10 episode ayah amerika teratas 2022

Netflix en derden gebruiken cookies en soortgelijke technologieën op deze website om gegevens over je browse-activiteiten te verzamelen. Hiermee kunnen we je gebruik van de website analyseren, onze services personaliseren en onze online advertenties aanpassen. Wanneer je toestemming vereist is, kun je je keuzes accepteren, weigeren of personaliseren. Je kunt je voorkeuren ook altijd wijzigen door te klikken op Cookievoorkeuren in de voettekst van elke pagina. Netflix ondersteunt de Digital Advertising Alliance Principles. Lees meer over ons gebruik van cookies en gegevens.

Netflix en andere partijen gebruiken cookies (waarom?). Je kunt je cookievoorkeuren wijzigen.

  • Olga Mecking
  • BBC Worklife

10 Maret 2020

10 episode ayah amerika teratas 2022

Sumber gambar, AFP/NARINDER NANU

Keterangan gambar,

Sebuah kajian menyebut saat ini semakin banyak orang tua di Eropa meniru pola asuh anak yang berlaku di Amerika Serikat.

Para orang tua di Eropa selama ini tergolong santai dalam membesarkan anak mereka. Lantas mengapa mereka kini justru semakin sering meniru siasat orang tua Amerika Serikat?

Suatu hari di sebuah restoran di kota Den Haag, Belanda, seorang perempuan memuji anak saya yang kala itu berusia tiga bulan. "Anak laki-laki yang rupawan!" ujarnya.

"Dia terlihat begitu penuh perhatian. Dia pasti cerdas," tutur perempuan itu.

Saya tentu saja tersanjung. Menyenangkan mendengar pujian bahwa anak Anda bisa saja menjadi Albert Einstein berikutnya.

Namun belakangan saya juga tersadar bahwa perkataan perempuan tersebut mengindikasikan cara mengasuh anak yang mulai berubah di kalangan orang tua Eropa.

  • 'Safiya memeluk erat ibunya': Balita yang hilang saat kerusuhan Delhi kembali ke orang tuanya
  • 'Kami dilaporkan ke pihak berwenang karena membiarkan anak laki-laki kami pakai baju perempuan'
  • Anak berharap orang tua mereka mengetahui hal ini

Ada pandangan umum bahwa cara mengasuh anak berbeda di setiap belahan dunia. Tahun 2009 misalnya, sebuah kajian sekelompok akademisi internasional menelisik berbagai sifat yang diinginkan orang tua di sejumlah negara.

Temuan mereka menarik. Orang tua di Belanda, misalnya, fokus pada tiga 'Rs', yaitu rust, reinheid, dan regelmaat (istirahat, kebersihan, dan rutinitas).

Adapun orang tua di Italia cenderung menginginkan anak mereka pandai menguasai diri, tenang, dan mudah bergaul.

Sementara itu, dalam kajian yang sama, orang tua di Amerika berharap anak mereka cerdas atau memiliki keunggulan kognitif.

Kecenderungan di AS itu menunjukkan perubahan cara orang tua di negara itu mengasuh anak.

Sumber gambar, AFP

Keterangan gambar,

Sejumlah akademisi melihat perbedaan pola asuh anak yang terjadi beberapa dekade lalu dengan yang diterapkan saat ini.

Ada transisi dari orang tua yang kerap meninggalkan anak karena pekerjaan pada dekade 1980-an ke orang tua yang penuh perhatian bahkan ingin anak mereka jenius.

Di Eropa, orang tua cenderung santai mengasuh anak walau saat ini perubahan juga terjadi. Banyak orang tua di benua itu mengadopsi cara orang tua Amerika dalam membesarkan anak.

Sebagian pendorong fenomena itu barangkali berkaitan dengan ketimpangan yang semakin besar. Namun saran dan nasihat pakar yang semakin tersebar juga berpengaruh.

Pertanyaannya, apa keunggulan pendekatan ala Amerika dan bagian apa yang diikuti orang tua Eropa? Apakah pengasuhan anak yang intensif akan terus diikuti?

Mendidik agar unggul

"Pengasuhan intensif adalah cara membesarkan anak yang membutuhkan waktu dan uang banyak," kata Patrick Ishizuka, profesor sosiologi di Washington University yang merupakan pakar bidang ini.

Model pengasuhan ini salah satunya menyangkut menjadwalkan kegiatan anak di luar sekolah dan memperjuangkan kebutuhan mereka dengan cara berkomunikasi intensif kepada pihak sekolah dan lembaga lainnya.

Dan contoh itu tidak terbatas pada sebagian kecil orang tua. "Ini adalah model pengasuhan yang dominan di AS saat ini," kata Ishizuka.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Penelitian ilmiah menyebut orang tua di negara berkembang kini menghabiskan semakin banyak waktu untuk mengasuh anak.

Faktanya, model itu tidak hanya diterapkan orang tua di AS. Para orang tua di negara berkembang menghabiskan lebih banyak waktu untuk anak-anak mereka, menurut penelitian tahun 2016 yang dikerjakan akademisi dari AS dan Italia.

Mempelajari tindakan orang tua di 11 negara maju dan membandingkannya dengan data tahun 1965, mereka menemukan bahwa para ibu menghabiskan satu jam lebih banyak setiap hari untuk mengasuh anak.

Sementara itu, waktu yang diberikan para ayah untuk anak meningkat dari hanya 16 menjadi 59 menit pada tahun 2012. Satu-satunya negara dengan kecenderungan sebaliknya hanyalah Prancis.

Peningkatan itu nyata terjadi di antara orang tua dengan berbagai latar belakang sosial, walau mereka yang lebih berpendidikan lebih meluangkan sedikit lebih banyak untuk anak.

Seorang peneliti dalam kajian itu, Judith Treas, menyebut waktu untuk anak dianggap vital untuk perkembangan kognitif, perilaku, dan capaian akademis anak.

Anggapan itu, kata Treas, "sudah diyakini orang tua dengan latar pendidikan terbaik di negara Barat dan mulai mempengaruhi orang tua dengan tingkat pendidikan lebih rendah."

Saya tinggal di Belanda, negara yang terkenal mendidik anak secara santai, sebagaimana dipaparkan buku berjudul The Happiest Kids in the World, karangan Rina Mae Acosta dan Michele Hutchison.

Orang tua di Belanda, kata dua penulis itu, membebaskan anak. Bagi mereka, kemampuan bekerja sama lebih penting ketimbang prestasi akademis.

Namun perubahan terjadi: jadwal kegiatan anak-anak di Belanda semakin terjadwal.

Sumber gambar, Getty Images

Seorang bidan sibuk baru-baru ini berkata kepada saya bahwa ia harus menghabiskan waktu dengan anaknya dengan berkualitas. Sementara itu, seorang guru balet terkejut ketika anak saya beralih dari balet ke renang, dan bukan menambah aktivitas olahraga itu daftar kegiatan hariannya.

Kajian yang disokong pemerintah Belanda menemukan bahwa meski orang-orang muda cenderung bahagia, mereka merasakan lebih banyak tekanan akademis.

Tren perubahan ini juga terlihat di belahan Eropa lain, kata Frederick de Moll, peneliti asal Jerman di University of Luxembourg, yang mengkaji kaitan ekonomi dengan metode pengasuhan anak.

"Dulu peran orang tua hanya memastikan anak mereka sehat secara fisik, berkembang positif dalam segi mental, dan urusan pendidikan menjadi tanggung jawab utama sekolah," ujar de Moll.

Namun sekarang orang tua lebih terlibat dalam pendidikan anak dan 'berusaha lebih berinteraksi dengan guru'.

De Moll yakin, meningginya ketimpangan, termasuk di Eropa, membuat orang tua merasa mereka perlu mengarahkan pendidikan anak. Pandangan itu juga diutarakan Matthias Doepke, peneliti di AS yang menulis buku Love, Money and Parenting: How Economics Explains the Way We Raise Our Kids.

"Jika ketimpangan sangat tinggi, artinya, dari sudut pandang orang tua, anak-anak harus tidak sama sekali ditinggalkan.

"Dan orang tua akan lebih menggunakan cara pengasuhan yang lebih intensif dan berorientasi pada kesuksesan," ujar Doepke.

Meski begitu, pola asuh intensif mulai tumbuh di masyarakat dengan kesejahteraan tinggi, dengan tujuan juga untuk mengurangi ketimpangan.

Kajian tahun 2016 di Swedia menunjukkan bahwa mayoritas orang tua percaya kegiatan di luar sekolah akan membantu anak mengembangkan keterampilan. Melakukan hal ini dianggap bagian dari pengasuhan yang ideal.

Walau ada beberapa pengecualian dan variasi orang tua kelas ekonomi menengah dan kelas pekerja memiliki pandangan serupa.

"Kesamaan ini mengindikasikan bahwa pengasuhan intensif mempengaruhi cara membesarkan anak secara keseluruhan di Swedia," demikian temuan penelitian itu.

Di Islandia, negara lainnya dengan ketimpangan yang rendah, ada peningkatan pola asuh melekat seperti pemberian ASI yang lebih panjang atau kebiasaan menggendong anak.

Kecenderungan itu ditemukan Sunna Simonardottir dari University of Iceland dalam penelitiannya. Dia menganggap pengasuhan melekat sebagai bagian dari pola asuh intensif.

Lebih banyak nasihat dan contoh

Seluruh kajian ini menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi hanyalah salah satu faktor.

Dalam bukunya yang terbit tahun 2003, Unequal Childhoods, sosiolog Annette Lareau menemukan bahwa pola asuh dan kelas sosial saling berkaitan erat.

Orang tua kelas menengah lebih menerapkan pola asuh intensif, sedangkan mereka yang dari kelas ekonomi bawah lebih longgar.

Namun Linda Quirke, profesor sosiologi di Wilfrid Laurier University yang mempelajari pola asuh, menyebut perbedaan di antara dua pendekatan itu kabur. Pengasuhan intensif diterapkan di beberapa kelompok yang tidak pernah menerapkannya.

Kajian yang dilakukan adi Swedia itu menemukan pandangan serupa terhadap kegiatan luar kelas di orang tua dari berbagai kelas ekonomi. Itu menandakan bahwa sekolah usia dini berperan membentuk perspektif orang tua, termasuk tentang pola asuh intensif.

"Anak-anak di Swedia menghabiskan sebagian besar waktu mereka selama hari kerja di penitipan anak. Oleh karenanya guru PAUD menunjukkan situasi yang lebih ideal kepada anak maupun orang tua," kata penelitian itu.

Kajian tersebut juga menyebut bahwa orang tua dari kelas pekerja mendaftarkan anak mereka ke kegiatan luar kelas karena khawatir dianggap orang tua yang tidak bertanggung jawab.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Di Belanda yang terkenal santai dalam mengasuh anak pun, jumlah waktu terjadwal yang dihabiskan orang tua untuk anak juga meningkat.

Para pakar lainnya menunjuk buku-buku tentang pola asuh, blog, dan artikel di internet yang tersedia.

"Jika Anda melihat berbagai buku lawas, seperti What to Expect When You're Expecting, buku tersebut semakin tidak relevan yang menandakan bahwa pola asuh berkembang," kata Linda Quirke.

Quirke yakin, walau orang tua skeptis terhadap saran pakar, mereka tetap saja terpengaruh.

"Mereka mendengarkannya dan berkata, 'oh itu yang orang lain lakukan'. Jadi penting melihat nasihat itu untuk menentukan konteks bagaimana orang tua membesarkan anak," ujar Quirke.

Salah satu indikator perubahan di kalangan orang tua di benua Eropa adalah bahasa.

Dalam bahasa Polandia, istilah 'rodzicielstwo', yang berarti orang tua, semakin sering digunakan ketimbang 'wychowanie dzieci', yang artinya membesarkan anak.

Orang tua di Jerman terbiasa menyebut yang mereka lakukan sebagai 'kindererziehung' (membesarkan anak). Tapi sekarang mereka menggunakan istilah 'Elternhandeln' yang berarti 'sikap orang tua'.

"Jika Anda menerapkan gagasan yang luas tentang pola asuh, berusaha membesarkan anak untuk menjadi pribadi yang utuh dan sukses, maka 'Erziehung' tidak cukup," kata De Moll.

Sumber gambar, Hulton Archive/Getty Images

Keterangan gambar,

Seorang ayah membacakan buku untuk dua anaknya sekitar tahun 1950-an.

Semakin diterima?

Perluasan pola asuh berdampak pada negara, orang tua, dan anak itu sendiri. Salah satu persoalannya adalah semakin besarnya ketimpangan ekonomi.

Pada tahun 1960-an, ketika perhatian tidak sebesar sekarang untuk mengembangkan bakat dan minat anak, orang tua di berbagai kelas ekonomi menghabiskan waktu dan uang yang sama untuk anak mereka, kata Ishizuka.

Hal itu bisa mengusik orang tua, terutama para ibu yang paling terdampak aktivitas mengurus anak. Kajian tahun 2012 oleh tiga akademisi AS menunjukkan bahwa semakin intensif pola asuh, maka sang ibu semakin tertekan pula.

Namun banyak orang tua menilai mengasuh memang tugas mereka. Tahun 2019, Ishizuka menelisik pandangan terhadap pola asuh di berbagai kelas sosial di AS.

Penelitian itu menyebut bahwa orang tua menunjukkan dukungan yang sama terhadap pola asuh ayah dan ibu yang intensif di berbagai situasi.

Ketika dihadapkan pada skenario mengurus anak, para responden kajian itu menganggap ayah dan ibu bisa disebut ideal jika mereka mengasuh anak secara intensif.

Meski begitu, De Moll yakin orang tua di Eropa seharusnya lebih santai dalam mengasuh. "Tidak perlu ada ketakutan bahwa seorang anak akan tertinggal jika keluarga Anda tidak beresiko secara sosial dan ekonomi," ujarnya.

Dan barangkali pendulum pola asuh akan mengayun ke masa lampu pada periode-periode ke depan, jika para orang tua di Amerika yang tertekan memutuskan mencontoh gaya mengasuh anak dalam buku-buku keluaran Belanda, Jerman, dan Prancis.

Musim ayah Amerika apa yang terbaik?

Musim 3 mengambil posisi teratas dengan peringkat tinggi secara konsisten di seluruh papan.Episode termasuk "Tearjerker" yang dicintai dan disindir, sebuah spoof James Bond, dan tidak ada yang mengejutkan, “The Vacation Goo,” ayah klasik Amerika klasik lainnya!Dengan daging seri yang sekarang didirikan, Musim 3 mengambil bola dan berjalan dengannya. takes the top spot with consistently high ratings across the board. Episodes include the beloved and satirized “Tearjerker,” a James Bond spoof, and to no one's surprise, “The Vacation Goo,” another classic American Dad! With the meat of the series now established, season 3 takes the ball and runs with it.

Mengapa Terry diambil dari American Dad?

Karena kepergian Mike Barker dari acara itu, karakternya Terry Bates dan John Sanders ditulis dari seri dalam "Anchorfran" (Terry meninggalkan Greg sehingga ia dapat mengikuti band 311) dan "janda" (Sanders mati pada pemulihan tubuhmisi), masing -masing., his characters Terry Bates and John Sanders were written out of the series in "Anchorfran" (Terry left Greg so he can follow the band 311) and "Widow's Pique" (Sanders died on a body recovery mission), respectively.

Episode ayah Amerika apa yang mereka dapatkan tinggi?

American Dad Season 16 Episode 5 Review: Jeff and the Dank Ass Weed Factory.American Dad menemukan kesuksesan besar ketika Stan dan Jeff memulai petualangan berbahan bakar gulma psychedelic yang menghasilkan yang terbaik di dalamnya.Season 16 Episode 5 Review: Jeff and the Dank Ass Weed Factory. American Dad finds big success when Stan and Jeff embark on a psychedelic weed-fueled adventure that brings out the best in them both.

Episode DAD AMERIKA APA IS DA FLIPPITY FLOP FULL?

Da Flippity Flop.