10 fakta menarik tentang rasa takut 2022

Setiap manusia pasti pernah bergulat dengan perasaan cemas dalam hidupnya. Namun, banyak orang menganggap kecemasan adalah hal biasa. Padahal faktanya, kecemasan jauh lebih rumit dari apa yang banyak orang bayangkan.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai kecemasan, berikut ini beberapa hal yang harus Anda ketahui jika bertemu dengan mereka yang memiliki perasaan cermas berlebih.

  • Rasa cemas itu rumit dan kadang tidak butuh alasan

Banyak mitos yang beredar bahwa kecemasan disebabkan oleh pengalaman yang buruk. Menurut Mike Ward, pendiri London and Hampshire Anxiety Clinics, Anda harus hati-hati menyimpulkan kenapa seseorang mengalami kecemasan karena setiap orang memiliki alasannya masing-masing.

 “Tingkat stres berlebih dianggap oleh banyak orang sebagai penyebab kecemasan, padahal tidak selalu begitu. Kecemasan dapat timbul akibat pikiran tentang masa depan atau akibat ketidakpastian akan sesuatu,” kata Ward.

  • Kecemasan menyebabkan pusing tapi tidak membuat pingsan

Menurut dr. Monica Cain, seorang terapis CBT (cognitive behavioral therapy) dari Nightingale Hospital, London, kecemasan membuat pernapasan seseorang mengeras sehingga tubuh mengalami hiperventilasi (menghirup dan mengembuskan napas dengan cepat dan dangkal).

Sering kali hiperventilasi membuat seseorang pusing sehingga banyak orang menganggap bahwa dirinya akan pingsan. Sebenarnya, hal yang menyebabkan pingsan adalah penurunan tekanan darah sementara kecemasan membuat tubuh mengalami peningkatan tekanan darah.

  • Gangguan kecemasan tidak memiliki tanda yang dapat dikenali

Kecemasan yang terjadi pada setiap individu itu unik. Banyak orang dapat mengelola rasa cemasnya selama bertahun-tahun sehingga tidak diketahui orang lain. Namun menurut Ward, kecemasan yang dialami seseorang kadang dapat dikenali dari perilakunya sehari-hari.

Perilaku tertentu yang dapat diperhatikan, antara lain penggunaan zat dan alkohol dan menarik diri dari acara-acara sosial.

  • Penderita kecemasan harus menghindari situasi yang stres dan menekan

Setiap orang mengelola kecemasan dengan caranya sendiri. Pada beberapa orang, mereka menghadapi perasaan cemas ini sebagai kesempatan untuk belajar. Menghindari kecemasan justru memperkuat perasaan takut pada diri mereka.  

“Beberapa orang suka menghadapi ketakutan atau fobia dan berhasil menanganinya. Ini juga merupakan kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan meminta dukungan yang tepat. Justru menghindari fobia secara terus-menerus akan membuat ketakutan makin menjadi-jadi,” kata Ward.

  • Kecemasan tidak dapat hilang dengan sendirinya

Rasa cemas biasanya tidak bisa diselesaikan sendiri. Seseorang pasti membutuhkan orang lain untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Meski setiap individu belajar mengatasi kecemasan dengan cara mereka sendiri, Ward menyarankan agar mereka yang mengalami kecemasan bisa mencari dukungan orang yang tepat untuk membantunya menyelesaikan kegelisahan yang dialami.

Walaupun kecemasan tidak sepenuhnya bisa “sembuh”, namun dukungan dari orang-orang tercinta adalah cara terbaik untuk mengurangi rasa cemas yang dialami. Dengan demikian, setiap individu dapat belajar bagaimana menghadapi kecemasannya.

[RS/ RVS]

“Wajar kalau banyak orang yang takut akan ular. Karena memang sudah ada pandangan sejak lama, kalau ular itu hewan liar yang berbahaya.”

JAKARTA - Rasa takut merupakan hal alami yang bisa dirasakan oleh semua manusia.

Pandangan paling sederhana dan dianggap benar oleh banyak orang yaitu kita punya rasa takut tersendiri di dalam diri kita.

Sejak dahulu, otak manusia terus berpikir untuk dapat bertahan hidup.

Salah satu bentuk pertahanan tersebut adalah membentuk rasa takut terhadap hal-hal yang mengancam kehidupan manusia baik itu terhadap hewan atau segala hal yang tampak berbahaya.

Baca juga: Menangani Kemunculan Ular Saat Banjir

Begitupun juga dengan orang-orang yang takut akan ular.

Takut pada hewan reptil yang satu ini memang sangatlah wajar, sebab sebagian ular berbahaya dan bisa mematikan.

Sehingga, di dalam diri kita tumbuh rasa takut sebagai bentuk pertahanan akan keselamatan diri.

“Wajar kalau banyak orang yang takut akan ular. Karena memang sudah ada pandangan sejak lama, kalau ular itu hewan liar yang berbahaya,” kata Budi Setiawan, salah satu peternak ular saat ditemui oleh tim Jagadtani.id di Jalan Mahakam Raya, Perumahan Palem Ganda Asri 3, Kelurahan Karang Timur, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, Provinsi Banten, belum lama ini.

Rasa takut akan ular juga bisa timbul akibat pengalaman negatif dengan ular yang menimbulkan trauma hingga bertahun-tahun, baik terjadi pada saat masih kecil maupun manusia dewasa.

Pengalaman negatif tersebut bisa seperti digigit ular atau berhadapan dengan peristiwa buruk yang berhubungan dengan ular.

“Banyak yang karena pernah di gigit atau pernah kejadian di lilit, akhirnya jadi nggak suka dengan ular, kemudian jadi takut bahkan trauma. Itu kalau yang udah parahnya ya,” jelas bapak tujuh anak tersebut.

Menurutnya, hal-hal lain yang bisa menyebabkan seseorang merasa takut akan ular karena gambaran negatif dari cerita seseorang atau bisa juga ditunjukan dari gambar di sosial media maupun internet.

Rasa takut ini bisa menular dari orang lain.

Ketika seseorang mendengar pengalaman buruk tentang ular dari orang lain, timbul perasaan waspada dari orang yang yang mendengarkan sehingga akan mengalami ketakutan yang sama.

Rasa takut ini muncul untuk menghindari terjadinya pengalaman buruk yang sama bagi si pendengar.

“Yang parahnya sih kalau ternyata sampai ke tahap fobia, itu sih yang perlu perhatian khusus,” tambah Budi.

Untungnya, ada sejumlah cara yang bisa Sahabat Tani lakukan untuk mengatasi rasa takut pada ular.

“Pertama, kenali dulu jenis ular yang kalian temui. Kalau misalnya jenis ular seperti yang saya ternak ini, jenis piton, dia tidak berbisa. Jadi dia tidak berisiko tinggi seperti berhadapan dengan kobra,” ungkap Budi.

Baca juga: Mengintip Fakta Menarik Kadal Naga

Lebih lanjut Budi mengatakan, ubah juga sudut pandang ketika berhadapan dengan ular.

Sudut pandang yang berani dan dengan maksud tujuan yang baik, tidak akan membahayakan diri kita dari lilitan maupun gigitan ular.

“Jangan takut, ular ini akan berlaku baik kalau kita juga tidak menyakiti dia. Dia mengerti kalau kita memperlakukannya dengan baik, dia juga nggak akan melilit atau bahkan menggigit,” kata pria berusia 35 tahun ini.

“Kalau sudah sampai tahap fobia, sebaiknya datang ke psikolog atau psikiater, bahkan ada yang sampai trauma berat hanya dengan melihat gambarnya saja,” tutupnya.

Apa yang membuat rasa takut?

Setiap orang memiliki penyebab atau pemicu rasa takut yang berbeda-beda. Perasaan ini bisa muncul akibat pengalaman atau trauma masa lalu, tetapi juga bisa ada dengan sendirinya tanpa diketahui. Adapun beberapa pemicu yang umum menimbulkan ketakutan, seperti: Benda tertentu, seperti serangga atau ular.

Apakah rasa takut itu wajar?

Merasa takut merupakan hal yang wajar, mulai dari takut mengalami kehilangan seseorang yang dicintai atau sekadar menonton film horor. Ketakutan adalah bagian dari naluri alami manusia untuk bertahan hidup, tapi jika berlebihan bisa juga berdampak negatif.

Takut itu seperti apa?

Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.

Takut pada sesuatu namanya apa?

Pengertian Fobia Fobia adalah perasaan takut berlebihan yang dirasakan seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Ketakutan berlebihan ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, dan kepanikan yang parah.