Ada apa dengan hari rabu terakhir bulan safar

Di antara masalah yang menjadi pembicaraan warga pada akhir bulan Safar adalah Rebo Wekasan. Yang dimaksud adalah amalan yang dikaitkan dengan Rabu terakhir di bulan Safar dan untuk tahun ini tepat pada Selasa (05/10/2021) petang. Bagaimana panduan Islam terkait Rebo Wekasan? 

Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail al-Azminah wash-Shuhur menjelaskan banyak para wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah  menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. 

Oleh sebab itu, hari tersebut menjadi waktu terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (nawafil, sunah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali. 
Lalu setelah salam membaca doa, maka Allah  dengan kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.   

Artikel diambil dari: Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan

Mengenai amalan-amalan di atas, mengutip KH Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan. Argumen yang disampaikan adalah 3 hal berikut: 


1. Tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Safar, yang ada hanya nash hadits dlaif yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus. Dan hadits dlaif ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan. 

2. Tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara. Ada anjuran dari sebagian ulama tasawuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syari. 


3. Shalat khsuus seperti itu tidak boleh, kecuali hanya sebatas shalat hajat lidaf’il bala’ al-makhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan). Atau nafilah mutlaqah (shalat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh syara, karena hikmahnya adalah agar manusia bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Taala. 

Mengutip pandangan Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar tentang hadits kesialan terus menerus pada Rabu terakhir tiap bulan, dinyatakan: "Nahas yang dimaksud adalah bagi mereka yang meyakininya, bagi yang mempercayainya. Tetapi bagi orang-orang yang beriman meyakini bahwa setiap waktu, hari, bulan, tahun ada manfaat dan ada mafsadah, ada guna dan ada madharatnya. Hari bisa bermanfaat bagi seseorang, tetapi juga bisa juga nahas bagi orang lain." 

Artinya hadits ini jangan dianggap sebagai suatu pedoman, bahwa setiap Rabu akhir bulan adalah hari naas yang harus dihindari. Karena ternyata pada hari itu, ada yang beruntung, ada juga yang buntung. Tinggal manusia berikhtiar meyakini, bahwa semua itu adalah anugerah Allah.
 

Wallahu a’lam.

Syaifullah

Editor: Syaifullah

Hari Rabu Terakhir Di Bulan Safar

Oleh : Murtafaqoh

     Sebagian orang banyak yang mengistilah bahwa ada hari ketika bulan safar terjadi, yaitu hari rabu terakhir di bulan Safar yang mana sering diartikan oleh orang-orang Jawa yaitu Rebo Wekasan atau bisa juga disebut dengan Rabu Pemungkasan, Rabu Pamungkasan ini merupakan sebuah upacara adat yang diisi dengan pemberkataan. Peristiwa ini telah dilaksanakan di Alun-Alun Jejeran, Wonokromo, Bantul, Indonesia. Rebo Pamungkasan ini sering dilakukan oleh orang-orang Jawa yang mana  menjadi sebuah ritual masyarakat tersebut dengan mempercayai bahwa akan adanya suatu bencana yang sangat besar dan beberapa sumber penyakit sehingga masyarakat tersebut mengharuskan melaksanakan berbagai ritual tradisi untuk tolak balanya. 

     Dalam kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji pada halaman 5 disebutkan, pada tiap tahun hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala bencana ke muka bumi. Maka masyarakat mewajibkan untuk solat sunat sebanyak 4 Rakaat. Ada hadist shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim yang menjelaskan tentang hari tersebut, yang berbunyi : Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada penyakit menular, tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang", (HR al-Bukhari dan Muslim).

     Ada juga sebagian orang Indonesia yang mengartikan bahwa hari Rabu Terakhir di Bulan Safar ini merupakan hari sial. Sehingga orang-orang mengadakan berbagai ritual tertentu untuk menolak bala’ atau kesialan-kesialan pada hari tersebut. Tradisi Rebo Wekasan ini sudah berlansung secraa turun-temurun pada masyarakat Jawa, Sunda, Madura dan yang lainnya. Bentuk ritual ini pada umumnya dengan melakukan shalat, berdoa dengan berbagai doa khusus, selamatan, sedekah, silaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama. 

     Sementara awal mula tradisi ini dilakukan karena ada anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (W.1151 H) dalam kitab Fathul Malik al-Majid al-Mu-Allaf li Naf`il `Abid wa Qam`i Kulli Jabbar `Anid (biasa disebut Mujarrabat ad-Dairabi). Namun, Keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang menegaskan bahwa shalat khusus Rabu Wekasan hukumnya haram, kecuali jika diniati shalat sunnah muthlaqah atau niat shalat hajat.•

      Sholat sunnah mutlaq adalah sholat yang tidak dibatasi waktu, tidak dibatasi sebab, dan bilangannya tidak terbatas.•

     Sholat hajat adalah sholat yang dilaksanakan saat memiliki keinginan atau hajat tertentu, termasuk hajat li daf`il makhuf (menolak hal-hal yang dikhawatirkan)


Ilustrasi Rebo Wekasan, Rabu terakhir bulan Safar yang diyakini banyak musibah, benarkah? Ini penjelasan ulama

TRIBUNKALTENG.COM - Di hari-hari terakhir Bulan Safar 1443, ada kepercayaan Rabu Wekasan atau Arba Mustakmir, apa itu Rabu Wekasan? Berikut penjelasan ulama.

Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir adalah kepercayaan adanya bencana dan musibah di hari Rabu terakhir Bulan Safar.

Untuk Bulan Safar 1443 H yang berawal pada Rabu 8 September 2021 akan berakhir pada Kamis, 7 Oktober 2021 mendatang.

Jadi Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir jatuh pada Rabu 6 Oktober 2021.

Baca juga: Video dan Lirik Sholawat Badar Karya KH Ali Manshur, Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Terjemahan

Baca juga: Bacaan Surah Al Balad Lengkap Tulisan Arab, Latin dan Artinya, Amalan Jauhkan dari Murka Allah SWT

Baca juga: Adab di Dalam Kamar Mandi, Doa Masuk Kamar Mandi dan Doa Keluar Kamar Mandi Agar Berkah

Dalam pandangan Islam, sebenarnya tidak ada tradisi Rabu Wekasan.

Meyakini datangnya malapetaka di akhir Bulan Safar juga tidak benar, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.

"Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Menurut al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, hadits ini merupakan respons Nabi Muhammad SAW terhadap tradisi yang berkembang di masa Jahiliyah.

Ibnu Rajab menulis: "Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar. Maka Nabi SAW membatalkan hal tersebut. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya. Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu. Meyakini datangnya sial pada bulan Safar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang." (Lathaif al-Ma’arif, hal. 148)

Halaman selanjutnya arrow_forward

Sumber: Banjarmasin Post

Ilustrasi Doa (Sumber: Tribunnews)

SOLO, KOMPAS.TV - Apa itu Rebo Wekasan yang jatuh pada hari Rabu (6/10/2021) sebelum memasuki bulan Mauilid atau Mulud atau Rabbiul Awal?

Rebo Wekasan merupakan tradisi ritual yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Melansir dari Tebuireng Online, tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun ini dijumpai di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan banyak lainnya.

Mulanya asal-usul tradisi Rebo Wekasan ini dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab “Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid atau biasa disebut Mujarrobat ad-Dairobi.

Dalam kitab Al-Jawahir Al-Khams” karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H) disebutkan

"Sesungguhnya dalam setiap tahun diturunkan 320.000 bencana (bala) dan semuanya diturunkan pada hari Rabu akhir dari bulan Safar, maka hari itu merupakan hari yang paling berat dalam setahun."

Baca Juga: Cara Salat Hajat Lengkap Niat, Bacaan Latin dan Zikir Agar Keinginan Terkabul

Bentuk ritual dari Rebo Wekasan berupa salat tolak bala dan berdoa dengan doa khusus juga selamatan.

Seperti dikutip dari Tribunnews, Rabu (6/10/2021) salat Rebo Wekasan ini hukumnya tak boleh jika diniatkan sebagai salat Rebo Wekasan secara khusus.

Namun, jika niatnya adalah salat sunnah mutlaq atau salat hajat maka boleh saja.

Penulis : Danang Suryo Editor : Gading-Persada

Sumber : Tebu Ireng/Tribunnews

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA