1 mengapa pada awal kemerdekaan terjadi berbagai pemberontakan di negara Indonesia

JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia (TNI) bermula dari dibentuknya Badan Keamanan Rakyat pada 22 Agustus 1945. BKR saat itu mempunyai tugas untuk menjaga keamanan daerah serta membantu usai kemerdekaan.

Show

BKR yang berada di bawah Komite Nasional Indonesia (KNI) di setiap daerah ini bertugas mengamankan wilayah lantaran kondisi Indonesia pada awal kemerdekaan belum sepenuhnya stabil. Anggota BKR terdiri dari mantan anggota PETA, Heiho, hingga KNIL.

Pada 5 Oktober 1945, BKR berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Perubahan terjadi lantaran kedatangan Sekutu yang diwakili Inggris dengan ditunggangi Belanda ke Indonesia yang membuat situasi menjadi tidak aman. Kemudian pada Januari 1946, TKR diubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Hingga akhirnya pada 3 Juni 1947, TRI menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Pada awal berdirinya, TNI menghadapi berbagai permasalahan berdimensi politik hingga militer.

Masalah politik, misalnya, bersumber dari komunis yang ingin menempatkan TNI di bawah pengaruhnya. Sementara masalah militer yang dihadapi TNI di dalam negeri adalah sejumlah pemberontakan yang terjadi di beberapa daerah, seperti pemberontakan PKI di Madiun pada 1948, pemberontakan DI/TII pada 1949, dan pemberontakan APRA pada1950.

Selain itu, TNI juga harus menghadapi agresi militer Belanda. Untuk menghadapinya, Indonesia melaksanakan Perang Rakyat Semesta, di mana kekuatan TNI serta masyarakat dikerahkan untuk menghadapi agresi militer Belanda tersebut. Hingga akhirnya, integritas serta eksistensi Indonesia dapat dipertahankan oleh kekuatan TNI bersama rakyat.

(dka)

  • #Sejarah TNI
  • #Tentara Nasional Indonesia (TNI)

1 mengapa pada awal kemerdekaan terjadi berbagai pemberontakan di negara Indonesia

Terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di Indonesia pada awal kemerdekaan disebabkan oleh perbedaan pemahaman ideologi, ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah, dan intervensi dari asing.

Penjelasan

Pada awal kemerdekan Indonesia, banyak terjadi pemberontakan di berbagai daerah, salah satunya adalah pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun, pemberontahan DI/TII tahun 1953 di Jawa Barat dan pemberontakan PKI tahun 1965.

Penyebab terjadinya pemberontakan tersebut begitu kompleks, dengan tiap pemberontakan berbeda-beda. Banyak pemberontakan ini disebabkan oleh ketidak setujuan dengan kebijakan pemerintah.

Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda pada tahun 1949, kebijakan pemerintah dalam menyatukan negara federal menjadi negara kesatuan mendapat perlawanan oleh Angkatan Perang Ratu Adil di Bandung, dan oleh kelompok Andi Azis di Makassar.

Penentangan atas kebijakan ini diperparah dengan adanya kelompok-kelompok yang ingin memaksakan ideologinya (perbedaan pemahaman ideologi).

Misalnya, selain menolak perundingan dengan Belanda, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ingin mengganti dasar negara dengan agama dan pemberontakan PKI di Madiun ingin mendirikan negara komunis di Indonesia.

Selain itu, pihak asing (intervensi asing) juga ikut berperan dalam beberapa pemberontakan.

Misalnya, pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan berupa pesawat dan uang kepada pemberontak PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi.

Kesimpulan

Pertanyaan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di indonesia pada awal kemerdekaan disebabkan oleh kami memberikan jawaban dan penjelasan lengkap dan akurat.

Karena, jawaban pertanyaan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di indonesia pada awal kemerdekaan disebabkan oleh yang kami berikan telah melalui proses moderasi.

Pertanyaan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di indonesia pada awal kemerdekaan disebabkan oleh melewati proses pengkajian, dengan tujuan untuk menemukan jawaban paling relevan.

Jadi anda jangan meragukan lagi jawaban dari pertanyaan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah di indonesia pada awal kemerdekaan disebabkan oleh yang kami berikan.

Referensi

Perlu Anda ketahui bahwa jawaban dan penjelasan diatas diambil dari berbagai sumber sebagai referensi, mulai dari situs google, bing, yahoo, dan yandex.

tirto.id - Pancasila merupakan dasar negara serta pandangan hidup bangsa yang telah disepakati sebagai ideologi. Namun dalam penerapannya, terdapat banyak hambatan yang harus dihadapi. Beberapa kali upaya untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan meskipun pada akhirnya gagal.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, upaya untuk penerapan Pancasila senagai dasar negara serta pandangan hidup bangsa mengalami berbagai permasalahan.

Beberapa kali upaya dilakukan untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dan penyimpangan terhadap nilai Pancasila. Berikut adalah upaya tersebut yang dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas IX.

Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI)

1 mengapa pada awal kemerdekaan terjadi berbagai pemberontakan di negara Indonesia

Pemberontakan ini terjadi di Madiun pada 18 September 1948. Pemberontakan yang dipimpin oleh Muso dan Amir Sjarifuddin ini memiliki tujuan utama yaitu mendirikan Negara Soviet Indonesia yang memiliki ideologi komunis.

Terdapat faktor lain yang melatar belakangi peristiwa ini, antara lain:

  1. Jatuhnya Kabinet Amir Sjaridufin akibat ditandatanganinya perjanjian Renville yang merugikan Indonesia
  2. Amir Sjarifuddin dan Muso yang memiliki cita-cita untuk menyebarkan komunisme di Indonesia
  3. Propaganda kekecewaan terhadap perdana menteri yaitu Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan 100 ribu tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan untuk menghemat biaya.
Menyadari bahwa PKI berbahaya bagi negara, akhirnya pemerintah melakukan beberapa upaya untuk membubarkan PKI, seperti dengan meminta rakyat Indonesia untuk memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir.

Sudirman memerintahkan Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan yang dibantu oleh para santri.

PKI akhirnya dapat dibubarkan setelah dua pemimpinnya akhirnya gugur. Selain itu, beberapa petinggi PKI seperti D.N. Aidit dan Lukman melarikan diri ke Tiongkok dan Vietnam.

Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1949. Pemberontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia diawali dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII).

Tujaun dari pemberontakan ini adalah untuk menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan syariat Islam. Namun gerakannya ternyata bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Saat terjadi pemberontakan ini, banyak terjadi perusakan dan pembakaran rumah warga hingga penganiayaan terhadap penduduk. Hingga akkhirnya Kartosuwiryo dan para pengikutnya ditangkap pada 4 Juni 1962.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Merupakan gerakan separatis yang dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil yang memiliki tujuan untuk membentuk negara sendiri yang didirikan pada 25 April 1950. Pada November 1950, RMS dapat dikalahkan oleh militer Indonesia, namun konflik di Seram tetap berlanjut hingga Desember 1963.

Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, lalu mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada 1966. RMS akhirnya berhasil dihentikan setelah Suomokil dijatuhi hukuman mati dan pemberontakan ini dihentikan oleh pemerintah Indonesia.

Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)

Terjadi pada tahun 1957-1958 di Sumatera dan Sulawesi, pemberontakan ini dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual. Gerakan ini merupakan bentuk koreksi untuk pemerintahan pusat yang saat itu dipimpin oleh presiden Soekarno.

Terjadi ketidakadilan dalam pembangunan di Indonesia yang disebabkan oleh ketimpangan sosial. Hal ini karena presiden Soekarno yang tidak dapat lagi diberikan nasihat dalam menjalanan pemerintahan.

Pemerintah pusat dianggap telah melanggar undang-undang, pemerintahan juga bersifat sentrali, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan, dan menimbulkan ketidakadilan pembangunan. Hingga timbullah inisiatif dalam upaya memperbaiki pemerintahan di Indonesia.

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

Merupakan milisi yang didirikan oleh Raymond Westerling pada 15 Januari 1949. Westerling menganggap ia merupakan sang “Ratu Adil” yang diramalkan akan membebaskan Indonesia dari tirani.

Gerakan APRA memiliki tujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia, serta memiliki tentara sendiri untuk negara-negara RIS.

APRA mulai melakukan pemberontakan pada 23 Januari 1950 dengan melakukan serangan dan menduduki kota Bandung serta menguasai markas Staf Divisi Siliwangi.

Penyerangan juga direncanakan oleh Westerling di Jakarta, namun usahanya dapat digagalkan karena APRIS yang mengirimkan pasukannya yang berada di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Mohamad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri RIS juga berhasil melakukan perundingan dengan Komisi Tinggi Belanda. Peristiwa ini akhirnya mempercepat pembubaran RIS dan kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1950.

Perubahan Bentuk Negara dari Republik Indonesia Serikat Menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Indonesia pertama kali melakukan pemilu pada 1955. Namun saat itu Undang-Undang Dasar yang diharapkan tidak dapat disusun.

Hal ini menyebabkan krisis dalam beberapa bidang seperti politik, ekonomi, dan keamanan yang akhirnya menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang juga dikenal dengan nama Dekrit 5 Juli 1959.

Berikut adalah isi dari Dekrit Presiden 1959:

  • Membubarkan Badan Konstituente
  • Undang-Undang Dasar Tahun 1959 berlaku kembali
  • Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 tidak berlaku
  • Segera akan dibentuk MPRS dan DPAS.
Pada periode ini, dasar negara tetap Pancasila, namun dalam penerapannya lebih diarahkan seperti ideologi liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.

Baca juga:

  • Hubungan Pancasila dengan Kewajiban dan Hak Asasi Manusia (HAM)
  • Megawati soal Pancasila: Negara akan Ambruk Bila Ubah Ideologi

Baca juga artikel terkait PANCASILA atau tulisan menarik lainnya Endah Murniaseh
(tirto.id - end/dip)


Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Kontributor: Endah Murniaseh

Subscribe for updates Unsubscribe from updates