sahih lainnya yang menjerlaskan bahwa dua kalimat syahadat memberi hak kepada manusia untuk masuk surga dan terlindung dari neraka bagi yang mengucapkannya. Bahkan orang yang saat sakaratul maut mampu membaca dua kalimat syahadat meskipun berbuat dosa maka orang tersebut akan tetap dijamin masuk surga.

Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya “Fatawa Qardhawi” menjelaskan orang demikian itu sudah dapat dipastikan oleh Allah Ta’ala akan masuk surga, walaupun masuknya terakhir (tidak bersama-sama orang yang masuk pertama). Dia diazab terlebih dahulu di neraka disebabkan kemaksiatan dan dosa-dosanya yang dikerjakan, yang belum bertaubat dan tidak diampuni. Tetapi dia juga tidak kekal di neraka, karena di dalam hatinya masih ada sebutir iman. Pendapat Al-Qardhawi ini berdasarkan hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, yaitu:

Dari Abu Dzar ra yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah,’ kemudian meninggal, maka pasti masuk surga.”

Dari Anas ra, bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Akan keluar dari neraka bagi orang yang mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah,’ walaupun hanya sebesar satu butir iman di hatinya.”

Namun, orang muslim jangan meremehkan dengan azab neraka, karena azab neraka itu sangat sengsara, satu hari saja di akhirat itu sama dengan 1000 tahun hitungan di dunia ini. Karena itu setiap muslim wajib menjadi mukmin, muhsin, dan muttaqin,sehingga insya’Allah akan dapat masuk surga langsung, dengan cara mengimani benar dua kalimat syahadat yang telah diucapkan dan mengamalkan kandungannyasebagai konsewensi dua kalimat syahadat yang diucapkan.

Ketahuilah, bahwa kunci untuk bisa membuka pintu dan masuk surga tersebut tidak sembarang  kunci, malainkan harus  kunci kusus dan memiliki gigi-gigi kunci yang kusus pula, yaitu  kunci surga yang telah ditentukan oleh Pemilik surga, jika tidak sesuai dengan yang ditentukan oleh Pemilik surga, maka jangan harap bisa membuka pintu surga. Jika kunci itu sesuai dengan  ketentuan dari Pemilik surga, maka pintu surga insya’Allah akan terbuka. Lalu bagaimana carab isa mendapatkan kunci surga dari Allah SWT ? mari kita perhatikan uraian berikut :

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa seseorang pernah bertanya kepada Imam Wahhab bin Munabbih, seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a, “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahhab menjawab, “Benar, akan tetapi setiap kunci pasti bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu.” Gerigi-gerigi kunci itulah yang kemudian menjadi syarat diterimanya dua kalimat syahadat.

Asy-Syaikh Muhammad Said Al Qohthoni menjelaskan tujuh syarat diterimanya syahadat:

  1. Al ‘Ilmu (mengetahui). Setiap orang yang bersyahadat harus mengetahui dengan benar apa makna dan maksud yang terkandung dalam dua kalimat tersebut. Jika tidak, maka tak ubahnya seperti burung beo yang pandai mengucapkan kata-kata tanpa mengetahui maknanya. Allah SWT berfirman :

فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal (QS. Muhammad : 19).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah mendahulukan perintah untuk memiliki pengetahuan akan sesuatu sebelum memerintahkan untuk beramal.

Di surat yang lain Allah melarang hamba untuk mengikuti sesuatu yang tidak diketahui, sebagamana firmanNya :

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡ‍ُٔولٗا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya  ( QS. Al Isra’ 36 )

Oleh karena itu pengetahuan tentang makna syahadat menjadi syarat utama untuk diterima dan bisa membuka pintu surga sebagaimana sabda  Rasulullah SAW tersbut di  atas

  1. Al Yaqin (meyakini). Setiap orang yang mengikrarkan dua kalimat syahadat ini harus meyakini sepenuh hati tanpa ada keraguan di dalamnya. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNYA kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (QS. Al Hujurat: 15).

Rasulullah SAW bersabda , “ Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.”(HR. Muslim).

Imam Al Qurthubi menjelaskan dalam kitabnya Al Mufhim ‘ala Shahih Muslim,” Tidak cukup dengan melafalkan syahadatain, akan tetapi harus dengan keyakinan hati.”

  1. Al Qobul (menerima). Syahadat baru diterima di sisi Allah SWT jika menerimanya dengan total atas konsekuensi yang menyertainya dengan hati dan lisannya. Jika seseorang mengucapkan syahadat hanya di lisannya tanpa mengakui kebenaran di hatinya maka syahadatnya ditolak. Ia adalah seorang munafiq I’tiqodiy.

إِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۢ

Allah SWT mengecam kaum musyrik lagi munafiq yang menolak kalimat syahadat ini dalam firmanNYA, “Orang-orang musyrik itu apabila dikatakan kepada mereka : (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata : apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami hanya karena ucapan penyair yang gila ini.”(QS. Ash Shoffat : 35-36).

  1. Al Inqiyad (tunduk patuh). Ikrar syahadat harus diikuti dengan sikap tunduk patuh terhadap kandungan maknanya. Allah SWT berfirman :

وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُۥ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepadaNYA (QS. Az Zumar : 54).

Sesungguhnya ketika seseorang telah berikrar syahadat maka ia telah memeluk Islam yang diharapkan memiliki sikap tunduk dan patuh secara total segala aturan yang ada di dalamnya. Firman Allah dalam Quran surah Luqman ayat 22 menjelaskan hal ini.

وَمَن يُسۡلِمۡ وَجۡهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٞ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan ( QS. Luqman 22 )

Rosulullah SAW bersabda, “ Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang aku bawa.”(HR. Imam Nawawi).

  1. Ash Shidq (jujur atau benar). Syahadat harus diucapkan dengan sungguh-sungguh tanpa kepalsuan dan kepura-puraan. Ucapan lisannya harus sejalan dengan pikiran dan hatinya. Karena Allah Maha Mengetahui setiap hamba yang jujur dalam keimanan dan yang melakukan penipuan, sebagaimana firman Allah berikut :

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ

Dan di antara manusia ada yang mengatakan, “ Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir, padahal mereka itu sebenarnya bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal pada hakikatnya mereka hanya menipu diri sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.”(QS. Al Baqoroh : 8-10).

Dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda, “ Tak seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dalam hatinya, kecuali Allah mengharamkannya disentuh api neraka.” (HR. Bukhori).

  1. Al Ikhlash (ikhlas). Ikrar syahadat harus dilakukan dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah SWT. Firman Allah:

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ

Mereka itu tidaklah diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan kepatuhan kepadaNYA (ikhlas) dalam menjalankan agama secara lurus.”(QS. Al Bayyinah : 5).

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla (HR. Muttafaq Alaihi).

  1. Al Mahabbah (cinta). Seorang yang telah mengikrarkan syahadat maka ia harus mencintai Allah di atas segalanya dan mencintai segala sesuatu dalam rangka mencintai Allah SWT. Firman Allah Surat Al Baqarah 165 :

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa :

  1. Syahadatain yang telah diucapkan oleh seseorang dengan segala konsekwensinya dan mematuhi serta menjalankan syart-syarat tersebut di atas adalah tetap sebagai kunci masuk surga.
  2. Jika seorang hanya mengucapkan dua kalimat syahadat saja, namun tidak memenuhi dan menjalankan syarat-syaratnya maka ia bagaikan orang yang memegang kunci surga yang belum sesuai dengan ketentuan pemilikNya, maka Ia tak dapat membuka pintu surga dan tetap ada jaminan masuk surga meskipun terlambat.
  3. Tidak ada Riwayat muktabar yang menjelaskn bahwa kalimat syahadatain digunakan oleh Rasulullah saw untuk mempersatukan umat Islam sehingga bila umat islam telah mendukung Rasulullah saw untuk mempersatuan umat Islam maka akan masuk surga.
  4. Sampai kapanpun kalimat syahadatain adalah kunci masuk surga, meskipun ia berbuat maksiat tetap ada jaminan masuk surga, hanya saja masuk surganya tertunda, ia harus masuk neraka terlebih dahulu sesuai hukuman yang diberikan oleh Allah karena dosa-dosanya yang tidak/belum diampuni, bila sudah diampuni oleh Allah, maka ia akan dimasukkan ke dalam surga.

*) Ketua Majelis Tabligh PDM Surabaya, dari Materi kajian Maju Majelis Tabligh PDM Surabaya